5

14.2K 1.9K 349
                                    

Rutinitas Seokjin semakin baik tiap harinya. Ia bahkan sudah tidak pernah lagi tidur di kelas saat jam istirahat. Waktu tidurnya sudah normal sekarang.

Berterima kasih pada orang yang membantunya. Menawarkan pekerjaan tidak memakan waktu yang bisa ia kerjakan. Kim Namjoon.

Apalagi ia juga mendapat bayaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan sang nenek.

Pagi-pagi sekali ia akan berangkat ke kampus, mengajarkan teman-temannya yang kurang mengerti. Hanya mengajarkan, bukan mengerjakan.

Kemudian menerima beberapa jam kuliah hingga siang hari. Dilanjut bekerja pada seorang Kim Namjoon. Dan beruntungnya, ia juga diberi makan siang. Luar biasa kan?

Sore hari ia akan tetap bekerja di supermarket selama beberapa jam hingga malam setelah mengecek sang nenek sebentar di rumah. Dan barulah ia bisa pulang. Tidur nyenyak tanpa memikirkan tumpukan buku milik temannya.

Ah, mungkin waktu untuk neneknya seharian penuh hanya ia luangkan ketika akhir minggu. Atau saat tanggal merah.

Sungguh merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi. Kalau ia tidak bekerja, ia dan sang nenek tak akan bisa makan atau membayar uang sewa rumah.

Sekarang sudah siang. Ia sudah diberi kunci cadangan agar bisa masuk ke ruangan dimana ia bekerja. Menunggu orang yang memberinya uang itu sambil mengerjakan tugas hariannya.

Katanya orang itu masih ada seminar di luar kampus, makanya datang agak siang. Sekalian makan siang katanya.

Seokjin hanya 'iya-iya' saja. Yang penting ia melakukan apa yang harus ia kerjakan. Sudah.

Cklek~

"Ah, aku sangat terlambat ya? Maaf"

Hingga satu jam ia berada sendirian di ruangan itu, muncullah orang yang ditunggunya.

Seokjinpun mendongak, berniat memberi salam sapa sekedar untuk basa-basi keramahannya.

"Tidak masa-"

Ucapannya terhenti saat orang yang datang itu masuk dan segera duduk di kursinya.

"Maaf aku membawa anakku. Istriku sedang keluar kota karena Bibinya meninggal dunia. Jadi tidak ada yang menjaga anakku di rumah"

Ya. Orang itu datang dengan seorang bayi yang hanya berkedip-kedip dengan empeng di mulutnya.

"Itu....Soobin, Pak?"

"Ya, Kim Soobin namanya"

Konsentrasi Seokjin pecah sudah. Ia tak bisa untuk mengalihkan pandangannya dari sosok kecil yang duduk di atas meja itu.

"Kau belum berkenalan dengan Soobin secara langsung kan? Kemarilah"

Ragu. Kakinya rasanya berat sekali hanya untuk sekedar mendekat ke tempat dimana ia disuruh.

"Seokjin?"

"Ah, iya Pak"

Dan dengan langkah hampir terseretnya, iapun akhirnya mendekat. Tepat dimana sosok kecil yang kini dihadapkan padanya itu melihat ke arahnya.

Seokjin menepuk keras tangannya yang bergetar luar biasa. Juga menggigit bibir bawahnya yang rasanya mengikuti irama gelombang tangannya.

"Namanya Kim Soobin. Usianya empat bulan sekarang"

Tangan kecil itu diarahkan padanya. Dengan bantuan si ayah tentu saja. Seperti mengajak bersalaman.

"Ah, aku...Kim Seokjin"

Ikut menjulurkan tangannya yang masih bergetar.

"Kau menangis?"

Seokjin yang mendengar pertanyaan itupun menggeleng cepat. Segera mengusapkan lengannya ke area mata. Bertolak belakang dengan gelengan kepalanya.

Mother [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang