🏡 Petasan

39 10 0
                                    

   Siang ini adalah waktu yang cocok bagi Rasya untuk latihan puisi, baginya siang itu penuh semangat ketimbang pagi. Memang aneh sih human yang satu ini di saat sebagian orang di luar sana memilih pagi untuk beraktivitas atau sekedar mencari inspirasi dia malah memilih siang.

"Hari ini..
Hari ini adalah hari yang sempurna..
Dimana ribuan bulir air hujan menerpa..
Tur-"

"Turun dari genteng ketubruk banteng, EAAA!" sahut seseorang dari luar kamar sambil terbahak-bahak, membuyarkan konsentrasi Rasya. 

"Bisa diem gak, Ra? Abang lagi ngelancarin puisi nih buat besok tampil di event tahunan." kata Rasya yang selalu sabar.

"Ya maaf Bang, kan Aira pengen ngakak aja denger Abang latihan puisi gitu, baru kali ini loh denger Abang semangat.
Biasanya bodo amat sama kehidupan yang penuh sajak. Hehee.." ucap Aira sambil membuka pintu kamar Rasya.

"Ya udah sana, gak fokus nih." bukannya keluar yang disuruh pergi malah duduk di kasur milik Rasya.

"Cerita dong Bang.." titah Aira.

"Cerita apaan? Malin Kundang?  Gak ada waktu." tolak Rasya.

"Ayolah Bang, pasti mau ngode cewek ya.. atau kena dare?? Hahaa.." ledek Aira.

"Sembarangan! Mana ada orang ganteng mau aja disuruh ngelakuin dare,  ini kemauan dari hati ya gak paksaan." jelas Rasya.

"Tuh kan! Bener! Abang gue lagi  main hati nih, cieeeee..." Aira malah meledek Rasya.

"Tapi Ra Mama ke mana?" tanya Rasya.
"Katanya sih buang sampah tadi, suruh ikut tapi Aira baru bangun tadi ehehe.." jawab Aira.

"Dasar kaum rebahan ngebo terus, ya udah sana lu keluar, main apa kek, mau main masak masakan kek, main pasir, main gundu, ma-"

"Emang guenya bocah apa? Main begituan." kata Aira ketika Rasya menyuruhnya keluar.

"Ya terserah mau main apa asal jangan ganggu Abang. Sana main sama si Sonya, SuA, Channia, Rinjani, Sea,  Ahra, Naya.. masih banyak lagi.." kata Rasya.

"Udah kelar ngomong nya, Bang?" tanya Aira.

"Udah." kata Rasya, setelah itu Aira keluar dari kamar Abangnya sambil mendumel,
"Padahal nanti juga keluar, sampe ngabsen nama anak orang segala."

"Dasar Aira..." Rasya terkekeh, lalu ia dengan sisa kesabaran yang ada melanjutkan sesi latihan puisi yang sempat tertunda.


***


"Awas pas udah nyala langsung dilempar ya!" kata seseorang kepada seorang anak kecil.

"Oke siap!!"

"1..  2.. 3.. lempar!" orang itu memberi aba-aba untuk melemparkan petasannya ketika sumbunya dibakar dan anak itu pun melemparkan petasan di tangannya ke sembarang arah.

"Satu..
Dua.. 
Tig-"

DUARR!!

"Astagfirullah! Hey siapa itu! Minta dijewer ya sama saya! Gak lihat apa saya mau buang sampah jadi berceceran lagi!" omel Qarira sebab ketika ia hendak membuang sampah, ia dikagetkan oleh suara petasan yang tidak tahu siapa yang melempar petasan tersebut kearahnya. Hingga spontan ia menjatuhkan wadah yang penuh dengan sampah itu.

"Mampus deh ada orang." kata orang yang tadi menyalakan sumbu petasan.

"Eh ternyata kamu ya Bass! Sini kamu! Ajak temanmu jangan sembunyi kayak curut kamu, udah gede masa maen petasan sih! Gak lihat badan apa?" cerocos Qarira ketika mendapati Bass dengan kedua temannya Felix dan Kio yang sedang menggendong Kael.

KAMPUNG RUSUH[LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang