10

12.1K 1.7K 190
                                    

Adakah yang menunggu update-an ini?

-*123*-

"Saera, kemarilah"

Ajaib. Soobin sudah diperbolehkan pulang keesokan harinya. Dan bahkan bayi itu sudah kembali sehat, seperti tidak pernah sakit sebelumnya.

Soobin kini tengah meminum susu botolnya sambil ditimang-timang. Posisi favoritnya.

"Kenapa, Namu?"

Yang dipanggilpun mendekat, lengkap dengan si bayi yang ada di gendongannya.

"Kau tahu kalau aku mempekerjakan mahasiswa untuk menjadi asistenku?"

Sang istri duduk di sebelahnya. Mengerutkan kening sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku baru mendengarnya" jawabnya jujur.

"Yah, sudah cukup lama sebenarnya. Dan aku sangat mempercayainya sekarang"

"Lalu?"

"Dia bisa....menyusui Soobin"

"Huh?! Kukira asistennya laki-laki"

Namjoon mengangguk, mengiyakan.

"Memang laki-laki. Meski dia tidak mau bercerita apapun padaku, tapi aku yakin dia sudah punya anak" jelasnya. Menjawab rasa kaget sang istri.

"Tunggu, tunggu. Jadi dia pernah menyusui Soobin?"

Namjoonpun memberikan anggukkannya.

"Pantas saja Soobin menggigit dadamu tempo hari"

Kali ini Namjoon memutar bola matanya malas. Malas mengingat akan kejadian yang tak ingin ia simpan di dalam memori ingatannya. Meski nyatanya mustahil belaka.

"Jadi bagaimana menurutmu?"

"Apanya, Namu?"

"Agar dia menyusui Soobin. Kurasa Soobin lebih membutuhkan ASI daripada susu formula. Dan lagipula dia juga sangat kupercaya sekarang"

Saera. Wanita yang memangku si bayi itu nampak berpikir akan ide yag suaminya berikan. Tidak ada yang salah dari ucapan itu. Soobin memang lebih membutuhkan ASI di usianya yang belum mencapai enam bulan ini.

Tapi tetap saja-

"Bisa aku bertemu dengannya dulu?"

Ada hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kalimat.

"Kau bisa datang ke kampus. Dia selalu berada di ruanganku kalau siang"

Saera kembali diam dan berpikir sejenak sebelum memberikan anggukkannya.

"Baiklah, besok aku akan kesana dengan Soobin"

Namjoon memberikan senyumannya dan mengangguk kecil. Seperti puas akan keputusan yang diberikan istrinya itu.

"Kau pasti akan menyukainya. Dia anak yang baik"

Saera hanya tersenyum kecil sambil mengedikkan kedua bahunya.

"Kuharap begitu" sahutnya pelan.

-*123*-

"Seokjin"

Yang dipanggilpun mendongak dari pekerjaannya sejenak. Melihat ke arah pria yang menyebut namanya.

"Iya, Pak?"

"Istriku ingin bertemu denganmu"

Loading.

Seokjin masih diam saat pernyataan itu masuk ke telinganya. Mulai di proses hingga kepala dan akhirnya masuk ke otaknya.

Mother [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang