"Nggak usah kenalan, takutnya nanti malah sayang."
***
Darren Mahesa Wardhana yang kerap disapa Darren, kini tengah duduk di kursi panjang yang terletak di bawah pohon rindang.
Memasang earphone tak berlabel itu ke telinga. Kemudian menyenderkan punggungnya ke kursi tersebut.
Lagu yang berjudul It's You mulai terdengar setelah ia menekan tombol play di iPhone miliknya. Saking ia menikmati lagu tersebut, Darren tak sadar bahwa ada seseorang yang memanggilnya.
"Darren!"
Darren bisa merasakan tempat duduknya yang di sebelah ada yang menduduki. Namun, Darren memilih mengabaikannya dan tenggelam dalam dunia musik.
Kesal tidak mendapat respon dari Darren, Azka Ardian Pratama, melepaskan salah satu earphone Darren dan berteriak keras tepat di depan telinga.
"Darren!"
"Anjing!" umpat Darren. Cowok itu terlonjak kaget hingga ia memundurkan tubuhnya.
"Ganggu aja lo," sinis Darren pada Azka.
"Lagian lo udah gue panggil dari ujung koridor sampai gue duduk di sini gak disahut-sahut."
"Lo gak lihat apa? Gue lagi ngapain?"
Darren merebut benda kecil itu yang hendak memasangnya kembali. Namun, segera Azka tahan.
"Lo itu di panggil sama Bu Dewi. Ditungguin di ruang OSIS," ujarnya memberitahu.
"Males gue. Kenapa gak lo aja, sih?"
Azka berdecak, "Ck, Bu Dewi maunya itu lo. Buruan ke sana."
Azka, sahabat karib Darren sejak mereka duduk di bangku SMP. Kedua keluarga mereka yang sudah menjalin hubungan silaturahmi membuat hubungan mereka pula semakin dekat. Tak jarang banyak orang yang mengira mereka adalah saudara, karena mereka berdua selalu bersama. Seluruh seantero sekolah tahu, di mana ada Darren, di situ pula ada Azka.
Di perjalanan menuju ruang OSIS, tak jarang banyak orang yang menatap Darren kagum. Parasnya yang tampan bagai bak Dewa Yunani berhasil membuat ia menjadi most wanted di SMA Sky Blue.
Meski Darren mendapatkan julukan most wanted di sekolah, Darren tak pernah sekalipun tebar pesona di depan kaum hawa. Baginya, ia hanya manusia biasa yang diberikan kelebihan dari Tuhan. Justru malah Darren terkadang merasa risih bila ada yang mencoba modus kepadanya.
Tak hanya itu, Darren memiliki otak di atas rata-rata. Bisa dilihat piala-piala yang dipajang di etalase kaca depan lorong sekolah. Hampir setengahnya itu adalah Darren yang meraihnya.
"Assalamualaikum, Bu Dewi," sapa Darren.
Sontak beberapa orang yang masih berada di ruangan tersebut beralih menatap ke arah pintu.
"Wa'alaikumsalam. Sini Darren ada yang mau Ibu bicarakan."
Darren melangkah mendekat. "Kenapa ya, Bu? Masih pagi, saya belum buat ulah."
"Begini Darren. Ibu minta tolong, ajak murid baru ini untuk berkeliling mengenal sekolah kita," jelas Bu Dewi mengabaikan ucapan Darren yang ngelantur.
Darren baru sadar jika di sebelah kanan Bu Dewi ada cewek cantik. Rambut yang tergerai, memakai rok di atas lutut, dan memakai kaos putih dipadukan cardigan. Terlihat sangat manis dan lugu.
"Ada anak OSIS'kan, Bu? Kenapa harus saya?"
"Mereka sibuk urusin anak MOS Darren."
"Ibu sendiri ngapain? Kenapa nggak Bu Dewi aja?"
"Darren!" Bu Dewi menarik telinga Darren. Wanita itu tahu jika Darren mencari seribu alasan untuk menolak.
"Aduh, Bu. Sakit, nanti telinga saya copot gak ada yang ganti," rintih Darren. Cowok itu memegang telinganya yang mulai terasa panas.
Bu Dewi melepaskan tangannya dari telinga Darren. Wanita paruh baya itu berkacak pinggang, lalu menatap Darren dengan garang.
"Kamu gak lihat apa di luar pada sibuk urusin anak MOS. Lihat tuh adik kelasmu, ngurusin proposal buat tiga hari ke depan. Guru lainnya sibuk ngurusin tryout dan ujian," jelas Bu Dewi panjang lebar.
Darren ingin membantah. Tapi sebelum suaranya keluar, Bu Dewi terlebih dahulu menyela.
"Karena anak MPK tidak ada tugas sama sekali, kamu selaku ketuanya. Saya nyuruh kamu buat ajak siswi ini buat keliling."
"Lah, lah. Gak bisa gitu dong, Bu. Mentang-mentang saya ini ketuanya, saya yang disuruh-suruh."
"Darren Mahesa!" Wajah Bu Dewi sudah memerah. Mungkin bisa dibayangkan ada tanduk merah di kedua sisi kepala Bu Dewi.
Mata Darren membola, saat Bu Dewi melepaskan sepatu pantofelnya. Ini artinya Darren dalam bahaya.
Sebelum sepatu itu benar-benar mengenai wajah tampannya, Darren langsung menarik cewek itu keluar.
Cewek itu terkejut atas tindakan Darren. Mau tak mau, cewek itu mengikuti langka Darren.
"Gila tuh guru. Untung sempat lari," ucap Darren dengan deru napas yang tidak teratur. Kini mereka berjalan menyusuri lorong yang lumayan sepi.
Tersadar tangan Darren masih setia menggenggam tangan cewek itu, Darren langsung melepaskannya.
"Sorry-sorry, gue reflek tadi."
Gadis itu mengangguk. Tangan kanannya terulur. Ingin bersalaman pada Darren.
"Jihan Fahira," kata cewe itu.
Alih-alih membalas uluran tangan, Darren malah menaikan sebelah alisnya.
"Gue gak ngajak lo kenalan dan gue gak mau kenalan sama lo."
Jihan menyerngit. "Why?"
"Kalau gue kenalan sama lo, yang ada lo malah sayang sama gue, 'kan bahaya."
***
Gimana puasanya kemarin? Semoga always lancar ya.. ^^
See u next chap❤
Fresha Ainnabilla
25/04/20
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You [Completed]
Novela Juvenil[Noted] Maaf, cerita ini masih banyak kurangnya. Terima kasih sudah memberikan votment kalian. Itu sangat berharga. Terima kasih juga untuk silent reader. Aku menghargai kamu❤ Semoga kalian terhibur:) Highest rank(?) [10.5.20] # 64 in couple goals ...