2 | putri

47 10 6
                                    

Kamis sore di sebuah rumah oren.

Pintu kamar Fanya tiba-tiba terbuka lebar. Membuat yang di dalam terkejut. "Ngapain?"

"Ngambil HP. Tumben nggak sibuk. Eh, lagi belajar ya, Bu? Ampun, ganggu saya."

Fanya hanya mencibir sembari membalikkan badan.

"Nih." Anak laki-laki itu menaruh sebuah amplop di meja Fanya. "Uang nih? Haha. Dari siapa?" tanya Fanya, enggan menilik apa yang baru saja lelaki itu taruh di meja.

"Surat, bego."

"Dari siapa?" tanya Fanya lagi. Namun, anak laki-laki itu enggan lagi menjawab, "buka aja, lah."

Fanya mengernyit, "Eh, ini segelnya belum kebuka. Gua gak mau kalo misalkan yang ngirim malah cowok. Mending gua pura-pura nggak baca." Gadis itu kembali membaca buku tebalnya. Manusia kurus yang dibelakanginya mendelik, "Gila," ia geleng-geleng, "pede banget, lu!"

Daru---si manusia kurus---mengamit amplop di meja Fanya. "From Putri di depannya, nih! Lu punya teman namanya Putri?" Fanya mengernyit. Lah, ngapain si 'Putri' main surat-suratan?

"Punya, banyak." Fanya mengingat-ingat, "Bentar... Lucia Putri Chandra, Alifia Putri Nareswati, Zada Putri Kinanti, terus..."

"Heh, bukan putri itu. Kalo yang ini namanya Putcri Awlyay," papar Daru lebay, muncrat-muncrat.

"Kok?"

"Gini, ngapain dia ngasih surat diamplopin ke cewek soms kayak lu. Lebih masuk akal kalo cewek ini ngasih surat ke gua---sang artis seni, ye nggak? Ni orang alay banget gak, sih?"

Fanya menepis muka Daru dari hadapannya. Cewek soms? Enak saja. Lebih lagi, muka cowok itu songong sekali. Fanya menghela napas, berusaha sabar. Lalu dibukanya segel amplop dengan hati-hati.

"Gua kira lu bakal bodo amat sama ginian," cibir Daru.

Srett.

"Eh, awas, Neng, sobek, entar!"

"Akh! Sono gak, lu!"

Gadis yang awalnya duduk anteng itu sekarang sudah berdiri sambil memukul-mukul sepupunya dengan buku tulis MTK. Mood-nya lagi buruk. Sementara Daru menampilkan wajah ketakutannya yang superjelek. Fanya mendelik sejurus menahan pintu kamar untuk dikunci.

"Eh, hape gua di dalem! Woy, numpang kamar doang juga, lu!" seru Daru yang hendak melangkah, kembali kepada kamar Fanya.

Bruk.

Fanya langsung mengunci pintu. "Bodo amat!"

"Etdahh." Daru berdesah kecewa. Ia memukul-mukul pintu berkali-kali.

Tidak dijawab, ia menyandarkan bahu pada pintu kamar. Namun, yang membingungkannya, terdengar suara dengungan-dengungan dan cekikikan dari dalam kamar.

"Ya ampun, Putri."

Kekehan dari dalam kamar terdengar oleh telinga Daru. Cowok itu masih menunggu di depan pintu minta HP-nya dikembalikan.

Tiba-tiba ia teringat lukisannya di kamar yang belum selesai. "Ah elah, lupa. Kan ditunggu Bu killer lukisannya."

Tidak lama kemudian, timbul suara kunci yang diputar dan pintu terbuka.

"Mau ini kan lu?"

Fanya melempar sebuah ponsel tipis berwarna hitam. Dengan sigap Daru menangkapnya. Sebelum Fanya melakukan hal lain, Daru menahan Fanya.

"Eh gua liat surat lu dong, Fan."

"Gak."

Fanya melangkah ke luar kamar, membuat Daru menghela napas. Cowok itu penasaran banget, tahu enggak?

Matanya menilik isi kamar. Satu kilatan mata, terlihat sebuah kertas terbengkalai di atas meja cewek itu.

Hwhehe, kekeh Daru dalam hati.

Daru masuk kamar tanpa izin. Jangan contoh yang nekat kayak Daru, dia memang nggak tahu adab.

Baru saja melihat sebentar surat di atas meja itu, Daru dibuat kaget begitu lengkingan panjang memenuhi seisi kamar.

"Aaaaaaaaaaa!"

Fanya dengan cepat-tanggap mengamit surat itu dari mejanya. Ia menyumpah-serapahi Daru. Sementara cowok kurus itu nyengir lebar. Untungnya, dia sempat membaca. Sedikit.

¤▪¤

Hari Jumat pagi.

Dengan tas selempang hitamnya, pagi-pagi sekali cowok itu melintasi koridor di mana loker-loker berada.

"Loker A3 mana, coba?"

Sebuah loker kayu yang pintunya sedikit menganga dan tidak terkunci mengalihkan perhatiannya.

"Hm, ini kali, ya."

Cowok itu membuka loker tersebut dan isinya tidak ada yang menarik; hanya beberapa helai karton bekas. Ini mungkin loker yang dia cari.

Ia menaruh sebuah surat kecil di dalam loker itu. Sambil cekikikan dan membetulkan tas selempangnya ia melangkah menjauh.

¤▪¤

lukisan lu gimana, Dar? -_-

oh iya, makasih sudah mau baca sampai sini 🙏🏻🤗

would you like to share it with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang