6. Adena dan kak Fatih

398 126 25
                                    

"Gimana gimana? Udah kenalannya?" Zea menghampiriku dengan antusias saat melihat Julian berlalu meninggalkanku yang masih melongo dengan sikap Julian.

Aku hanya menaikkan kedua bahuku. Gak tau. Kemudian duduk dikursi yang baru saja ditinggalkan Julian.

"Kok gitu sih? Cerita dong, Mi!" Zea ikut duduk dikursi kosong yang ada disebelahku.

"Mau cerita apanya, Ze? Kamu gak liat tadi dia main pergi gitu aja?" Aku berseru kesal.

"Jadi dia pergi tanpa ngomong apapun?"

"Kalau lo bukan murid baru, seharusnya lo tau siapa nama gue. Dia ngomong gitu tadi" aku mengulang kata-kata Julian yang sukses membuat Zea membuka setengah mulutnya, melongo. Persis seperti yang ku lakukan beberapa saat lalu.

"Serius dia ngomong gitu?" Zea masih menatapku tak percaya.

Aku hanya mengangguk.

"Yaudahlah, mungkin dia lagi banyak pikiran makanya gak sempat basa basi" aku menarik Zea untuk kembali ke tujuan pertama kami datang ke perpustakaan.

●●●

Sudah sebulan duduk dikelas sebelas, aku semakin disibuki banyak kegiatan, peraturan asrama yang dulu begitu mengekakngku juga sekarang sudah lumayan merenggang, para anggota osis sibuk mengurus murid-murid baru agar mereka benar-benar paham dengan segala peraturan yang ada di sekolah ini.

"Arumi, ada Julian didepan kelas" salah satu teman sekelasku berseru kencang dari bingkai pintu kelas yang berwarna coklat tua.

Sekarang seluruh isi kelas sudah tau, bahwa Aku menaruh rasa pada Julian. Meski Julian selalu bersikap bodo amat dan tak kunjung peduli, tapi cintaku telah tumbuh besar, tidak bisa ditepikan oleh sikapnya yang apatis itu dengan mudahnya. Aku tetap berdiri kokoh pada keyakinanku.

Aku langsung berlari menuju pintu kelas ketika mendengar nama Julian disebut, senyuman langsung terukir dibibirku.

Persis seperti yang ku lakukan, Julian sekarang juga sedang tersenyum lebar ketika sesekali dia berhenti berbicara dengan salah satu teman sekelasku.

"Biasa aja dong liatnya" Zea memegang sebelah pundakku, ikut mengintip Julian dari balik jendela kaca kelas kami.

"Katanya, Adena bakalan jadi orang yang mendampingi Julian untuk naik jadi ketua osis nanti, dia bakalan jadi wakilnya Julian kalau seandainya Julian terpilih" Zea membisiku informasi yang belum ku ketahui selama ini.

"Oh ya? Kamu tau dari mana?" Aku menautkan kedua alisku.

"Cuma dengar dari orang-orang sih, biasalah gosip." Zea menepuk bahuku kemudia berlalu meninggalkanku untuk kembali duduk di bangku kami.

Adena, teman sekelas juga sekamarku, selain Zea, dia juga teman yang lumayan dekat denganku. Adena anak yang paling baik yang pernah ku kenal. Anaknya lembut, anggun, feminim, gingsul yang berada disudut bibirnya sukses membuat pangling dan ingin selalu menatap senyumnya. Otaknya juga tak pernah pingsan jika diajak bertemu dengan deretan angka yang dikombinasikan dengan huruf-huruf tertentu, seperti X dan Y.

Tatapan teduh Adena juga mampu mendamaikan hati dan pikiran yang sedang kacau berantakan. Walau kulitnya tak seputih kulit Zea, tapi jiwanya yang ayu  akan membuat orang-orang lebih melirik Adena dari pada Zea, apa lagi aku. Tidak mungkin dilirik.

Aku kembali berpikir, kalau Adena akan menemani Julian untuk naik sebagai pasangan pada pemilihan ketua osis nanti bisa-bisa Julian jatuh hati lagi sama dia.

BALASAN [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang