xii. ungkapan rasa

22 9 0
                                    

"Semakin lama aku bersamamu, semakin banyak jutaan cinta yang berjatuhan."

***

"Jadi, Jihan. Saya mau kamu dan Darren mengikuti olimpiade sains Minggu depan setelah HUT sekolah."

Jihan mengangguk antusias. Ia menerima beberapa buku tebal untuk ia belajar selama beberapa hari ke depan.

"Kalau begitu, semoga kalian bisa memenangkannya."

Darren tersenyum. "Kalau ada saya sudah dipastikan menang. Tapi, saya tidak tahu kalau saya bersama dengan cewek yang disebelah."

"Darren! Jaga ucapanmu!"

Jihan tersenyum sinis, cewek itu menginjak kaki Darren hingga membuat sang empu mengaduh.

"Aduh! Sakit, bego!" lirihnya.

"Apa kamu bilang, Darren?" tanya Bu Dewi memastikan.

"Nggak apa-apa, Bu. Hari ini Ibu cantik banget. Kalau gitu kita balik ke kelas, ya, Bu."

Darren bersalaman pada Bu Dewi diikuti Jihan yang menahan tawanya.

Setelah menutup pintu ruang BK. Barulah Jihan melepaskan tawanya sekencang mungkin.

"Tawa aja terus. Keselek gue mampusin."

"Uluh-uluh. Ada yang ngambek ceritanya. Emm?"

Darren berjalan. Meninggalkan Jihan yang masih tertawa di tempat. Jihan mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air. Cewek itu kemudian berjalan menyusul Darren.

"Gitu aja ngambek. Oh, gue tahu. Lo lagi pms kan?"

"Otak lo emang harus gue cuci."

"Emang bisa? Coba gue pengen."

Jihan menaik turunkan kedua alisnya. Senyuman manis masih setia di wajahnya.

Darren tersenyum jahil. Cowok itu mengangkat kedua tangannya ke atas. Lalu, mengacak rambut Jihan yang tergerai.

"Darren!!" Setelah berhasil membuat Jihan kesal, Darren berlari. Menghindar amukan dari Jihan.

"Kurang ajar, lo!"

Dengan susah payah Jihan berlari. Buku yang begitu tebalnya membuat ia kesusahan.

Umpatan demi umpatan Jihan lontarkan di sepanjang jalan. Hingga tiba di depan kelas mereka, Jihan langsung duduk di kursi belakang bersama Darren yang telah duduk terlebih dahulu.

Napas mereka terengah-engah. Diam beberapa detik dan saling tatap. Detik selanjutnya mereka menertawai diri sendiri.

Jihan meraih tupperware berwarna hijau. Meminum airnya hingga tinggal setengah. Sebelum Jihan menutup botolnya Darren langsung merebut tupperware tersebut. Menghabiskan airnya hingga tak tersisa.

"Ih, kok diabisin. Nanti gue minum apa?"

"Isi aja nanti di kantin. Gratis."

Jihan mencibir. Cewek itu mengeluarkan kotak pensilnya yang berwana pink. Membuka buku yang diberikan oleh Bu Dewi. Kini Jihan fokus pada benda yang ada dihadapannya.

Darren memperhatikan Jihan dari samping. Hidung yang mancung, pipi putih, dan beberapa helaian rambut yang berjatuhan. Sungguh ciptaan Tuhan yang luar biasa. Sangat cantik.

Darren mengeluarkan ponselnya dan earphone tak berlabel itu. Ia menekan beberapa kali di layar persegi tersebut.

Darren memasang salah earphone-nya ke telinga kiri Jihan. Jihan tersentak. Memegang telinganya dan menatap Darren kesal.

It's You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang