Semoga Tidak Berubah

184 36 2
                                    

Akari terkejut melihat Shokudaikiri yang tiba-tiba muncul di ruang makan. "Kok sudah kembali?"

Shokudaikiri tertawa. "Apa itu hal pertama yang kau katakan pada pedangmu yang baru pulang ekspedisi, Tuan?" tanyanya. Sadar, Akari menggeleng cepat.

"Selamat datang kembali, Shokudaikiri."

"Terima kasih."

"Bibi, makanan untuk-- ah, hei! Shoku sudah kembali!" sahut Arata membawa piring berisi sepertiga dari ikan tadi.

"Halo, Arata-kun," sapa Shokudaikiri. "Wah, sepertinya kalian habis berpesta."

"Aku dan Otegine tadi memancing dan mendapatkan ikan besar! Lalu aku dan Tonbokiri memasaknya untuk makan malam. Enak sekali, loh!" jelasnya, menunjukkan piring di tangannya.

Shokudaikiri mencomot sedikit daging ikan itu dan memakannya. "Wah, iya, kau benar. Tapi sepertinya agak sedikiiit kurang bumbunya," komentarnya.

Akari terkekeh. "Koki kita sudah berkata."

Arata agak kecewa. Tapi ia kembali tersenyum. "Kalau begitu lain kali ajari aku memasak!"

Shokudaikiri tertawa. "Dengan senang hati."

Melihat mereka, Akari ikut tersenyum. "Mana yang lain?" tanyanya kemudian.

"Kasen-kun ada di ruanganmu, membuat laporan. Yang lainnya sedang berganti baju," jawab Shokudaikiri.

"Kalau begitu kau juga." Akari menghampiri Arata. "Arata, bisa kau minta Tonbokiri dan Nihongou di dapur untuk membagi ikan itu menjadi porsi-porsi untuk tim ekspedisi?" pinta Akari. Arata mengangguk dan pergi dari sana.

Akari keluar ruangan itu bersama Shokudaikiri. "Sekarang, kenapa kalian pulang lebih awal?"

"Yah, ekspedisi lebih cepat dan lebih sukses dari yang kami kira. Barang-barang yang kami temukan di ekspedisi sudah kusimpan di ruang smithing," jelas Shokudaikiri.

"Ah, itu mengingatkanku untuk melatih Arata smithing."

"Smithing, refine, dan membuat troops. Arata-kun pasti membutuhkannya."

Akari terdiam. "Tuan?"

"Ah, bukan apa-apa. Tuh, ruanganmu kan di depan," ujar Akari, menunjuk ruangan Shokudaikiri. Dimana Taikogane muncul dari dalam.

"Micchan! Selamat datang kembali!" sahutnya menyergap Shokudaikiri. Pedang itu tertawa. Akari tersenyum.

"Aku pergi ke ruanganku, ya," ujarnya. Ia melambai pada kedua pedangnya. Shokudaikiri dan Taikogane balas melambai padanya kemudian kembali ke ruangan mereka.

Akari berjalan lagi menuju ruangannya. Ia menarik napas panjang. Ditatapnya langit malam itu. Sebuah bintang jatuh terlihat. "Keberuntungan... ya?"

Akari menghadap ke teras dan menangkupkan kedua tangannya. Ia menutup matanya. Ia menghela napas lagi. "Semoga keadaan seperti ini tidak akan berubah."

Akari tersenyum sendiri. Alih-alih pergi ke ruangannya, dia duduk di teras itu. Ia bersender pada tiang kayu disampingnya. Ia melihat ke taman dan mengerjap. Ia bayangkan kejadian dulu. Ketika Nagasone menantangnya disana.

"Apa yang bisa kau lakukan dengan badan lemah itu?" Bayangannya dan Nagasone yang terlempar menjauhi satu sama lain terlihat disana.

Seakan pemutaran film, Akari menonton bayangannya Nagasone bertarung di sana. Ilusi itu terasa jelas sekali seakan memang sedang terjadi. Akari masih mengingatnya seakan itu masih kemarin.

Nagasone menendangnya cukup jauh dari tempatnya berdiri semula. Akari meringis. Bayangan dari pikirannya itu kemudian hilang.

"Untunglah Arata tidak perlu melihat kejadian itu," gumam Akari pada diri sendiri.

Black Citadel: Government's OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang