8

12.1K 1.6K 135
                                    

Seokjin terus terpikirkan sesuatu saat ia sudah sampai di rumah. Padahal hari ini hari libur. Seharusnya ia bisa bersantai dan bercengkrama ringan dengan sang nenek.

"Soobin sakit apa ya? Kenapa aku tidak tanya tadi?!"

Ya, siapa lagi yang membuatnya tak bisa tenang sekarang kalau bukan sosok yang tadi dilihatnya sedang menangis.

"Apa aku telpon Pak Namjoon saja ya? Tapi memangnya aku siapa bertanya-tanya kondisi anak orang?!"

Galau. Satu sisi ia khawatir. Satu sisi lainnya ia juga merasa tak punya hak apapun untuk sekedar bertanya.

"Pasti mereka menjaga Soobin dengan baik kan? Tidak perlu mengkhawatirkannya lagi. Soobin pasti baik-baik saja"

Hingga akhirnya ia menyerah dan berpikir untuk tidak melanjutkan rasa panik berlebihannya itu.

"Nenek, aku buatkan sup ya?"

Lebih baik ia mengurus Neneknya yang sudah jelas-jelas berada di dekatnya. Neneknya juga butuh perhatian.

-*123*-

Keesokan harinya, Seokjin kembali beraktifitas seperti semula.

Kuliah pagi dan melanjutkan pekerjaan asistennya di siang hari.

Kosong.

Tidak ada siapapun di ruangan itu. Dan seperti biasanya, Seokjin masuk sendiri tanpa menunggu si pemilik ruangan datang. Toh ia sudah mengantongi kunci ruangan ini. Artinya ia bisa keluar masuk sesukanya kan?

"Kemana ya? Seingatku tak ada jadwal mengajar siang ini" gumamnya pelan.

Mengambil duduk di tempat biasa ia mengerjakan tugasnya.

Akhirnya Seokjin hanya mengedikkan kedua bahunya pertanda tak perduli dan mulai melakukan kegiatan hariannya.

Cukup sepi jika sendirian, maka Seokjin menyalakan musik sebagai teman dengarnya. Yah, agar tidak mengantuk juga.

Cklek~

"Maaf aku telat. Ini kubawakan makan siang untukmu"

Seokjin mendongakkan kepalanya dan tersenyum kecil. Beranjak dan mengambil makan siangnya. Lumayan kan gratis.

"Bapak darimana?" tanyanya setelah mendapatkan makan siangnya.

"Mampir sebentar ke Rumah Sakit"

"Soobin masih sakit?"

"Ya, begitulah"

Seokjin kembali ke tempatnya sambil menggigit bibir bawahnya. Menahan diri untuk tidak bertanya lebih lanjut.

"Padahal selama ini dia baik-baik saja. Tidak pernah hingga masuk rumah sakit begini"

Yah, paling tidak bukan Seokjin yang mengawali perbincangan mengenai bayi itu lagi kan?

"Apa aku tidak becus menjadi orang tua ya?"

Seokjin mendongak dan menggeleng kuat.

"Tidak. Bapak orang tua terbaik untuk Soobin" sahutnya cepat.

"Benarkah? Kau berpikir begitu?"

"Eum. Semua orang tua adalah yang terbaik untuk anaknya"

Tanpa sadar mengatakan hal yang bahkan juga menyakiti dirinya sendiri. Sok bijak, tapi yah....

"Aku juga berharap menjadi orang tua yang baik untuk Soobin. Soobin itu kebahagiaan untuk kami. Aku dan istriku"

Seokjin hanya mengangguk kecil dan menyunggingkan senyumannya.

Mother [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang