Chapter Eight - Meet Some people

4.2K 204 13
                                    

Playlist : Imagine Dragons - Bad Liar

****

Sergio mendekati Sthela dan melampirkan coatnya pada tubuh Sthela dan mendekap wanita itu dalam pelukannya.
__________

Sthela masih merasa shock dengan kejadian itu. Tetapi setelah itu, Sergio membawanya ke lantai dua di nightclub itu. Sthela tidak melawan, ia terlalu lelah untuk semua ini.
Rasanya Manhattan bukan tempatnya, dia tidak cocok beradaptasi dengan kota itu. Semuanya berbeda.

Sergio mendudukkannya di salah satu sofa panjang yang empuk lalu duduk di samping gadis itu, tangannya tetap memeluk Sthela.

Disitu tidak hanya ada mereka berdua, ada beberapa pria dan wanita di sebrang mereka. Ada yang sedang bercumbu, ada yang memainkan handpone, dan meminum wine.

"Apa yang terjadi?"

"Sedikit masalah di bawah. Aku sudah menanganinya,"

"Kau membawa wanita? Tumben sekali," timbrung suara lain diantara keheningan. Sergio menatap orang itu, dia Jovin. Lelaki blasteran Afrika-Amerika, Jovin Alexander Brown.

Sthela tertegun dengan ucapan pria berkulit sawo matang itu, Mr. Russell tidak pernah membawa wanita ke tempat ini?

Oh, she knows.

Sergio tidak membawa wanita ke club' karena dia yang akan menghampiri para wanita, yaitu jalang untuk memuaskan nafsunya.

Menjijikkan!

Memikirkan hal itu entah mengapa membuat hati Sthela mencelos. Ternyata Sergio sama brengseknya dengan lelaki hidung belang di luaran sana. Sudah memiliki kekasih tetapi masih menikmati tubuh gadis lain. Sthela membenci sifat lelaki seperti itu. Tapi Sergio, Sthela merasa ada pengecualian untuk Boss-nya itu.

Jovin. Lelaki yang menyindir halus Sergio tadi menatap Sthela dengan lekat. Tatapan menyelidiki dan menilai dirinya. Sungguh tidak sopan!

"Kau tidak berniat mengenalkannya pada kami, bro? Mainan barumu di belakang Anna ini?" Celutuk salah satu dari mereka. Lelaki berkulit putih, dan rambut blonde. Tampan.

"Aku bukan mainannya, sir. Saya hanya pegawai di kantor Mr. Russell,"
Balas Sthela dengan sopan, itu pun dia berusaha mati-matian agar tidak menjambak rambut blonde si pria itu.

Sthela juga menyadari kalau semua lelaki di ruangan itu bisa di bilang lumayan. Jovin? Pria itu tampan walau berkulit hitam manis. Tapi pandangan Sthela tiba-tiba menatap seorang pria di sisi lelaki berambut blonde tadi. Mereka sangat dekat, dia pacar pria itu atau__ one night stand-nya? Wanita itu sangat modis dan fashionable. Sepertinya berasal dari keluarga berada.

Sthela juga memperhatikan pakaian si wanita itu____ salah satu brand ternama dari Brad Cole, salah satu designer kondang ternama di dunia.

Terlihat akrab, dan ya! Sthela yakin kalau itu adalah pacar lelaki itu, terbukti darinya yang terus mengecup punggung tangan di wanita.

Sungguh, mereka tak malu bermesraan di tempat yang awkward seperti ini.

"Aku tak yakin kalau kalian hanya sebatas Partner kerja," timpal si kulit hitam lagi dengan mata penuh selidik.

"Kau yakin atau tidak, aku tidak peduli." Sergio berbicara dengan tenang. Tidak ingin menghabiskan banyak kata untuk menanggapi sahabat-sahabatnya yang super kepo.

Sthela tersenyum menantang ke arah si kulit hitam. Ia merasa senang atas perkataan Mr. Russell yang sukses membuat pria itu mendengus. Rasakan! Merasa di perhatikan, Jovin pun menoleh pada Sthela. Damn! Gadis itu menertawainya. Ia hanya cuek dan kembali meneguk sampanye.

I'm For You, Mr. RussellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang