Kekuatan dan Keberuntungan

168 29 0
                                    

Juzumaru menumpuk piring-piring kotor di meja makan. Ia melihat Yagen masuk ke ruang makan. "Tuan belum bangun?"

Yagen menggeleng. "Selama aku mengganti perbannya pun, dia tidak bangun," jelasnya.

"Begitu, ya…," ucap Juzumaru. Ia kembali menumpuk piring dan mengelap meja. Yagen membantunya.

"Musuh kali ini benar-benar di luar dugaan," ujar Juzumaru. Yagen mengangguk.

"Saat Honebami-nii, Maeda, dan Gokotai menceritakannya di ruangan Awataguchi pun, tampaknya mengerikan," ujar Yagen.

"Seakan tujuan mereka kali ini bukanlah sejarah."

Mereka saling pandang. Yagen pun menghela napas dan menyimpan tumpukan piring di tangannya dekat tumpukan piring Juzumaru.

"Mau yang manapun incaran mereka, kita harus lebih kuat untuk mencegah mereka," ujar Yagen. Keduanya keluar dari ruang makan menuju dapur.

Yagen terhenti ketika melihat Yasusada menatap ke langit di tengah-tengah taman. "Juzumaru, bisa kau bawa yang ini juga?" tanyanya. Juzumaru mengangguk. Yagen menaruh tumpukan piringnya di atas tumpukan Juzumaru dan menghampiri Yasusada.

"Yamatonokami?"

"Segel pelindungnya… melemah."

Yagen ikut menatap langit. "Apa maksudmu?" tanyanya.

"Kau ingat bagaimana pasukan pengubah sejarah menyerang benteng lima belas tahun lalu?" Yagen mengangguk. "Segel pelindung benteng buatan Tuan Mugota, mulai melemah."

Yagen terhenyak. "Jadi… ada kemungkinan kita akan diserang lagi seperti dulu?"

Yasusada tidak mengatakan apapun. Ia langsung berlari menuju ruangan Akari disusul Yagen. Mereka membuka pintu ruangan itu dan mendapati Akari yang terengah-engah.

Yagen menaruh tangannya di kening Akari. "Dia demam. Yamatonokami, bawakan aku wadah air dan kain. Kita harus mengompres Jendral sekarang."

"B-baik!"

Yagen memegangi tangan Akari. Berusaha menenangkannya. "Jendral, tetaplah kuat," ucapnya.

Yasusada kembali dengan wadah air dan kain. Segera Yagen mengelap keringat Akari dan mengompresnya. Lama kelamaan, napas Akari kembali teratur.

Yagen menghela napas. "Semoga ia baik-baik saja."

"Pelindungnya kembali, tapi masih lemah. Mungkin aku harus minta tolong Arata," ujar Yasusada, menatap langit lagi.

"Bagaimana kau bisa tahu soal pelindung itu, Yamatonokami?" tanya Yagen penasaran. Yasusada hanya mengedikkan bahu.

"Aku juga tidak tahu. Hanya, terasa saja."

Yasusada berdiri. "Aku akan bilang pada Arata soal pelindungnya. Apa perlu kita hubungi pemerintah juga?"

"Mungkin perlu," ucap Yagen. Yasusada mengangguk dan beranjak dari sana.

Langkah Yasusada terhenti begitu hakama-nya tertahan. Ia berbalik dan melihat tangan Akari menahannya.

"Jangan."

"Jendral, keadaanmu tidak baik. Akan kuminta Shokudaikiri memasakkan bubur untukmu," ujar Yagen langsung pergi dari sana.

Yasusada dan Akari saling tatap. Napas Akari kembali pendek. "Jangan hubungi pemerintah."

Yasusada kembali duduk dan memegang tangan Akari. "Tuan, kau sakit. Pelindungnya melemah. Kita butuh bantuan. Kau perlu dokter," ujarnya.

"Aku baik-baik saja. Tidur lagi pun aku akan baik-baik saja." Akari mengulurkan tangannya dan tangannya pun bercahaya. "Pasti akan bertahan hingga aku pulih."

Black Citadel: Government's OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang