viii. ubab (2)

42 8 3
                                    

"Dari mata turun ke hati."

***

"DARREN! KURANG AJAR KAMU!"

Bu Dewi melemparkan kedua sepatu yang ia kenakan ke arah Darren. Cowok tengil itu hanya cengengesan sambil berlari menjauhi Bu Dewi.

Satu lemparan pertama, Darren bisa menghindari. Tapi, pada lemparan kedua sepatu itu mengenai kepala cowok itu.

"KUALAT KAMU DARREN!" teriak Bu Dewi.

Semua yang melihat aksi Darren dan Bu Dewi hanya tertawa terbahak-bahak. Sudah hal yang biasa Darren mengerjai Bu Dewi. Salah satunya adalah tadi, Darren di suruh membelikan makanan untuk Bu Dewi. Dengan isengnya, Darren memberikan kecoa ke dalam bungkusan kertas minyak. Alhasil Bu Dewi berteriak.

"Aduh, Bu. Bukan saya yang ngasih kecoa. Tanya aja sama penjualnya." Darren mengusap kepalanya yang terkena lemparan tersebut. Saat ia ingin melanjutkan langkahnya, tiba-tiba ada cewek berkuncir kuda menubruk dada bidangnya. Alhasil, pantat mereka berdua sama-sama mencium lantai.

"Sialan, baju gue kotor, nih." Darren mengumpat. Almamater berwarna biru miliknya terkena sambal kacang. Mungkin cewek tadi membawa makanan sehingga saat bertabrakan tadi mengenai almamater miliknya.

"Sorry, ya. Gue gak sengaja." Merasa tidak asing dengan suara tersebut, Darren mengangkat kepalanya.

"Lo?! Wuah, ngajak gelut," kata Darren.

Cewek itu pun membulatkan mata, ternyata orang yang ia tubruk tadi adalah Darren. Si cowok tengil yang suka mengganggu aktivitas Jihan.

"Kalau jalan pakai mata!" Jihan berdiri. Mengibaskan rok biru mudanya.

"Lo itu pinter'kan? Ya kali jalan pakai mata. Pakai kaki'lah bego," sarkas Darren.

"Darren Mahesa! Sini kamu!"

Suara teriakan dari Bu Dewi membuat Darren gelagapan. Cowok itu sudah tidak mempedulikan almamaternya yang kotor.

"Jihan! Tolong pegangin Darren biar gak kabur!" lanjut Bu Dewi yang kini mulai mendekat.

Sebelum Jihan melakukannya, Darren terlebih dahulu menarik paksa pergelangan Jihan. Cowok itu mengajak Jihan untuk berlari juga.

"DARREN MAHESA! ANAK DURHAKA KAMU!"

Jihan hanya menurut, mengusahakan untuk menyamakan langkah kaki lebar Darren. Hingga mereka berhenti di kelas dua belas Ipa satu.

Berhubung ini juga adalah jam istirahat, kelas pun terlihat sangat sepi. Buru-buru Darren menutup pintu kelas. Kemudian bersembunyi di bawah meja di mana tempatnya ia duduk selama ini. Tak lupa, Jihan pun melakukan hal yang sama.

"Lo apa-apaan, sih?!"

"Ssstt, jangan berisik. Nanti kita ketahuan emak sanggul," kata Darren dengan suara yang pelan.

"Siapa em-"

"Darren!" Teriakan Bu Dewi dari ujung tangga terdengar hingga kelas Darren. Cowok itu langsung membekap mulut Jihan agar tidak banyak bicara. Tempat persembunyian mereka yang memang paling pojok memudahkan Darren menghimpit cewek itu di tembok.

"Ada yang tahu Darren di mana?" Suara Bu Dewi kini sudah sangat jelas. Itu artinya Bu Dewi sampai di depan kelas dua belas Ipa satu.

"Tadi saya lihat dia ke kelas, Bu," jawab seorang siswi yang kebetulan ada di sana.

"Makasih, ya."

"Sama-sama, Bu. Mari."

Darren menyembulkan kepalanya dari bawah meja. Ia melihat ke atas. Lebih tepatnya ke arah jendela. Cowok itu bisa melihat bayang-bayang Bu Dewi masih setia di sana.

It's You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang