Ryujin menatap layar tv di depannya tanpa minat, raganya disana tapi tidak dengan pikirannya. Sudah sejak semalam hingga siang ini Ryujin masih menimang saran dari adiknya Haruto.
Ryujin ingin menjelaskan ke Jeno tentang kepergiannya selama ini, tentang keadaannya tapi bayangan mamanya yang menjerit histeris dan penuh air mata kembali menghantui pikirannya.
Ryujin bukannya selama ini tak mau usaha untuk menemui teman-temannya bukan seperti itu.
Ryujin koma hampir dua tahun, saat ia bangun ingatannya masih terjebak pada seminggu kecelakaan itu terjadi. Ryujin awalnya hanya mengingat keluarganya dan pria bernama Lee Jeno yang tanpa ia ketahui sosoknya seperti apa.
Ryujin memberanikan diri bertanya pada orang tuanya tentang kenangan yang selalu menghantuinya saat tidur dan saat melakukan kegiatan tapi bukannya jawaban justru teriakan histeris mamanya yang di dapat.
Kemarin ketika Jeno menjerit seperti orang gila dirumahnya itulah puncak dimana Ryujin sadar bahwa ada seseorang yang ia lupakan dan sakiti.
Matanya berair kembali mengingat kejadian kemarin, saat Jaemin menelponnya agar datang ke rumah yang baginya itu rumah Lee Jeno, saat banyak orang menatapnya terkejut.
Ryujin tak tahu jika keluarganya mengatakan bahwa ia meninggal dan menyuruh teman-temannya melupakannya.
Ini tidak adil. bukan kemauannya tak mengingat teman-teman dan kenangannya, bukan kemauannya membuat namanya memiliki ketakutan berlebihan padanya, dan bukan kemauannya menyiksa Lee Jeno dengan kenangannya.
Ryujin juga tersiksa dengan kenangannya,dengan rasa bersalahnya, dengan ingatannya dan segala tentang Lee Jeno yang menghantuinya.
"Ryujin?..Ryu??"
"Ryujin!"
Guncangan di bahunya membuat Ryujin menoleh kebelakang, dilihatnya mamanya menatapnya khawatir di balik sofa yang didudukinya.
Tatapan itu, Ryujin takut dan merasa bersalah jika mamanya menatapnya seperti itu.
"Kamu kok nangis? Hey kenapa?" Irene berpindah posisi menjadi duduk disamping Ryujin.
Ryujin menatap kedua mata Irene yang khawatir, dihapusnya air matanya. "A..itu dramanya sedih Ryujin kebawa perasaan tadi" ucapnya tersenyum sambil menoleh ke layar TV.
Sial, bukannya drama justru berita gosip yang tampil di tv.
Irene menatap putrinya penuh selidik, ingatannya kembali pada percakapannya dengan Jinyoung tadi pagi.
"Ryujin juga ingin bahagia rene, hidup memang harus move on dan cara Move On itu banyak caranya. Salah satunya biarin Ryujin ingat semuanya dan mulai lembaran baru dengan kenangannya"
Irene tahu dan sadar tentang ketakutan berlebihannya ia ingin mengurangi sikapnya itu tetapi bayangan dimana Ryujin bersimbah darah, mata tertutup berhari-hari, alat-alat yang terpasang pada tubuh putrinya masih jelas diingatkannya.
Irene tak mau Ryujin seperti itu kembali.
"Maafin mama" hanay itu kalimat yang lolos dari mulut Irene.
Ryujin tersenyum "mama ngomong apa sih? Aku nggak papa cuma biasa aku lagi inget sesuatu yang nggak aku ketahui, cuma kenangan lama"
Digenggamnya tangan putrinya "kamu mau janju sama mama?" Ryujin menatap tak mengerti ke arah Irene.
"Di kamar kamu di bawah ranjang kamu ada kotak-kotak itu isinya barang-barang kamu dulu sana temen-temen kamu ambik aja kalau kamu mau tau tentang kenangan kamu dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON!! √
Fanfiction"Aku hanya tidak mencintaimu, aku tidak bisa terus membohongi perasaanku dan menyakiti perasaanmu." "tanpa kata maaf atau tanda penyesalan kamu pergi meninggalkan aku" "Jika aku punya kesempatan kedua, boleh aku berusaha?" "kamu sadar nggak sih kala...