Pagi ini hawa sejuk lebih menusuk daripada sebelumnya. Kabut yang masih berkerumun menutup pandangan ku dari jendela kamar menjadi pemandangan pertama yang kulihat pagi ini.
Aku bangkit dan meraih handuk biru tebal di kursi sebelah tempat tidur ku. Segera aku bersiap mandi untuk sarapan lalu berangkat sekolah.
"Tuk..tuk..tuk.." suara langkah dari kiri ruang makan yang tak lain adalah tangga. Seseorang turun parlahan dari lantai dua dengan sepatu putih bersih, rok abu abu dan seragam rapi. Tak lupa rambut panjang yang hitam lurus di biarkn bebas tertiup angin dari jendela besar sebelah tangga.
"Morning!" Ucap wanita berumur sekitar 30 tahun yang tak lain adalah ibu gadis tersebut.
Tepatnya ibu sambung.Maura.". . . . " Tak ada jawaban.
Hanya sebuah senyuman manis yang terbaca sebagai jawaban."Sini duduk, ibun masak nasi goreng" ucap Maura.
Ibun merupakan nama panggilan dari gadis itu sendiri untuk dirinya. Ia tak ingin memanggil dengan sebutan mama atau yang lain agar tak terlihat pasaran sebutnya.
"Kamu mau pake kerupuk?" tanya Maura sembari menyodorkan setoples kerupuk yang tampak nya masih hangat baru saja di goreng.
/Menggeleng.
Lagi lagi tak ada ucapan apapun yang keluar dari mulut gadis tersebut.
Ia hanya menggeleng dan tersenyum sambil melanjutkan makan sarapan nasi goreng favorit nya.
Entah apa. Bagaimana bisa menutup rapat bibir seperti itu.
Tapi walau begitu Maura paham, dan mengerti. Setidaknya 6 bulan terakhir ini dia telah banyak mengenal keluarga barunya dan juga Nadhira, anak sambungnya.Nadhira axilla gevani. Begitu lah nama panjang gadis yang dari tadi menghemat kata kata dari dalam mulutnya itu.
Ia memang begitu, terlalu dingin kepada siapapun setau Maura. Bahkan keluarga nya sekalipun.
Tapi walaupun begitu Nadhira tak pernah membuat nya jengkel, bahkan Nadhira sering membantunya dalam mengurus rumah atau pun menemaninya belanja membeli keperluan.Nadhira hanya irit bicara saja."Ohok!" FINALLY!!
suara itu terdengar keluar dari mulut Nadhira pagi ini.Ia terlonjak kaget melihat jam di tangan nya menunjukkan pukul enam lima puluh. Segera ia menghabiskan air putih di gelas nya lalu pergi sambil menggendong tas silver berpadu warna galaxi.
"Eeiiitsss!" Teriak Maura.
Seperti sudah terbiasa, Nadhira pun memutar balik tubuhnya dan berlari ke arah Maura."Sorry" ucapan itu terlontar dari bibir Nadhira lalu mencium pipi Maura."Suka kelupaan kan" sindir Maura sembari tertawa kecil.
Nadhira berlari kembali menuju garasi rumah nya untuk mengambil mobil mini cooper hitam putih milik nya . Itu adalah kado ulang tahun ke enam belas pemberian ayahnya tersayang.
Memang masih terlalu muda untuk berkendara dengan roda empat, apalagi mobil yang di kendarai Nadhira tak main main harga nya. Namun begitu Nadhira selalu hati hati dan mematuhi lalu lintas agar tak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
Cepat namun hati hati Nadhira menekan gas mobil nya agar melaju supaya tidak terlambat.
Padahal masih sangat awal.Begitu memang, Nadhira selalu datang sebelum bel masuk berbunyi keras memekik seluruh penjuru sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
HITAM
JugendliteraturJangan datang padaku. Aku ruang hampa yang tak pernah kau temui dimana pun. Hatiku terlalu gelap untuk ditempati siapapun. Bahkan cahaya tak pernah ku beri celah masuk dalam sela jiwa ku yang sempit. Apa lagi kamu?