Chapter 24 | Monster

2.1K 157 21
                                    

Maaf ya lama update-nya, soalnya aku banyan tugas online jadi harus nunggu punya waktu luang buat update part baru.

Dan semoga kalian tetap sehat terus walau tengah dalam keadaan darurat seperti ini:) dan semoga CoVid-19 cepat minggat dari bumi.

Enjoy!

"Hidup yang kejam akan buat kamu sama seperti asahan besi yang tahan banting"
-Elgama-

***


Meira mengaduh kesal. Bagaimana tidak? Sejak cowok-nya dibawa oleh sekumpulan pria ber-jas hitam, ia belum dapat kabar apapun dari cowok-nya itu.
Tunggu-tunggu … cowok-nya?  sejak kapan Meira mengakui Elgama sebagai ‘cowok-nya’?

Layar ponsel itu kembali menyala, menampakan wallpaper kartun kesayangannya ‘We bare bear’. Wajah Meira lagi-lagi kembali suntuk ketika tidak ada notifikasi  pesan yang masuk dari Elgama. Kemana cowok itu? Tak biasanya dia menghilang, apa Elgama sudah bosan dengan Meira? Terus cari cewek lain!

Big no!

Meira memukul keningnya beberapa kali dengan ujung pulpen. Kemasukan syaiton apa lagi dia kali ini?

Sudah cukup tadi Meira kena damprat Ibu gendut bergincu oranye itu karena tidak fokus pada pelajarannya. Sekarang ia harus fokus pada kerjaannya.

Semangat Meira tinggal dikit lagi!

“Ternyata jadi sekertaris osis itu melelahkan,” keluh Meira, ditemani suara cicak yang merayap di dinding ruangan sepi itu.

“Tenang aja saya tungguin kok sampe selesai,” timpal seseorang di belakang Meira.

Meira memutar kursinya, memasang wajah terkejutnya.  “Loh Kak Fatah belum pulang?”

“Ya kali saya ninggalin cewek sendirian di ruang osis, kalau ada apa-apa kan berabe urusannya!”

Mata Meira memincing kearah jarum jam. Ia tak menyangka akan larut  saat mengerjakan proposal ekstrakulikuler sekolah, biasanya kan Meira paling anti duduk di depan computer berjam-jam. Bahkan ia sampai tak mendengar bel pulang.

“Besok lagi aja lanjutin, kamu pulang aja, saya anterin.” Fatah  mengambil alih mouse yang dipegang Meira.

Spontanitas tangan mereka bersentuhan membuat Meira tersentak dan melepaskannya dengan terburu.

Sorry,” sesal Fatah.

“Bukan salah Kakak, kalau gitu aku  pindahin aja ke flashdisk buat dikerjain di rumah. aku mau pulang sendiri aja!”

Buru-buru Meira memindahkan file yang ada di computer sekolah  ke dalam  flashdisk miliknya,  lalu membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam  tas.

“Aku duluan ya Kak Fatah,” pamit Meira.

Sebelum Meira keluar dari Ruangan  Osis Fatah mencekal tangan Meira, “Kenapa? lo takut Elgama marah? Lagian Elgama juga nggak masuk sekolah hari ini, jadi lo nggak usah takut gitu.”

Meira tercekat salivanya sendiri mendengar nada Kak Fatah yang berubah  tajam, bahkan  sekarang ia menggunakan sapaan  lo-gue.

“Aku cuma nggak mau KaFatah berantem sama Kak El,” cicit Meira.

Fatah tertawa datar, “Kalau  gitu lawan lah, kenapa harus takut sama cecunguk itu?”

Meira menatap Fatah tak suka, sungguh Meira benci saat ada yang berani mengolok Elgama di depannya.

ELGAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang