"Seven"

40 3 1
                                    

Setelah kejadian kemarin malam. Kini, Arta sedang berada di rooftop sekolahnya. Ia masih memikirkan kata-kata dari mama nya.

Haruskah ia berdamai dengan papa nya? Haruskah ia menerima anak itu? Apakah ia sanggup? Apakah ia tak akan membenci jika anak itu tinggal bersamanya dan keluarganya?

Arta menghela nafas lelah dan menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

Sampai pada akhirnya ada yang menepuk pundaknya, dan itu membuat Arta menengok ke arah belakang dan mendapati Arham sahabatnya yang sedang cengengesan, ia juga melihat Bimo yang sedang duduk di sofa yang sudah lusuh.

Kemudian Arta menghela nafas nya lagi dan menatap ke arah depan.

Itu membuat Arham heran ada apa dengan sahabat nya ini? Sampai-sampai ia bolos pelajaran sampai jam istirahat, biasanya ia yang paling rajin dan tidak pernah bolos, pasti ada yang tidak beres, pikir Arham.

"Lo kenapa ta? Ada masalah apa?" Tanyanya pada Arta yang membuat Arta menoleh menatap ke arah nya.

Arta menghela nafas berat nya. Apakah ia menceritakan masalahnya pada sahabatnya? Atau bahkan ia akan diam? Entahlah Arta sedang bergelut dengan pikirannya sendiri.

Sedangkan Arham yang melihat itu pun langsung mengusap punggung Arta seolah-olah memberi tahu bahwa ia adalah orang yang dapat di percaya.

"Udah lah Ta, Lo gak percaya sama sahabat Lo sendiri?" Ucapnya sambil melihat ke arah Arta yang menatap lurus ke depan.

Sedangkan Bimo yang mendengar percakapan kedua sahabatnya segera beranjak dari sofa dan berdiri di samping kiri Arta.

Jadi, posisi Arta berada di tengah-tengah mereka.

"Ada apa si?" Tanyanya pada Arham namun, Arham tidak menjawab ia malah menatap ke arah Arta.

Itu membuat Bimo juga menatap ke arah Arta. Sedangkan yang di tatap malah menghela nafas lelahnya.

"Gw bingung" ucap Arta yang membuat kedua sahabatnya menatap lekat ke arahnya.

"Gw bingung harus berdamai dengan papa atau malah seperti sekarang?, membiarkan semuanya seperti ini atau memperbaikinya?" Ucapnya lagi, sedangkan Bimo dan Arham yang mengetahui arah pembicaraan Arta pun saling melempar tatapan seolah-olah bertanya satu sama lain.

"Kita berdua emang gak bisa bantu Lo dalam masalah ini. Tapi Gw percaya sama Lo. Lo bakal ambil keputusan yang terbaik" ucap Arham sambil tersenyum ke arah Arta dan Arta yang melihat itu hanya menatap ke arah Arham dan menghembuskan nafas beratnya.

"Memang sulit di posisi Lo Ta, Tapi kita berdua percaya Lo bisa ambil keputusan yang terbaik buat diri Lo maupun keluarga Lo" ucap Bimo yang di angguki oleh Arham, sedangkan Arta yang melihat itu langsung tersenyum.

"Thanks udah mau dengerin semuanya tanpa harus kalian berdua memojokkan Gw" Ucap nya dengan tulus dan itu di angguki oleh Arham dan juga Bimo.

"Sans aja sama kita berdua mah lah Ta, Ye gak Ham?" Tanya Bimo pada Arham dan di angguki oleh cowok itu.

"Jadi sekarang kita ke kelas atau bolos di sini?" Tanya Bimo lagi pada kedua sahabatnya.

"Masuk kelas lahh, enak aja Lo bolos" Ucap Arham yang langsung menjitak kepala Bimo.

Sedangkan Bimo yang di jitak pun menatap garang ke arah Arham yang malah terkekeh melihatnya kesakitan.

Arta yang melihat kedua sahabatnya bertengkar itu, langsung pergi dari rooftop menuju ke kelasnya.

Sedangkan Arhan dan Bimo menatap punggung Arta tak percaya.

"Itu bocah kebiasaan banget dah" ucap Arham yang di angguki oleh Bimo.

•Arta✓[OnGoing]•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang