🏡 Ternyata Memang Jodoh

40 4 0
                                    

Seru tapi lelah itulah yang dirasakan Sonya sekarang, kini ia hanya duduk di hadapan orang-orang yang saling berbagi kebahagiaan dan harapan, berharap semua akan segera berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Hey! Ngelamun aja sih Nya, ayo ngumpul!" ajak Arlan kepada Sonya yang sedang menggerakkan otot-otot jarinya.

"Gak deh lu duluan aja Lan, gue udah pegel nih pengen cepet pulang ke rumah." kata Sonya.

"Oke, nanti gue antar lu pulang ya?" tawar Arlan.

"Heh! Lu mau si Dania marah? Sembarangan mau nganter gue."

"Ya kan gue bawa mobil dodol.. sekalian aja gitu."

"Oh iya gue lupa, taunya lu suka bawa motor sih. Tapi Lan, gue sama Susi atau Uji aja deh, gak enak gue jadi nyamuk."

"Lah santai aja kali,"

"Gak deh, gue sama Susi aja."

"Iya terserah lu aja deh.."

"Iya Lan,"

"Kalau gitu gue balik ke sana ya." kata Arlan yang diangguki oleh Sonya.

Akhirnya acara baksos di panti jompo pun selesai, waktu yang Sonya tunggu dari tadi dan kini Sonya memilih diantar pulang oleh Susi menggunakan motor.

"Nya, nanti mampir di swalayan ya? Gue mau beli masker wajah, stok di rumah udah habis." kata Susi meminta persetujuan dari Sonya.

"Iya..." jawab Sonya, karena ia tau Susi itu sangat rutin memakai masker wajah, tak aneh jika sekarang wajahnya itu sangat glowing seperti kaca yang terkena sinar matahari, menyilaukan mata.

"Loh? Susi katanya lu mau beli masker? Itu swalayannya kelewatan." kata Sonya heran ketika Susi tidak berhenti di swalayan tempat ia biasa membeli masker.

"Lain kali aja deh, gue tahu kok lo udah capek.."

Sangat pengertian sekali sih temannya ini tahu saja dia memang sudah lelah untuk berjalan, pikir Sonya.

"Mantap! Perhatian! Ini baru temen gue!"

"Ya jelas dong.."

"Kalau gitu buruan Sus.. badan gue udah lengket, pengen mandi, terus tidur..." kata Sonya sambil mengguncangkan pundak Susi, membuat yang diguncang panik.

"Heh! Lu mau kita nabrak apa?"

"Hehe.. maaf gak sengaja..."

"Ya udah diem,"

"Iya..."

Tidak terasa kelopak mata Sonya semakin berat saja hingga tak sadar bahwa kepalanya sudah bersandar di pundak Susi.

"Woy! Sonya! Jangan tidur lu, udah deket rumah lu nih!" kata Susi berusaha menyadarkan Sonya.

"Iya, iya... kagak tidur gue, cuma hampir aja."

"Kalau gitu turun lah."

"Heloww?? Masa gue diturunin disini sih?"

"Coba lihat baik-baik, di depan itu rumah siapa ya?" kata Susi sambil mengarahkan pandangan Sonya ke rumahnya.

"Eh iya ya... itu rumah gue. Tapi Sus, ini kan di ujung pagar rumah gue, gerbangnya di..."

"Dimana? Hah? Dimana? Susah kan? Orang disana mobil berderet gitu gimana gue mau parkir coba!" semprot Susi sambil menunjuk mobil yang berjajar di depan rumah Sonya, Sonya yang sadar akan hal itu sangat heran, karena tak biasanya ada tamu sebanyak ini yang datang ke rumahnya.

"Ah, mungkin cuma temen Ayah gue lagi reunian." kata Sonya mencoba untuk berpikiran positif.

"Owh, ya udah kalau gitu gue pulang ya Son, salam buat orang-orang rumah." pamit Susi, yang diangguki Sonya.

KAMPUNG RUSUH[LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang