Chapter 23 | Complicated II

2.4K 141 26
                                    

Iya aku tahu ini udah lama banget nggak update:(

Happy reading!

"Kesempatan kedua adalah remedial dari masa lalu kelam"
-Elgama-

-------------------------------------------------

Waktu berjalan begitu cepat, bahkan ia bisa merasakan begitu cepatnya jarum jam berputar seperti detik tanpa jeda.

Mata elangnya memancarkan kebencian yang teramat dalam pada lawan bicaranya. Kebenciannya sudah begitu menjamur dan merekat kuat dalam relung dada yang bahkan sudah menyebar ke seluruh persendiannya, dan ia tak yakin bisa memaafkan lelaki yang berstatus sebagai Ayah kandungnya itu.

"Kamu salah paham Elgama," sergah Javier.

Elgama mengepalkan tangannya, lalu tersenyum miring. Ia memandang punggung Ayah kandungnya yang membelakanginya. Dia tidak berniat untuk mendengar penjelasan basi atau pembelaan yang akan disampaikan Ayah-nya itu.

Lelaki bernama Prawira Javier itu pantas dihukum atas kesalahannya di masalalu, bahkan kata maaf itu sudah tak berlaku lagi untuk lelaki itu.

Tidakkah lelaki itu berpikir sedikit saja mengenai Elgama dan Almarhumah Ibunya? Apakkah pernah sekali saja dia memikirkan dan mencari tahu keberadaan Elgama dan Ibunya? Terakhir, dimana lelaki itu ketika ia membutuhkan sosok Ayah yang selalu ada membenarkan ketika ia melakukan kesalahan?

"Semua praduga yang kamu pikirkan tentang Ayah salah," ujar Javier. Lelaki itu berbalik dan menghampiri Elgama yang berdiri di belakangnya.

"Anda masih mau membela diri?" sarkas Elgama.

Elgama menjatuhkan tubuhnya pada sofa dan menyilangkan tangan dipinggang. Tatapannya jatuh pada Ayah-nya yang berdiri di hadapannya.

"Tidak. Ayah hanya ingin kamu tahu bahwa semua ini adalah kesalah pahaman." jawab Ayah kandung dari Elgama.

Elgama berusaha untuk tidak membogem Ayah-nya, ia memalingkan wajah ke sudut lain ruangan Pribadi Ayah-nya itu.

"Sampai mati pun saya tidak akan pernah melupakan apa yang sudah anda berikan dalam hidup saya dan Ibu saya, jadi sebaiknya anda tidak perlu lagi mengusik hidup saya!" ditatap-nya kepala keluarga Javier itu dengan kebencian teramat dalam.

Javier menghela napas berat. Rasanya begitu menyakitkan ketika seorang darah dagingnya sendiri menolak dan bahkan meragukannya.

Terlambat! Ia sungguh sudah berada jauh dari kata Ayah dan anak, mungkin lebih tepatnya lagi mereka mirip musuh yang sudah lama tidak pernah jumpa. Hanya ada segugus kebencian nyata dari mata Elgama.

Sempat terlintas di pikiran Javier, apakah ini semua hukuman atas semua tindakan ketidak adilannya? Apa sekarang semesta sudah memutuskan penghakiman yang cocok untuk kesalahan Javier di masa lalu?

Kenyataan atas meninggalnya istri-nya-Almira begitu menamparnya dengan dahsyat, ditambah lagi anak kandung yang selama ini di carinya tengah berdiri di hadapannya dengan guratan kebencian yang sudah tidak dapat lagi diukur.

Tidakkah masa-masa terpukul-nya-ketika mengetahui penyebab kematian Almira karena alibi menyelamatkan dirinya cukup? Tidakkah semua itu cukup sebagai hukumannya?

Mata Javier bergerak menatap Elgama dengan tatapan bisu nan sulit terbaca.

"Silahkan hukum ayah, salahkan Ayah sampai perasaanmu setidaknya puas."

Elgama bergeming ditempatnya. Enggan menoleh ataupun melakukan gerakan yang akan menciptakan kecanggungan.
Diam-diam dia melirik tajam Ayah-nya itu, "Ayah memang pantas dihukum!" lirih-nya.

ELGAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang