Seokjin tiba di Bandara Melbourne. Menyeret kopernya, juga melepas kacamata hitamnya. Hatinya resah, sedikit meragu akan berhasil menemukan Jisoo di antara umat manusia penduduk Australia.
Langkahnya terasa ringan dan berat di saat yang bersamaan. Seokjin tidak mengerti. Di pesawat tadi, angannya sudah mengelana kemana-mana. Merancang kata demi kata yang akan dilontarkan nantinya. Tapi setibanya di Australia, Seokjin lantas meragu. Bisakah menemukan Jisoo di antara padatnya negara ini? Dan lagi, ucapan Jennie seolah terus terngiang di kepala. Bagaimana jika Jisoo memang telah menikah dengan orang lain?
Segala pikiran-pikiran itu berusaha ditepis oleh Seokjin sekuat tenaga. Tidak, Seokjin yakin Jisoo masih menunggunya. Menunggu penjelasan darinya. Maka dengan langkah yang mantap, Seokjin mulai menyusuri jalan, berharap menemukan Jisoo di antara keramaian.
****
Jisoo memasukkan sandi apartment Yoongi. Menghela napas ketika mendapati laki-laki itu bergelung di balik selimut, menutup seluruh tubuhnya hingga mirip seperti telur. Jisoo menarik selimut itu dengan hati-hati, menampakkan sosok Yoongi dengan wajah memerah.
"Bangunlah, aku membawakan makanan untukmu." Jisoo menyentuh surai Yoongi.
"Tidak mau, aku mau tidur saja." Yoongi menarik lagi selimutnya, enggan menatap Jisoo.
Hatinya masih sakit, dan kedatangan Jisoo justru seolah menabur garam pada lukanya. Meski Yoongi sadar, dirinya juga ikut andil pada sakit hatinya sendiri.
"Bangun, oppa. Kau harus makan setelah itu minum obat. Cepatlah." Jisoo menarik lagi selimut Yoongi.
Dengan malas Yoongi bangkit dari tidurnya. Mengabaikan pusing yang mendera kepala. Menatap Jisoo yang kini juga menatapnya dengan tatapan, err-- khawatir? Entahlah.
"Sebenarnya apa maumu, Jisoo-ya?" tanya Yoongi dengan suara serak.
"Aku mau kau bangun dan minum obat, itu saja."
"Bukan, bukan itu yang kumaksud." Yoongi mengusap wajah. "Aku mencintaimu, lalu apa? Aku menyakiti diriku sendiri, jadi bagaimana?"
Jisoo mengenyit, tak mengerti dengan ucapan Yoongi.
"Tiga tahun, Jisoo. Tiga tahun aku berusaha membuatmu mencintaiku, tapi nyatanya tetap tidak bisa. Sekeras apapun aku berusaha, yang bisa menembus hatimu bukanlah diriku." Suara Yoongi melirih, pelan sekali hingga terasa menyayat hati.
Jisoo melangkah mendekat, mendudukkan diri di sisi Yoongi. Menatap Yoongi dengan tatapan penuh rasa bersalah.
"Kita sudah membahasnya kemarin, oppa. Tolong tunggu aku sebentar lagi, beri aku waktu sebentar lagi. Aku berjanji akan mencintaimu dengan sepenuh hatiku."
"Tolong jangan berjanji, jangan membuat harapku membumbung semakin tinggi. Jelas sekali aku tidak pernah ada dalam daftar keinginanmu. Aku paham, aku yang terlalu memaksa keadaan."
Yoongi lantas merebahkan dirinya lagi, memunggungi Jisoo. Enggan menatapnya.
"Pulanglah, Jisoo. Jangan lupa ganti password apartmentmu agar aku tidak bisa lagi mendengar nama yang selalu kau serukan di bawah shower. Pulanglah. Aku melepasmu. Kembalilah pada Seokjin, kau jelas masih menginginkannya."
Dan Jisoo sadar, dia telah menyakiti Yoongi sedalam itu. Melukai pria sebaik Yoongi. Sebaik itu, tapi Jisoo tetap tidak bisa mencintai Yoongi.
____
Duh Mas Yoon, kalau Mbak Jisoo gak mau sama kamu aku juga masih mau kok menerima dirimu 😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany | JINSOO ✔
FanficSeokjin pikir, Jisoo itu serupa malaikat tanpa sayap yang dikirim Tuhan untuk menyembuhkan patah hatinya. Ibu peri baik hati yang selalu menebar aura bahagia dimanapun tempatnya berpijak. Juga, ibu dari anak-anaknya kelak. Start : 29 April 2020 Fini...