"Rasa cemburu ini membuktikan bahwa aku telah mencintaimu."
***
Jihan membolak-balik kertas yang ada dihadapannya. Ia merasa bersalah pada dirinya sendiri karena ia menghianati perasaannya pada Darren dan Reihan.
Karena tidak fokus dalam belajarnya, Jihan memilih menutup buku dan berjalan ke arah kasurnya.
Ia merebahkan tubuhnya. Tak berselang lama, dering ponselnya berbunyi.
Jihan menatap kesal melihat nama yang tertera di layar persegi tersebut. Ia menyesal memberikan nomor WhatsAppnya kemarin.
"Iya?" sapa Jihan pertama kali.
"Mau jalan, gak? Gue jemput."
"Tapi, gue lagi belajar." Itu hanya alasan Jihan saja. Ia tidak ada mood untuk pergi jalan-jalan hari ini.
"Oh, gue ke rumah lo aja gimana? Temenin belajar?"
Jihan terduduk. Bisa-bisa yang ada nanti orang tuanya tahu. Ia tak ingin mengenalkan Reihan. Ia belum siap.
"Eh, jangan. Kita ketemuan di mall aja."
Terdengar suara kekehan dari seberang sana.
"Oke, siap Bu Bos."
Jihan mematikan sambungannya. Ia segera menuju ke lemari untuk berganti pakaian.
***
Jihan melihat pernak pernik yang ada di salah satu toko di dalam mall besar ini. Matanya tertarik pada salah satu gantungan sepasang merpati. Tangan putihnya mengambil gantungan tersebut dan menatap kagum.
"Lo suka?"
"Suka," jawab Jihan, binar matanya masih tercetak melihat gantungan tersebut.
Reihan mendapatkan ide. Cowok itu mengambil alih gantungan tersebut dari tangan Jihan.
"Gue beliin, ya." Tanpa persetujuan Jihan, Reihan langsung pergi ke kasir.
"Ini ya, Mbak. Berapa?"
"Lima belas ribu, Mas. Terima kasih sudah berbelanja di sini."
Seorang kasir memberikan bungkusan kecil yang berisikan gantungan tadi.
Jihan yang sedari tadi diam di sebelah Reihan langsung membuka suaranya.
"Gak perlu repot-repot. Nanti gue ganti uangnya."
"Nggak usah, lo'kan pacar gue. Jadi, ya wajar kalau gue beliin buat lo." Reihan mengusap kepala Jihan, "ya udah, yuk kita makan."
Aneh, Jihan tidak merasakan hal yang sama seperti pertama kali bertemu dengan Reihan. Rasanya biasa saja. Tidak ada yang spesial. Kalau Darren yang menggandeng mungkin jantung Jihan akan berdisco di dalam. Ah, Jihan jadi teringat Darren.
Raihan menggandeng tangan Jihan. Menuntun cewek itu ke arah restoran ala tradisional.
Raihan mengedarkan pandangannya ke penjuru resto tersebut. Setelah mendapatkan meja yang kosong, Raihan melanjutkan langkahnya dengan tangan yang masih setia menggegam Jihan.
"Lo mau makan apa?" tanya Reihan membuka buku menu makanan yang sudah tersedia di meja.
"Emm, gue tempe penyet aja sama es jeruk," ujarnya menakukan hal yang sama. Raihan mengangguk. Kemudian ia berteriak memanggil seorang waiter.
"Mbak, tempe penyet sama es jeruk dua poris."
"Sebentar ya Mbak, Mas."
Setelah kepergian waiter, tiba-tiba mereka diam. Tidak ada topik yang ingin mereka bicarakan. Keheningan mulai tercipta di antara mereka. Sibuk dengan pikirin masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You [Completed]
Novela Juvenil[Noted] Maaf, cerita ini masih banyak kurangnya. Terima kasih sudah memberikan votment kalian. Itu sangat berharga. Terima kasih juga untuk silent reader. Aku menghargai kamu❤ Semoga kalian terhibur:) Highest rank(?) [10.5.20] # 64 in couple goals ...