Playlist : Naomi Scott - Speechless
Votement!
_____❤️____
Hari ini entah kenapa Sthela merasa senang, karena ia akan melakukan kunjungan kerja bersama Mr. Russell ke New York. Biasanya Mr. Russell akan bepergian dengan sekretarisnya, berhubung Ashley sudah ia pindahkan tugas menjadi Office Girl, Sergio tidak memiliki sekretaris. Maka dari itu ia berinisiatif mengajak Sthela.
Walaupun ia sudah sering berlibur ke New York bersama teman-temannya, tapi kalau bersama Mr. Russell berbeda. Rasa bahagianya bertambah berkali-kali lipat. Walaupun hanya kunjungan kerja saja, tapi Sthela bersyukur karena hanya ia dan bossnya itu saja yang mendatangi New York. Keuntungan tersendiri baginya, kini ia akan beraksi untuk membujuk Sergio agar mengangkatnya sebagai sekretaris pria itu. Otomatis, Sthela bisa berdekatan dengan Sergio terus.
Apa Sthela menyukai pria itu? Tidak! Tidak! Ia tidak boleh mencintai lelaki itu, ingat Sthela lelaki itu adalah musuh ayahmu. Lagipula Sergio sudah memilki Anna sebagai kekasihnya.
Dan soal Anna, Sergio mengatakan kalau kekasihnya itu sedang melakukan pemotretan brand ternama di Milan yang akan memakan waktu seminggu. Itupun paling cepat. Kalau untuk pekerjaan mereka di NYC, mereka akan pergi selama 2 minggu, karena Mr.Russell harus benar-benar memerhatikan pembangunan proyek hotel disana. Seperti sebelumnya, pembangunan itu sedikit terhalangi dengan tikus-tikus yang mengkhianatinya. Belum lagi investor yang ingin menanamkan modalnya dalam hotel itu, mereka harus membuat kesepakatan.
Maka dari itu, pekerjaan ini butuh waktu yang lama. Sthela sendiri tidak keberatan, satu tahun juga tidak masalah. Ia tersenyum sendiri mengingat itu.
Dan sekarang, mereka sedang berada di bandara internasional Jhon. F. Kennedy, mereka sedang memesan tiket tidak lebih tepatnya Sthela yang memesannya. Sedangkan Sergio harus menelpon sang kekasih dulu untuk berpamitan.
Sthela sedikit risih dengan kelakuan lelaki itu, tapi ya sudahlah, Anna memang pacarnya kan? Tidak salah Sergio memperlakukan wanita itu dengan istimewa.
"Ms. Zeetana, this is your ticket. You're in the first class, jam keberangkatan sepuluh menit lagi, Ms."
"Thanks,"
Sthela mengambil tiket pesawat dirinya dan Mr. Russell. Setelah selesai dengan urusan administrasi, dia menghampiri Sergio yang masih berkutik pada ponselnya.
"Sir, aku sudah memesan tiketnya. Kita akan berangkat sepuluh menit lagi."
Sergio menoleh padanya dengan wajah heran, "tiket?"
"Ya?" Jawab Sthela yang juga bingung.
"Kita membutuhkan tiket untuk menaiki pesawatnya, sir," sambung Sthela memperjelas kebingungan ini.
Sergio menepuk jidatnya, "astaga! Aku lupa memberitahumu kalau kita akan pergi menggunakan pesawat pribadiku ke NYC."
Sthela membelalakkan mulutnya tak percaya, APA?! Berarti dia sia-sia mengeluarkan uangnya untuk membeli tiket itu? Kenapa bossnya itu tidak memberitahunya dari tadi? Kalau begini bisa rugi ia karena mengeluarkan uang banyak untuk tiket yang sekarang tidak berguna itu lagi. Apalagi ia memesan yang first class, harganya berkali-kali lipat. Keuangannya juga sudah menipis, berarti dia hanya menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli secarik kertas yang tidak berguna itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm For You, Mr. Russell
عاطفيةNote : Sebagian Chapter di private. Harap follow akun ini sebelum membaca karyanya. **** Tuntutan pekerjaan mewajibkan seseorang mengorbankan dirinya demi perusahaan yang hampir bangkrut. Dipercayakan oleh ibunya untuk mengambil alih perusahaan, ma...