"Appa, Appa, ayo cepat, kenapa lama sekali?!" Bibir mungil itu mengerucut, tangan kecilnya menarik-narik celana kain yang dikenakan Seokjin.
Seokjin gemas, lalu tangannya meraih tubuh putranya untuk kemudian diciumi seluruh inchi wajahnya, membuat anak itu tertawa kegelian.
"Appa jangan cium-cium, aku mau dicium Ayah Kookie dan Ibu Lisa hari ini." Telapak kecil itu mendorong wajah ayahnya jauh-jauh, masih dengan tawa khasnya yang lucu.
"Soobin tidak mau Appa cium?"
Anak itu menggeleng lucu, lantas mrentangkan tangannya saat presensi sang ibu terlihat oleh kedua matanya.
"Eomma, gendong."
"Appa saja yang gendong, Eomma sudah menggendong adik di dalam perut. Kasihan, nanti adik Soobin kejepit."
Soobin cemberut, tapi sedetik kemudian justru melingkarkan tangannya di leher Seokjin.
"Ya sudah, tidak jadi. Digendong Appa saja."
Seokjin dan Jisoo tertawa dengan tingkah menggemaskan putra pertama mereka.
Kim Soobin, lahir tiga tahun yang lalu sebagai penambah kebahagiaan bagi pasangan itu. Dan sekarang, Jisoo tengah mengandung anak kedua mereka yang diperkirakan akan lahir sekitar tujuh minggu ke depan.
"Anak Eomma tampan sekali, mau kemana?"
"Ke tempat adik bayi," jawabnya.
"Adik bayinya siapa?" Seokjin menarik hidung mancung Soobin.
"Adik bayinya Papa Yungi."
"Wah, Soobin mau punya teman baru, ya?"
Soobin mengangguk, mata bulatnya mengerjap lucu, membuat Seokjin harus menahan diri untuk tidak memakan anaknya detik itu juga.
"Mau bertemu siapa selain adik bayi?"
"Ayah Kookie, Ibu Lisa, Daddy Nam, Mommy Yuli." Soobin mengabsen satu-persatu dengan jari mungilnya.
Seokjin benar-benar gemas sekarang, ia mencium pipi gembil Soobin dan menggigitnya, membuat anak itu berteriak histeris.
"Mommy Yuri, Nak, bukan Yuli."
"Mommy Yuli!" Soobin ngotot.
Jisoo terkekeh. "Iya, iya, terserah. Ya sudah, ayo."
Lantas mereka berangkat menuju kediaman Yoongi, menjenguk anak pertama mereka. Min Yoongi yang secara mengejutkan memberi undangan pernikahan dua tahun setelah pernikahan Seokjin dan Jisoo. Membuat pasangan suami istri itu memekik kaget dengan nama mempelai wanita.
Kim Jennie.
Iya, Kim Jennie rekan mereka di rumah sakit. Hubungan keduanya tidak terendus, Jennie juga tidak pernah menunjukkan tanda-tanda official dengan seseorang, tapi tiba-tiba menyebar undangan. Jelas saja mereka terkejut.
Tapi tidak apa, memang sudah waktunya Yoongi menjemput kebahagiaannya sendiri.
****
Kaki kecil Soobin berlari menghampiri Jungkook dan Lisa yang juga baru turun dari mobil. Jungkook segera membawa Soobin dalam gendongannya, langsung menciumi pipi Soobin tanpa ampun, sedang yang dicium hanya tertawa-tawa saja.
Lantas pandangan Soobin teralih pada Somi yang tidur dengan tenang di gendongan Lisa. Lisa yang peka kemudian mendekatkan Somi pada Soobin, tahu betul kalau keponakannya ini senang sekali menciumi Somi.
Soobin tiga tahun, dan Somi delapan bulan. Kelahiran Somi seperti menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Soobin karena anak itu akhirnya akan punya teman saat kumpul keluarga. Tidak jarang Soobin menunggui Somi yang tidur di box bayinya.
Mereka masuk ke dalam, langsung menemukan Yoongi dan Jennie tengah bersantai di ruang keluarga dengan putri pertama mereka, Min Miyoung.
Soobin yang penasaran langsung menggeliat dalam gendongan Jungkook, meminta diturunkan. Langsung berlari mendekati bayi mungil Yoongi. Sedikit berjinjit karena tingginya tidak sampai.
Yoongi peka, langsung mengambil Soobin dan menggendongnya agar bocah itu bisa melihat anaknya dengan jelas.
Mata bulat Soobin berbinar, tampak takjub dengan buntalan berbalut bedong di hadapannya. Menoleh dengan mata berbinar menatap Yoongi, yang dibalas tatapan tidak mengerti oleh Yoongi.
"Mirip Somi," katanya.
Seisi ruangan tertawa, Jennie bahkan tertawa hingga matanya menghilang. Beranjak dari duduknya hanya untuk menciumi Soobin saking gemasnya.
"Iya, mirip, sama-sama cantik. Soobin jadi punya adik perempuan lagi sekarang."
Soobin mengerjap. "Benar, Mama? Ini adik Bin-ie?"
Jennie mengangguk.
"Yang di perut Eomma juga?"
Lagi-lagi Jennie mengangguk.
Soobin bertepuk tangan. "Wah, adik Bin-ie banyak sekali! Bisa main sama-sama!"
Lagi, seisi ruangan dibuat gemas oleh tingkah Soobin. Yoongi tidak tahan, langsung menciumi Soobin tanpa ampun, membuat anak itu berteriak tidak jelas. Yah, meski terlihat akur, nyatanya Soobin paling anti dengan ciuman dari Yoongi.
Papa Yungi kalau cium tidak kira-kira, katanya.
Seokjin tersenyum melihat pemandangan di hadapannya. Ternyata, bahagia memang sesederhana ini. Bahagianya ya ia sendiri yang ciptakan. Semakin hari Seokjin paham, kebahagiaan terbesarnya adalah dengan melihat Jisoo dan Soobin tertawa. Melihat anak-anaknya tumbuh dengan baik. Melihat anak-anaknya mendapat kasih sayang melimpah dari orang-orang di sekitarnya.
Diam-diam Seokjin menarik pinggang Jisoo untuk lebih merapat padanya. Mencuri kecupan singkat di kening istrinya. Membisikkan kalimat yang membuat Jisoo bersemu.
"Terima kasih untuk hadiah yang indah ini. Aku mencintaimu, istriku."
FIN (2)
______
Huah selesai juga akhirnya. Gimana epilog hari ini??
Yah, dari awal emang konsep cerita ini nggak panjang. 20-an part udah plus epilog. Karena, yah, emang aku maunya bikin segitu. Gimana, dong?
Yauda ya, see you di cerita selanjutnya. Kalau ada ide cerita bisa pc aja. Nyari inspirasi nggak segampang ngebalik telapak tangan guys. Bisa gila lama-lama kalo nggak dapet-dapet tuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany | JINSOO ✔
Fiksi PenggemarSeokjin pikir, Jisoo itu serupa malaikat tanpa sayap yang dikirim Tuhan untuk menyembuhkan patah hatinya. Ibu peri baik hati yang selalu menebar aura bahagia dimanapun tempatnya berpijak. Juga, ibu dari anak-anaknya kelak. Start : 29 April 2020 Fini...