32

11.6K 1.6K 328
                                    

Semakin sering Ibu Namjoon berkunjung ke rumah anaknya, semakin sering pula perdebatan terjadi disana.

Tentu saja Ibu Namjoon tak sendiri. Wanita paruh baya itu selalu mengajak Seokjin. Yang mana membuat Nyonya rumah semakin marah.

"Soobin semakin besar ya"

Dan tentunya semakin sering pula Seokjin bisa menemui si bayi. Sangat senang rasanya.

Apalagi saat dua wanita beda generasi itu bertengkar, Soobin selalu berada dalam pelukannya. Menjauhi teriakan dua wanita berstatus menantu dan mertua itu.

"Eomma datang lagi?"

Seokjin hanya mengangguk saat si tuan rumah akhirnya datang.

Memang hari ini, mereka datang saat Namjoon belum di rumah. Hanya ada Saera dan Soobin saja.

"Pasti bertengkar lagi dengan Saera"

Lagi-lagi Seokjin mengangguk.

"SUDAH CUKUP! AKU AKAN PERGI BERSAMA NAMU DAN SOOBIN SAMPAI EOMMA TIDAK BISA MENEMUKAN KAMI LAGI!"

"DALAM MIMPIMU. NAMJOON ITU ANAKKU, KAU TIDAK BISA LAGI MEMBAWA SESUKA HATIMU!"

"Hiks"

Teriakan yang semakin kencang itu akhirnya terdengar oleh si bayi juga. Membuat bayi kecil itu terganggu dan mulai terisak.

"Disini saja, biar aku yang ke dalam"

Ucapan sang tuan rumah setelah mengecup pelan dahi bayinya yang menunjukkan ekspresi tak nyamannya. Dan pergi begitu saja.

"Astaga, kenapa dekat sekali?!"

Mengecup Soobin dalam gendongan Seokjin. Artinya mendekati Seokjin juga. Yang berakibat pada debaran dadanya. Semakin kencang.

"Ayah Soobin kenapa sih?! Eh, memangnya apa salahnya mencium Soobin? Eh, tapi kan tetap saja- ah kenapa?"

Seokjin menunduk untuk melihat isakan si bayi yang menunjukkan raut wajah ingin dikasihani.

"Iya, minum susu ya?"

Tak lupa tangan mungilnya yang sudah menggenggam pakaian bagian depannya. Bersiap untuk membukanya.

Membawa Soobin, artinya Seokjin harus siap untuk menyusui bayi itu. Dimanapun. Hingga ia selalu membawa kain penutup yang ia sampirkan di pundaknya.

-*123*-

"Namu selalu membela mereka! Apa sekarang Namu sudah tidak mencintaiku lagi?!"

"Bukan begitu, Sayang"

"Tapi Namu selalu berpihak pada Eomna! Kenapa?!"

"Aku hanya ingin melerai kalian saja"

"Tapi kenapa Eomma?! Kenapa bukan aku?!"

Namjoon menggembuskan nafas panjangnya. Kemudian memeluk sang istri yang tengah marah padanya.

"Ya sudah, aku minta maaf kalau-"

"Selalu begini. Dan besok kalau Eomma datang lagi, Namu akan melakukan hal yang sama"

Kembali menghembuskan nafas panjangnya dan mengelus punggung kecil sang istri yang masih berada dalam pelukannya.

"Baiklah, kita pindah seperti apa yang kau inginkan" putusnya final.

"Benarkah? Kapan?"

"Besok"

Saera melepas pelukannya dan tersenyum lebar sambil menatap sang suami.

"Besok jam berapa? Kita akan kemana?" tanyanya antusias.

Mother [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang