Jangan lupa vote cerita ini ya🖤
Happy Reading!•••
Setelah menempuh beberapa jarak akhirnya mobil ambulance yang membawa Arta dan Alesya sudah sampai di halaman rumah sakit. Di susul dengan mobil Bimo, kemudian Letta segera turun dari mobil Bimo dan Bimo memarkirkan mobilnya.
Letta melihat satu persatu brankar yang diatasnya terdapat sahabat serta teman nya, ia langsung menghampiri brankar tersebut.
Tak lama brankar-brankar tersebut di dorong memasuki rumah sakit.
Letta mendorong brankar yang berisikan Alesya sedangkan Bimo yang sudah selesai memarkirkan mobilnya, mendorong brankar yang berisikan Arta.
Bimo melihat Arta membuka matanya perlahan dan ia langsung menggenggam jemari Arta.
"Lo harus kuat Ta. Lo harus tetap bertahan" Ucap Bimo tentu saja yang tak di balas oleh Arta.
Arta kemudian melihat ke arah brankar yang berisikan Alesya dengan mata yang sayup.
"A-alesya" Lirih Arta pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Bimo.
Bimo yang mendengar lirihan Arta pun langsung menatap ke arah Alesya juga dan berkata.
"Dia bakalan baik-baik aja kok. Lo tenang aja" Ucap Bimo membuat Arta tersenyum tipis dengan wajah yang menahan sakit.
Setelahnya ia langsung memejamkan matanya lagi.
Sampai pada akhirnya brankar Arta dan Alesya berbeda arah, Arta yang lurus di arahkan ke ruang ICU sedangkan Alesya yang di arahkan ke ruang perawatan intensif.
"Maaf Mas, Mas hanya bisa mengantarkan sampai di sini" Ucap Salah satu suster sambil menahan Bimo.
Bimo yang mengerti pun hanya menuruti perintah suster tersebut sambil menatap cemas ke dalam ruangan ICU tersebut.
"Gw harus gimana??" Ucap Bimo Frustasi sambil mendudukkan tubuhnya di lantai.
"Gw telpon Arham!! Ya Gw harus telpon Arham!" Ucap Bimo sambil mengeluarkan ponselnya yang berada di saku celana nya tersebut.
Kemudian ia mengetik nama Arham dan segera menelpon cowok tersebut.
"Hallo" Ucap Bimo gemetar.
"Hallo Bim, Lo kenapa?!" Tanya Arham panik di sebrang sana.
"Arta Ham Arta, hiks" Ucap Bimo tak kuat menahan tangis.
"Arta kenapa?!!"
"Arta kecelakaan Ham" Jawab Bimo yang semakin terisak.
"Gw gak tau harus hubungin siapa. Lo cepetan ke sini Ham" Ucap Bimo lagi.
"Oke oke Gw sama Sila ke sana sekarang. Lo di rumah sakit mana?!" Tanya Arta dengan nada tergesa-gesa.
"Gw di RS Gerhana Medika"
"Tunggu Gw di sana oke. Jangan panik!!" Perintah Arham.
Setelah itu Bimo langsung mematikkan sambungan telponnya.
"Lo pasti kuat Ta. Lo harus kuat" Lirih Bimo yang semakin terisak.
•••
Setelah beberapa menit akhirnya Arham, Sila, dan Bang Diwan sampai di rumah sakit itu.
"Adek Gw mana?! Adek Gw gapapa kan?! Arta juga mana!?" Tanya Diwan pada Bimo sangat panik.
Bimo yang mengerti siapa Diwan pun langsung berkata.
"Alesya di ruang perawatan intensif. Dia gapapa cuma pingsan dan sekarang ditemani Letta, tapi Arta" Ucap Bimo lirih di ujung kalimatnya.
"Arta kenapa?!" Tanya semuanya kecuali Bimo.
"Arta di ruang ICU dari tadi sedang ditangani oleh dokter" Jelas Bimo lirih.
Arham, Sila, dan Diwan yang mendengar itu pun menatap sendu ke arah pintu ruangan yang bertuliskan ICU tersebut.
Dan pada saat itu juga, Letta datang dari arah lorong yang dimana terdapat ruangan Alesya.
"Bang Diwan, Sila, Arham?" Ucap Letta yang membuat ketiganya menoleh ke arahnya.
"Adek Gw gapapa kan??" Tanya Diwan pada Letta.
"Gapapa kok Bang, Alesya cuma syok dan kata dokter sebentar lagi sadar kok" Jelas Letta.
"Yaudah, kalo gitu Gw ke ruangan Adek Gw dulu ya" Pamit Diwan yang langsung di angguki oleh semuanya.
Diwan pun segera melangkahkan kakinya menuju ruangan yang dimana Letta keluar tadi.
Setelah kepergian Diwan, Letta pun berkata.
"Gimana keadaan Arta Bim??" Tanya Letta pada Bimo yang sedari tadi menunduk.
"Arta masih di tangani oleh dokter Let" Jawab Arham, karena sedari tadi Bimo hanya diam dan menundukkan kepalanya.
Letta yang mengerti suasana sedang sedih pun hanya menganggukkan kepalanya mengerti tanpa harus berbicara lagi.
Ia pun berjalan ke arah Bimo yang sedang duduk di lantai sambil menundukkan kepalanya. Perlahan Letta pun ikut duduk di sebelah Bimo.
Dan dengan refleks Letta menarik kepala Bimo perlahan dan di letakkan di pundaknya.
Bimo yang sedari tadi butuh sandaran pun akhirnya tak kuat menahan tangis. Ia pun menangis sambil terisak di pundak Letta.
Sedangkan Letta yang mendengar isakan Bimo semakin keras langsung merengkuh tubuh kekar Bimo dari samping.
Btw, aneh ya harusnya yang nangis itu letta bukannya Bimo wkwk ya sudah lah back to stroy!
Beberapa jam menunggu akhirnya pintu ruang ICU terbuka dan menampakkan dokter yang menangani Arta, hal itu membuat Arham dkk berdiri dan langsung menanyakan keadaan Arta.
"Gimana keadaan sahabat saya dok!?" Tanya Bimo dengan sangat penasaran sekaligus deg-degan.
"Keadaan pasien saat ini kritis, pasien kehilangan banyak darah, golongan darah pasien adalah A Negatif dan kebetulan di rumah sakit ini persediaan golongan darah A Negatif sedang habis, karena golongan darah tersebut sangat langka, jadi di antara kalian siapa yang memiliki golongan darah tersebut??" Tanya dokter pada semuanya.
"Saya AB dok" Ucap Bimo.
"Saya AB Positif dok" Ucap Arham.
"Saya O Negatif dok" Ucap Sila.
"Saya juga dok, golongan darah saya B" Ucap Letta.
"Saya A Negatif dok" Ucap seseorang yang membuat Arham dkk dan juga dokter itu pun langsung melihat ke arah orang tersebut.
"Lo?!" Ucap Arham dkk terkejut dengan kedatangan sosok itu.
•••
Hmm, kira-kira siapa ya?
Penasaran? Vote and komen ya!See you guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
•Arta✓[OnGoing]•
Ficção Adolescente•Bagi Alesya, Arta Adalah Cowok Yang Berbeda, Arta mempunyai Daya Pikat Tersendiri Yang Membuat Alesya Penasaran Atas Kehidupan Arta• •Bagi Arta, Alesya Adalah Cewek Aneh Yang Pernah Arta Kenal Di Sekolahnya, Dia Menyebalkan, Suka Mengganggu Ketenan...