23

10.4K 1.4K 342
                                    

Akan apdet kalo....uda kelar ngetiknya 😅

Weps lupa mau promosi ini di chap sebelomnya 😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Weps lupa mau promosi ini di chap sebelomnya 😅

-*123*-

Seokjin buru-buru memakai sandalnya setelah membaca pesan yang baru saja ia terima.

"Nenek, aku pergi sebentar!" teriaknya seraya berlari keluar rumah sewaannya.

"Aduh, bodoh sekali sih. Kenapa ponselku baterainya habis tadi?!" desisnya.

Menyesali dirinya sendiri yang tidak sadar ketika ponselnya mati. Jadi terlambat membuka pesan yang baginya amat sangat penting.

"Nona Saera"

Ya, wanita ini yang menghubunginya. Ia sendiri tidak tahu darimana wanita ini mendapatkan nomornya. Mungkin dari suami wanita ini pikirnya.

"Lama sekali. Kukira kau mati"

"Maaf, saya baru membuka pesannya" balasnya menyesal.

Hanya ada wanita itu disana. Tidak ada sosok bayi yang dirindukannya. Yah, sudah malam juga. Tak baik untuk si bayi jika keluar malam-malam.

"Duduklah"

Kafe. Seokjin disuruh menemui wanita ini di kafe dekat rumahnya. Tak membutuhkan waktu yang lama dengan berlari.

Tapi tetap saja, penampilannya sangat mengenaskan. Karena ia hanya menggunakan kaos putih panjang, celana bunga-bunga milik sang nenek yang panjangnya tak mencapai mata kakinya, dan sandal simpel di kakinya. Memalukan memang.

Sebenarnya ia sudah akan terjun ke dalam mimpi kalau saja tidak membuka ponselnya yang semula mati itu.

"Eum...malam-malam begini, ada apa ya?" tanyanya setelah mengambil duduk di hadapan wanita itu.

"Kenapa kau masih berada di sekitar Namjoon?"

"Saya...saya butuh pekerjaan, Nona"

"Aku sudah pernah memberimu uang kan?"

Kedua mata Seokjin meredup mendengarnya.

"Uangnya...untuk....operasi nenek saya" cicitnya sangat pelan.

"Dan apa aku memiliki kewajiban membiayai hidupmu setelah uang itu habis?"

Seokjin menggeleng.

"Saya..."

"Bekerja pada suamiku?! Sama saja kau mengambil uangnya, Bodoh!"

Seokjin kembali diam dan menunduk.

"Aku bukan mempermasalahkan uang yang kau butuhkan itu, tapi keberadaanmu. Lama-lama kau membuatku muak dengan berada di sekitar suamiku setiap hari"

Seokjin masih diam saja.

"Aku tidak tahu apa rencanamu. Mendekati suamiku dan meminta pertanggung jawaban? Atau kau hanya ingin uangnya saja untuk hidupmu dan nenekmu itu? Licik"

Mother [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang