Tenanglah, masalah tidak akan selesai dengan perasaan panik.
Perlu diam untuk memahami, dan perlu waktu untuk mengakhiri.
____________Perlahan seberkas cahaya menampilkan dirinya, ufuk timur arahnya, semakin naik dan tinggi, mulai menyinari dunia dengan semangat terang darinya.
Meskipun kini, masih ada yang terkulai lemas tanpa beraktivitas berat yang biasa dilakukan orang di pagi hari.
Naya. Lengkapnya, Elysia Naya Mikari.
Ia terpaksa menerima perjodohan demi suatu hal yang masih menjadi misteri. Perlu waktu yang lama untuk mengetahuinya. Usia nya yang tergolong belia, membuatnya kesusuhan menerima permintaan orangtuanya.Dengan pria muda bernama Devan Leif Videlyo. Perasaannya kini bercampur aduk saat langkahnya menyelusuri lorong demi lorong kunjung tiba di depan pintu.
Ia sedikit berlari, karena mengejar waktu.
Beruntung hari ini ia bangun lebih awal, sehingga bisa menyempatkan diri bertemu dengan sesorang yang kerap ia panggil Dek Naya.
Derit pintu terbuka, menampilkan sosok perempuan yang ia cari sedang bersama sang ibu juga kakaknya.
"Saya membawakan buah-buahan untuk kalian," Devan tersenyum ramah. Di balas dengan wajah berbinar senang oleh Natasha.
"Dek, kamu sudah lebih baik?" imbuhnya.
"Sepertinya, Ani." Sejujurnya mereka berdua benar-benar kikuk. Hanya sekalimat tapi wajah mereka sudah berwarna.
"Devan," panggil seorang membuat mata Devan berotasi ke sumber suara.
"Terimakasih sudah mengiyakan permintaan kemarin, tolong, ya?"
"Tenang saja, Tante." ucapnya dengan pandangan teduh, menghormati.
"Baiklah, kami pulang dulu."
Wanita itu mendekatkan bibirnya ke dahi Naya yang kian meluruh menuju dua pipi gembulnya.
"Cepat sembuh anak Bunda, baik-baik sama calonmu,"
"Bunda...," Naya memanjakan suaranya.
"Aww," ringisnya saat sang kakak menyentil pipinya. Adiknya sakit saja masih sempat di jahilin. Naya pun memplototin Keyno, menciptakan aliran petir transparan cukup lama.
"HAHAHAHAHA, GUA MENANG."
Tuturnya karena Naya mengedipkan mata—tak sanggup bertahan lebih lama.
"Iya deh, iya. Curang,"
"Hah, apa kamu bilang?!" Merasa tak terima, Keyno menaikkan volume suaranya. Hal ini memancing keributan baru.
"Keyno, ngapain kamu ayo pulang!" ucap Natasha di bibir pintu.
"Eh, iya Bun." Dan sepasang kakak-adik itu saling menjulurkan lidahnya. Devan hanya bisa tersenyum melihat kelakukan manusia di depannya.
Menatap datar. "Sarapan dulu," Naya terkekeh, "Naya habis makan,"
Menggaruk tekuk tak gatal, "Oh ... baguslah."
Perlahan sebuah senyum manis itu terbit di bibir Naya, menatap intens pemuda di depannya. Menatap dengan saksama hingga membuat Devan risih dan bertanya.
"Kenapa? ada yang perlu say-- aku bantu?"
Naya menghebuskan nafas lega. Mengangguk antusias tanpa menghilangkan lengkukan pada bibirnya yang mulai merah, tak sepucat kemarin.
"Jawab jujur yaa..." ujarnya tiba-tiba.
Alisnya menyatu, "Perihal apa?" sahut Devan kemudian.
"Skit pa? " tanyanya dengan wajah setengah serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause of You
Novela Juvenil"Kamu? Ah, siapa pun ... Tolong aku!" Tidak tahu bagaimana mendeskripsikan tokoh yang ada di sini. Satu hal yang jelas cerita ini cukup sederhana nan klise yang mampu membawamu ikut berkhayal. Mungkin. Naya, si gadis kecil yang manja, tiba-tiba terj...