:: 5 | Marry Me, Jisoo ::

5.1K 542 35
                                    

Besoknya Seokjin benar-benar menepati ucapannya. Laki-laki itu menunggu Jisoo di lobi rumah sakit, lantas membawanya ke kampung halaman mereka, Gwacheon. Meminta restu menikahi Jisoo di hadapan orangtua mereka. Membuat Jisoo mendiamkan Seokjin sepanjang perjalanan.

"Apa aku melakukan kesalahan lagi, Soo-ya? Kenapa kau diam saja?"

"Apa melamar secara tiba-tiba itu bisa disebut benar?" balas Jisoo, bersuara setelah sekian lama. "Kau hanya menjadikanku pelarian, Jin-ah. Kau tidak benar-benar mencintaiku. Kau hanya terbawa suasana, dan pada akhirnya nanti kau hanya akan menyakitiku."

Seokjin menepikan mobilnya di pinggir jalan, menatap wajah Jisoo yang terbias pantulan cahaya. Sungguh, sejak dulu Jisoo adalah perempuan tercantik bagi Seokjin setelah ibunya. Gurat wajahnya tidak banyak berubah.

"Tidak bisakah kau percaya bahwa aku mencintaimu? Harus berapa kali kujabarkan agar kau mengerti? Aku mencintaimu, Soo-ya, jauh sebelum aku bertemu Hera. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu andaikata aku mengungkapkannya sejak dulu."

"Lalu sekarang apa? Seisi rumah sakit juga tahu kalau Dokter Kim Seokjin cinta mati dengan kekasihnya, dan sekarang justru menikahi Kim Jisoo? Sudah gila memang."

"Jadi aku harus meratapi nasib karena ditinggal menikah oleh kekasih yang katanya sangat kucintai itu? Lebih gila mana?"

"Tidak tahu, lah. Pulang saja. Bicara denganmu tidak ada gunanya," dengus Jisoo.

Seokjin terkekeh. Kenapa Jisoo justru terlihat menggemaskan ketika marah? Ah, tidak, Jisoo memang sudah menggemaskan sejak dulu.

Lantas kakinya kembali menginjak pedal gas. Kembali ke Seoul malam itu juga kendati jarak yang ditempuh tidak main-main.

****

Seisi rumah sakit gempar. Berita bahwa Seokjin melamar Jisoo menyebar secepat kilat. Jisoo pusing sendiri menjawab pertanyaan dari rekan-rekannya, juga beberapa perawat yang penasaran.

Sejak awal kepindahan Jisoo di rumah sakit ini, banyak pihak yang menjodoh-jodohkannya dengan Seokjin. Semakin heboh ketika ternyata sepasang dokter dengan paras rupawan itu adalah teman dekat. Lalu kemudian kapal mereka harus karam karena Seokjin justru melabuhkan hatinya pada Hera.

Dan sekarang, setelah gagal menikah dengan Hera, Seokjin kembali membawa berita mengejutkan dengan mengumumkan akan menikahi Jisoo.

Jisoo mengusap wajahnya. Gila. Memang benar-benar sudah gila Kim Seokjin itu.

Meski Jisoo tidak menampik letupan senangnya karena ternyata perasaannya berbalas, perempuan itu tetap dibuat bingung dengan Seokjin yang malah berubah-ubah. Kadang romantis, kadang cuek setengah mati. Kadang menghampirinya hampir satu jam sekali, kadang malah tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Jisoo jadi merasa dipermainkan sekarang.

"Soo-ya." Seokjin muncul dari balik pintu, membuat Jisoo yang tengah menelungkupkan kepala hampir terjungkal karena kaget.

Jisoo tidak menggubris, malas meladeni Seokjin. Dia lelah. Dia baru selesai melakukan operasi yang menguras tenaga. Jadi dibandingkan marah-marah, Jisoo lebih memilih diam.

"Jisoo, lihatlah, aku punya sesuatu untukmu." Seokjin memegang pergelangan tangan Jisoo.

Jisoo mengangkat kepalanya, menampilkan wajah lelah yang kentara sekali. Membuat Seokjin terdiam sesaat sebelum akhirnya mengusap peluh di dahi Jisoo.

"Lelah sekali, ya?"

"Iya. Jadi jangan buat masalah."

Lelaki itu terkekeh. "Kau sedang datang bulan, ya? Sensitif sekali. Padahal aku ingin memberikanmu ini."

Mata Jisoo membelalak saat Seokjin menyodorkan sebuah cincin berlian di hadapannya. Cincin lamaran yang tertunda, katanya.

"Ini akan terlihat cantik saat kau pakai, Soo-ya."

Seokjin memasangkan cincin itu di jari manis Jisoo. Terpana saat cahaya lampu menempa cincin itu, membuatnya berkilau dengan begitu indahnya. Benar-benar cantik, seperti pemakainya.

"Aku mencintaimu, Soo-ya. Aku akan berusaha membuatmu juga mencintaiku."

Lantas Seokjin pergi setelah mengucapkan kalimat itu. Meninggalkan Jisoo dengan segala kecamuk di kepala.

Jisoo tidak akan menampik kalau dia sudah mencintai Seokjin sejak dulu. Seokjin tidak perlu tahu, biar Jisoo rasakan sendiri. Tapi Jisoo masih meragu.

Perasaan Seokjin membuatnya ragu. Seokjin benar mencinta dengan pengertian cinta yang sesungguhnya, atau hanya menjadikannya pelarian dari Hera. Jisoo tidak siap terluka lagi, Jisoo tidak siap melupa lagi.

Kim Seokjin gila, dan Kim Jisoo lebih gila lagi.

Epiphany | JINSOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang