Arata

209 37 4
                                    

"Kasen! Lihat apa yang bisa kulakukan!"

Arata berlari menghampiri Kasen yang sudah siap dengan baju tempurnya, dan menunjukkan api kecil di atas jarinya. "Keren bukan!"

Kasen terkekeh. "Itu keren, tapi tidak perlu berlarian seperti itu, itu tidak elegan, Arata."

Akari ikut terkekeh. "Dan seharusnya kau tidak main-main dengan mana-mu seperti itu. Mentang-mentang sudah bisa mengontrol arusnya," ujar Akari. Arata menggaruk tengkuknya.

"Mana yang lain?"

"Mereka masih bersiap, tuan. Ekspedisi ini akan memakan waktu cukup lama, jadi mereka mungkin akan membawa ini itu," jawab Kasen. Akari mengangguk mengerti. "Kami akan kembali tengah malam nanti."

"Kuserahkan itu padamu," ujar Akari.

Tak lama, pedang-pedang lainnya pun berkumpul. Iwatooshi, Imanotsurugi, Shokudaikiri, Juzumaru, dan Gokotai berkumpul dengan Kasen. "Kami siap, Tuan."

"Makanan kuserahkan pada Tonbokiri," ujar Shokudaikiri. Akari hanya terkekeh dan mengangguk ketika mengirim mereka.

Akari berbalik menatap Arata. "Latihan selanjutnya setelah makan siang," ujarnya. "Selama menunggu kau bisa berkeliling atau bermain bersama para tantou."

"Terima kasih, Bi!"

Arata dengan girang berjalan pergi. Akari hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah saniwa muda itu.

Setelah puas tertawa, Akari terdiam. "Aku tahu kau disana, Yamatonokami."

Yasusada keluar dari balik pintu. Akari berbalik menghadapnya. Yasusada menggaruk tengkuknya ketika Akari malah tersenyum padanya.

"Sudah beres belanja ya? Kenapa sembunyi? Ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Akari.

"Aku hanya penasaran, soal Arata."

Akari terhenyak, namun akhirnya tersenyum lagi. "Mari kita bicara sambil jalan-jalan."

Akari dan Yasusada pun beranjak keluar dari ruang utama. Entah akan kemana, tapi mereka hanya berjalan menyusuri lorong.

Yasusada mengeluarkan es tangkai dari kantung belanjanya dan menyerahkannya pada Akari. "Aku bingung, Tuan. Kenapa pemerintah mengutus Arata kesini?" tanyanya.

"Bukankah sudah kuberi tahu? Dia kesini untuk latihan sebagai saniwa," jawab Akari singkat, mulai memakan es itu.

Yasusada mengedikkan bahu. "Tidak, bukan itu. Maksudku, untuk apa dia latihan disini? Memangnya di dojo pelatihan saniwa tidak bisa? Atau, latihan dengan ibunya sendiri yang juga dulu melatihmu?"

"Kenapa? Kau tidak suka ada Arata disini?"

"Bukan begitu, Tuan," ucap Yasusada. Akari terkekeh. Yasusada membuka satu lagi es tangkai untuknya dan memakannya.

"Bukankah dia akan lebih berkembang jika berada di lapangan? Kan, aku juga begitu," jawab Akari.

"Entahlah, Tuan. Ada yang janggal."

"Janggal?"

Yasusada mengedikkan bahunya lagi. "Kalau mau membuat pasukan lain untuk melindungi sejarah, kenapa tidak tunjuk Shiroishi saja? Arata kan masih sangat muda. Memangnya pemerintah setidak percaya itu pada Shiroishi?"

"Maksudmu?" tanya Akari.

"Yah, saat benteng ini beroperasi tanpa tuan, pemerintah kan menunjukmu, bukan Shiroishi yang padahal adik Tuan Mugota. Apalagi Shiroishi sebenarnya lebih kuat dan kompeten daripada kau waktu pertama kesini. Sekarang, Arata, bukan Shiroishi," jelas Yasusada.

Black Citadel: Government's OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang