11. tidak mungkin

280 99 11
                                    

Meeting party sudah selesai sejak seminggu lalu, tenda-tenda yang sempat didirikan dilapangan sudah tidak lagi bertengger disana, tumpukan sampah bekas acara juga sudah dibersihkan sedemikian rupa. Deretan kelas pastinya sudah kembali ditata rapi agar pembelajaran dapat kembali berlangsung seperti sedia kala.

Gotong royong besar-besaran diadakan sehari sesudah acara resmi ditutup, meeting party tahun ini mendapat banyak pujian dari berbagai kalangan yang turut hadir memeriahkan acara, banyak ucapan selamat atas suksesnya penyelenggaraan meeting party tahun ini. Kepala yayasan juga menutup acara dengan girang, senyuman terukir jelas dari raut wajahnya.

Ketua panitia beserta deratan anak buahnya dari berbagai macam divisi bersorak sorai telah menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Aku yang juga merupakan bagian dari orang yang berjuang menyukseskan acara ikut senang dan berbangga hati.

●●●

Siang ini awan hitam tampak menggantung diatas sana. Angin sepoi-sepoi ikut menambah sejuk suasana sekolah yang sedang lengang itu. Proses belajar mengajar hari ini belum usai, tersisa 15 menit lagi untuk guru menyelesaikan tugasnya untuk kemudian tanpa disuruh para murid akan berhambur keluar dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Minggu depan pelantikan osis." Zea menyikut lenganku, menyuruhku menyimak pembicaraannya.

Aku menoleh tidak peduli.

Pelantikan osis bukanlah yang paling ku tunggu, karna setiap tahunnya ketua osis dan wakilnya pasti akan ditunjuk oleh kepala yayasan berdasarkan hasil rapatnya dengan para guru dan pegawai yayasan, dan biasanya yang ditunjuk adalah mereka yang pandai membangun relasi, lancar dalam berkomunikasi, juga berjiwa dedekasi. Ya, Julian salah satu contohnya. Yakinlah, dia pasti memiliki segala kriteria ketua osis yang dibutuhkan sekolah ini.

Setelah ketua dan wakil osis ditunjuk, barulah nantinya mereka menyusun nama para anggota osis yang kemudian harus disetujui oleh kepala yayasan dan baru akan dilantik pada hari yang telah ditentukan.

"Katanya Julian udah ditunjuk, Mi." Zea belum mau menghentikan pembicaraannya.

Apa sih yang harus dibahas? Bukankah itu sudah menjadi dugaan semua orang bahwa dialah yang akan menjadi ketua osis selanjutnya?

"Kamu gak berharap jadi anggota osis?" Zea kembali berseru saat melihatku tidak menanggapinya dan justru sekarang memasang airpodsku di telinga.

Guru yang mengajar dikelasku sudah keluar beberapa menit lalu, beriringan dengan suara bel yang bergema diatmosfir sekolah.

"Buat apa sih berharap sesuatu yang nggak pasti?" Aku merapikan buku dan alat tulisku, bersiap beranjak pergi menuju asrama.

"Bukan gitu maksudnya, Arumi." Zea menahanku untuk pergi.

"Logikanya kalau kamu jadi anggota osis, otomatis kamu bakalan sering ke ruang osis. Sampai sini ngerti maksud aku?" Zea masih setia memegang lenganku.

Aku berpikir sejenak. Ruang osis? Maksud Zea itu Julian 'kan?

"Perasaan kamu masih buat dia 'kan?" Aku tertegun dengan perkataan Zea kali ini.

Perasaanku? Sudah pasti buat Julian sepenuhnya lah.

Siapa coba yang mau berpaling dari pangeran sesempurna dia? Dan sebentar lagi dia akan sah menjadi ketua osis. Meski sifatnya yang menjengkelkan itu tapi ku rasa itu bukan masalah besar. Karena lihat lah Adena yang selalu tersenyum lebar ketika berbincang dengan Julian, bukan kah itu pertanda bahwa aku hanya perlu membuat Julian nyaman agar ia bisa menurunkan sifat menjengkelkannya itu?

BALASAN [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang