[09] Naya kenapa?

118 49 87
                                    

Keputusan anak terkadang tergantung pada persetujuan orang tua
___________

Hari ini. Semendadak itu ia baru diberitahu akan di lamar. Sudahkah orang tua nya tahu?

Jangan, jangan bilang ini rencana selanjutnya. Secepat itu kah mereka ingin melepas anak perempuannya. Dan sampai sekarang Naya belum mengetahui dorongan sesungguhnya yang membuat orang tuanya melakukan ikatan cinta pada anaknya.

Perempuan dengan dress white selutut-memperhatikan wajahnya di meja rias. Rambutnya ia sanggul. Lalu ia pasang sebuah pita bunga yang menempel di sisi kanan rambutnya.

Ia menatap datar cermin itu. Kini ia usai membubuhi bedak di pipi nya. Cairan bening itu selalu menghapusnya. Membuatnya mengulangi riasannya. Begitu pula dengan blush on merah muda yang kalem.

Hati Naya sesak, apa aku sakit?

Sebenarnya, sudah lama apa yang gadis itu rasakan di katakan menghilang dari dirinya. Tapi waktu yang terus berjalan tidak menutup kemungkinan penyakit itu tidak kembali.

Air itu meneteskan dirinya lagi. Cepat-cepat Naya usap dengan tisu wajah. Ia menepuk-nepuk pelan sebelum benar-benar siap turun ke bawah.

Suara mesin mobil berhenti, siapa ya?

Natasha memeluk tubuh kecil anaknya. Tunggu, ada yang beda. Naya seperti lebih kurus. Dan bundanya itu baru menyadarinya ketika sang bungsu mengenakan pakaian yang membentuk tubuhnya.

"Sudah, jangan gugup, ya?" Natasha mengelus bagian belakang kepala Naya. Lalu merangkulnya menuju ruang tamu. Naya tahu jantungnya selalu berdetak 24 jam tanpa henti. Tapi rasanya sekarang ia merasa sesak. Ia merasa proses mempompa oksigen dalam tubuhnya mengendur. Atau memelan. Mungkin melambat.

Sepasang suami istri mengucap salam ketika kakinya memijak kediaman Pak Vendra.

Mata Naya tertuju memperhatikan pintu, "Devan mana?"

Dan pria itu langsung menampakkan dirinya.

-------

"Gue turun nggak, ya? Eh, tapi kasian juga adek gua harus nikah muda. Sebenarnya kenapa sih? Kenapa nggak gue aja coba?" Siapa lagi kalau bukan si jahil Keyno Raymond. Satu-satunya kakak kandung Naya. Ia berbicara sendiri sambil memainkan game menembak yang ada di tangannya. Meski matanya ke layar Hp, pikirannya fokus ke sang adik di bawah.

Karena memikirkannya saja membuat hati nya gundah. Akhirnya, ia menghentikan aktivitasnya dan bersiap turun ke bawah menghampirinya. Tentu saja sebagai sanksi lamaran tersebut.

Lima menit, sudah siap dengan pakaian juga menata rambut yang tadinya amburadul.

Dari atas ia melihat sang adik lesu, mungkin karena masih shock. Keyno berjalan lalu duduk di samping keluarganya. Lebih tepatnya di sebelah sang Bunda. Naya berada di tengah antara Bunda dan Ayahnya. Dan di hadapannya Devan beserta orang tuanya, oh ternyata ia membawa Adik?

"Apa sekarang ia sudah sembuh berkat donor darah Naya, syukurlah," batin Naya menatap tubuh laki itu. Ternyata benar mereka nampak sepantaran. Sedang duduk di samping sang ayah.

Puk

Om Ryan menyentuh punggung putranya itu, "Anak saya ini senang bertemu anak kamu Pak, Vendra." Yang membuat Devan mengangguk. Wajah mereka bertiga cukup mirip, sepertinya rahang tegas kepemilikan Devan itu murni turun dari ayahnya, sementara alis tebal dan bulu mata itu, dari almarhum ibunya. Naya meniliti wajah calonnya itu dengan saksama. Malam ini Leif terlihat berbeda dan menawan.

Cause of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang