1 | kecerobohan

89 13 15
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______._______

Zaska Elina Anastasya Putri. Alias Zea, panggilannya Ze atau Zey.

Kini kelas 9. Enggak ada yang spesial. Diberikan nama bagus oleh orang tuanya nggak menjamin nilai-nilai sekolahnya serba bagus. Justru sebaliknya.

Untuk reputasi, gadis itu B aja. Di bawah rata-rata dan lebih banyak ia mendapat coretan merah di rapor. Ya, meski terkadang ia mendapat nilai rata-rata atau bahkan di atasnya. Catat, 'terkadang'.

Zea berjalan lurus, rok biru panjangnya tergerai begitu ia menambah kecepatan untuk memasuki kelas dan mendobraknya tanpa niat.

"Woy! Lu ngapain lagi, sih? Bikin jantungan aja!" hardik salah seorang siswi di antara mereka yang duduk di dekat pintu masuk.

Alie namanya.

"Maaf, maaf," kata Zea kikuk.

Ia menuju ke kursinya. Hari ini hari paling buruk bagi Zea. Benar-benar buruk. Ah, iya... seburuk itu. Begini, pekan lalu teman sekelasnya yang merupakan bendahara menitipkan uang padanya. Dia sudah cari di rumah, nggak ada.

Lagipula, salah bendahara itu juga, mengapa menitipkan uang kas kelas padanya?

Itu yang ada di pikiran Zea. Sekilas mengingat dirinya memang dicap pelupa.

Dan kini, ia habis kalang-kabut mencari tahu keberadaan dompet kain berbentuk amplop itu.

Dasar pelupaaa!

Tak henti-hentinya Zea menggumamkan kalimat itu sambil memukul pelipisnya berkali-kali. Ia merutuki sifat pelupanya yang tak kunjung hilang.

"Lu napa, sih?" Teman sekelasnya menyahut---terganggu dengan kehadiran Zea yang tengah mukul-mukul dahi sendiri nggak jelas. Dan tanpa sadar gadis yang menyakiti diri sendirinya itu jadi perhatian satu kelas.

"Ah, nggak."

Temannya itu sempat mengangkat sudut bibir dengan menatap Zea aneh. "Oh."

"Ya."

"Nggak usah caper. Gua males liatnya."

Oke, jangan peduli.

Tak lagi memperhatikan cewek kebingungan di depannya, siswi itu kembali membaca buku SUKSES UN-nya. Jangan heran, kelas Zea memang terkenal dengan anak yang serba einstein, meskipun anak-anaknya mengesalkan juga.

Ekhm, einstein, kecuali dirinya mungkin?

Zea mengedikkan bahu, berusaha tak peduli ucapan siswi itu yang agak menyinggung hatinya. Jam istirahat, gadis itu bingung harus mencari amplop kas yang ia 'hilangkan' ke mana lagi.

Ah.

Mungkin dia harus jalan-jalan sebentar.

¤▪¤

would you like to share it with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang