Seseorang terlihat kuat ketika ia bisa bersabar. Menahan dan menghadapi dengan kepala dingin.
___________Usai bercerita mengenai keanehan yang dialami. Naya diantarkan oleh Ari kembali ke rumah. Tentu, setelah suasana kembali hangat. Berhubung waktu sudah hampir menunjukkan senja.
"Assalamualaikum, Nda Naya pulang~"
"Waalaikumsalam, udah kelar ya tugasnya?"
"Nggak jadi ngerjain hehe." Bundanya tidak menyahuti anaknya. Namun, kembali memasak di dapur untuk menu makan malam.
Naya menarik sisi kiri kulkas perlahan. Ia meraih sebuah botol berukuran tinggi besar dan menuangkan segelas susu putih favoritnya di dalam mangkok loh kok mangkok? Dan memasukkan cococrunch di dalamnya~
Yap. Naya suka makan sereal.
Langsung saja di santap cukup lahap."Oh iya nda. Nyam nyam. Tadi pagi Papa nelpon. Misscall sih..." Ucapnya di sela-sela mengunyah.
"Wah tumben dia menelponmu. Kemarin Bunda juga di telpon dan mengatakan kalau hari ini papa mau pulang." Senyum Bunda merekah. Tetapi tidak berlaku dengan lawan bicaranya. Pikirannya terisi oleh hal lain.
Naya membalas dengan oh pendek dan menyambung memakan sereal. "Nyam nyam."
Natasha gemas melihat anak gadisnya makan masih mengecap pun membombardir dengan sejuta siraman omelan.
"Udah gede loh kok makan masih ngecap, Nay... Nggak malu kamu?" Dengan raut wajah kesal.
"Bunda belum tahu artinya? Kalo di Jepang itu tandanya mereka menghargai kalau makanannya itu enak,"
"Jadi ya bunyi ... Nyam nyam." lanjut Naya seraya membawa mangkoknya ke kamar. Yah intinya kabur.
"Wuih apaan tuh?" tanya anak laki-laki yang Naya jumpai di tengah jalan anak tangga.
"Etss jangan minta-minta Mas, ish!" kesalnya karena serealnya di comot sesuap oleh kakaknya dan kini melongos pergi begitu saja.
----------
"Iya om, saya baik-baik saja"
"Sudah saya lakukan."
"Apa? Ah maaf om, ini terlalu mendadak tetapi saya akan mengatur jadwal sebisa mungkin, saya akan kabari nanti.
"Baiklah om, hati-hati di jalan."
Tut-
Panggilan dimatikan oleh seorang pria. Mari flashback.Seseorang yang menjadi penyebab utama Naya bingung setengah mati baru selesai bercakap dengan *sensor.
----------
Dalam sunyi malam, memancarkan sinar rembulan temaram. Dihiasi beribu kerlip bintang. Menemani malam yang gelap.
Sebuah sinar merambat masuk setelah Naya membuka jendela balkon. Hawa dingin langsung menusuk sekujur tubuh menjadikan Naya diam termangu sembari mengedar pandangan ke pepohonan di halamannya. Memandang bunga bermekar di musim semi.
"AYAH! Iya, itu ayah datang!!" Pekik Naya setelah melihat mobil memasuki rerumputan di halaman rumahnya. Berada di atas membuat banyak hal bisa di lihat, bukan.
Gadis cantik berbalut piyama khas binatang hitam putih tersebut pun beranjak keluar kamar dan berlari menuruni anak tangga. Pijakan demi pijakan berlalu hingga ia tiba di ruang tengah.
"Hai sayang, hai anakku ... bagaimana kabar kalian?" ucap pria yang baru memasuki ruang tamu.
Mereka berempat beradu pelukan bersama, melepas rindu yang kian menghantui selama 3 bulan lamanya. Vendra dan Natasha serta dua putra putrinya.
"Syukurlah kami baik, yah jika ayah memberi bagian Naya." Yang dimaksud ialah oleh-oleh.
"Dasar kamu ini, masih kanak-kanak! Eh ralat bocah!"
Tak mau berdebat di acara rindu-rinduannya Naya memutuskan tak menggubris ejekan saudara kembarnya. Tidak benar-benar kembar kok. Karena mereka sebenarnya terpaut oleh usia. Naya dan Kakaknya, Keino, sering dikira kembar karena wajahnya super mirip. Normalnya sesama saudara hanya memilki kesamaan. Bukannya sama plek seperti mereka yang kini duduk di meja makan, siap menanti makan malam.
Sebagai seorang ibu yang baik sudah sewajarnya ia menyiapkan nasi di setiap piring keluarganya. Satu piring yang seharusnya masih berada di rak cucian kini berada di meja yang sama, bahkan sudah berisi segumpal nasi. Vendra, Naya dan Keino tidak serakus itu, lalu untuk siapa?
"Tunggu, dinner nya kita pending sebentar yah. Temen ayah katanya mau ke sini." celetuk Ayahanda Keino dan Naya.
"Eh? Teman ayah mau ikutan makan bareng kita?" balas Keino dengan wajah penuh tanya.
Pak Vendra mengangguk dan tersenyum, penuh arti.
Tak lama kemudian, bahan perbicangan mereka telah tiba di depan pintu. Vendra beranjak berdiri, mendorong kursinya ke belakang bersiap menghampiri ruang tamu.
Ceklek
Pintu pun terbuka, "Assalamu'alaikum, halo om Vendra" Tersenyum ramah.
Sorry, hiks.
Segini dulu yah? Karena Next part zuy panjangin uhuyyyOhia, CoY akan hadir setiap jumat!(diusahakan)
Jadi like komen dari kalian para readers sangat dihargai untuk kemajuan cerita ini, satu like=satu apresiasi/dukungan❤
💚See u in next chapter! 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause of You
Teen Fiction"Kamu? Ah, siapa pun ... Tolong aku!" Tidak tahu bagaimana mendeskripsikan tokoh yang ada di sini. Satu hal yang jelas cerita ini cukup sederhana nan klise yang mampu membawamu ikut berkhayal. Mungkin. Naya, si gadis kecil yang manja, tiba-tiba terj...