Jaemin melirik sinis Ryujin yang sedari tadi senyam-senyum sembari melihat cincin yang melingkar di jarinya.
Sebenarnya Jaemin udah duduk di meja makan dari tadi tapi entah Ryujin yang emang nggak sadar keberadaannya atau emang pura-pura nggak sadar kalau ada Jaemin. Jaemin makin pundung ngelihat kembarannya itu nggak negur dia atau ngejelasin sesuatu gitu padahal dia disampingnya.
"Mama jari-jari indah Ryujin makin cantik ya di pakaiin cincin dari Jeno"
"Iya cantik, kalian rencana mau persiapan kapan?" Tanya irene sambil sibuk membuat kue.
"Katanya Jeno mau lamaran resmi dulu bawa mami papinya kemari"
Jaemin mengambil toples krupuk dengan kasar dan memakannya secara berisik berharap Ryujin sadar keberadaannya yang membuat suara gaduh.
"Gue doain putus tuh jari" gumam Jaemin melirik sinis Ryujin.
Minjoo yang duduk disebrang jaemin dan Ryujin hanya menggelengkan kepala melihat tingkah dua kembar abstrak itu.
"Lo kenapa sih sewot aja sama gue?!" Ketus Ryujin yang mendengar ucapan Jaemin tadi.
Jaemin menoleh sekilas "lah?! Sadar lo ada kakak lo disini? Gue pikir hidup lo udah buta sama Jeno"
Ryujin menyipitkan matanya "lo ngambek gara-gara nggak tau apa-apa tentang jeno yang ngelamar gue?"
"Menurut lo?!"
Ryujin berdecak sebal "lebay lo gitu aja marah, gue juga nggak tahu jeno mau ngelamar tapi biasa aja nggak marah. Lagian lo itu udah dikasih tahu, salah siapa dianggap bercandaan doang."
Jaemin menyentil kepala Ryujin "ih bego ya iyalah lo nggak tahu kan lo yang dilamar!"
"Nadanya ngomong biasa aja nggak usah teriak-teriak!"
"Lo juga teriak"!"
Jinyoung yang sedari tadi duduk memperhatikan keduanya mulai jengah "kalian ini udah tua masih aja berantem. Jaemin nggak malu apa sama minjoo? Apalagi sama anak kamu kalau denger papanya kayak bocah nggak malu?"
"Kok bocah sih pah?!" Marah jaemin
"Jaemin udah" lerai minjoo
"Tau nih dasar bocah" hina Ryujin.
"Kamu kenapa sih jaem marah banget, toh cuma lamaran gak resmi yang resmi kamu diberi tahu juga, di undang" kata Irene
Jaemin menaruh kasar toplesnya lalu memandang Irene dengan tampang menyebalkan.
"kalian itu nggak ngerti maksud aku, lo juga?! Kenapa langsung lo terima jeno, kenapa nggak mikir dulu?! Kalau jeno ternyata nyakitin lo juga gimana?! Harusnya lo minta waktu buat mikir jawabannya jangan iya-iya aja!. Jeno emang temen gue tapi bukan berarti dia orang baik-baik yang pantes buat lo"
Jaemin menjeda ucapannya, menatap serius Ryujin.
"Kalau lo sakit hati lagi gimana?" Kata Jaemin dengan nada ketus.
Tanpa menunggu jawaban Ryujin, Jaemin pergi meninggalkan meja makan dengan muka marah.
"Susulin gih jin, bukannya belain jaemin. Tapi kamu tahukan seberapa besar sayangnya jaemin ke kamu walau jarang ditunjukin sih" kata minjoo.
"Susulin gih kak" kata Jinyoung.
Ryujin bodoh harusnya dia sadar kenapa kembarannya itu marah, harusnya dia lebih peka sebagai saudara kembarnya.
Jaemin masuk ke perpustakaan pribadinya, ia duduk di salah satu sofa panjang menghadap jendela.
Ia mencoba meredakan amarahnya, mungkin kekanak-kanakan tapi bagi jaemin ini perihal serius , ini masa depan Ryujin. Baginya mau seberapa tua usia Ryujin, dia tetaplah adik kecilnya yang harus dituntun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON!! √
Fanfiction"Aku hanya tidak mencintaimu, aku tidak bisa terus membohongi perasaanku dan menyakiti perasaanmu." "tanpa kata maaf atau tanda penyesalan kamu pergi meninggalkan aku" "Jika aku punya kesempatan kedua, boleh aku berusaha?" "kamu sadar nggak sih kala...