14

10K 1.4K 363
                                    

"Darimana, Namu? Kenapa pulang terlambat?"

Saera menghampiri sang suami yang barusaja masuk ke rumah mereka. Dengan si bayi yang sudah ia mandikan dan tentunya wangi.

"Aku mengantar Seokjin tadi"

"Kemana?"

Mengikuti sang suami yang berjalan ke ruang tengah. Duduk di sofa berdampingan.

"Ke Dokter"

"Untuk apa?"

Saera menepis tangan Namjoon yang akan menyentuh bayi dengan bedak penuh di wajahnya itu.

"Mandi dulu, baru boleh menyentuh Soobinnie" desisnya dengan tatapan mautnya.

Namjoon hanya berdecak kecil seraya menarik tangannya kembali. Menyandarkan punggungnya di sofa yang ia duduki.

"ASI Seokjin tidak lancar, jadi konsultasi ke Dokter"

"Lalu jawaban Dokternya?"

"Harus ada yang merangsang langsung"

"Menyusui secara langsung maksudnya?"

Namjoon mengangguk singkat. Dan hanya itu. Ia tak melanjutkan opsi kedua yang diberikan Dokter padanya. Tidak mungkin mengatakannya pada sang istri tentunya.

"Lalu Seokjin mau?" tanya Saera penasaran.

"Tidak. Dia menolak"

Saera nampak menghela nafas panjangnya sebelum menggelengkan kepalanya.

"Sebenarnya dia niat tidak sih memberikan ASInya?" desisnya kemudian.

"Aku juga tidak tahu apa masalahnya, Sayang"

"Kalau seperti ini, sepertinya dia sengaja agar ASInya tidak keluar lagi. Jadi tidak bisa memberikannya pada Soobin. Keterlaluan. Tidak punya belas kasih sama sekali"

Namjoon tidak menjawabnya. Ia tahu jika istrinya marah-marah begitu karena Soobin juga. Karena istrinya sangat menyayangi Soobin. Sama sepertinya. Setidaknya itu yang ia pikirkan untuk sekarang.

"Ya sudah, aku mandi dulu ya? Aku sangat ingin memeluk Soobin"

"Cepat-cepat"

Saera nampak mengibaskan tangannya, seolah mengusir sang suami.

Kemudian menghadapkan si bayi yang berada di pangkuannya ke arahnya.

"Soobin tidak butuh ASI kan?" tanyanya pada si bayi yang mulai memasukkan jemari kecilnya ke dalam mulut.

Hanya memandang orang yang memangkunya dengan tatapan jernihnya. Sangat polos.

"Soobin tidak butuh orang itu. Orang itu sudah membuang Soobin. Seharusnya ceritanya begitu kan?"

Seolah diajak berbincang, si bayi juga mulai ikut mengeluarkan suaranya yang lembut itu.

"Orang itu membuang Soobin di depan pintu, lalu aku menemukan Soobin dan membawa Soobin masuk karena tidak ingin Soobin kedinginan. Aku menunjukkan Soobin ke Namu dan kami memutuskan untuk merawat Soobin. Ceritanya harus begitu"

Seperti sebuah dongeng yang biasa ia dengarkan sebelum tidur di telinga si bayi.

-*123*-

Seokjin masih saja terpikirkan kejadian saat di rumah sakit tadi. Ucapan Namjoon kembali terngiang di kepalanya.

Dan tanpa sadar, tangannya mulai bergerak turun ke tempat dimana keluhan itu ia rasakan.

"Meremasnya?" gumamnya pelan.

Mother [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang