Panggilan

164 30 1
                                    

"Kau sudah tidak apa-apa, Jendral?"

"Yup. Bagus seperti baru," ujar Akari, selagi Yagen memeriksa luka-lukanya. "Aku siap bekerja lagi," lanjutnya.

Yagen tersenyum. "Kalau begitu aku sudah tidak perlu ini lagi," ujarnya, menyimpan perban yang ia bawa ke kotak P3K milik Akari.

"Oh, ya, laporan Ikedaya kemarin sudah dikerjakan sebagian oleh Urashima. Nanti Urashima akan kesini setelah sarapan," lapor pedang itu.

"Bisa katakan padanya tidak perlu kesini? Nanti saja pergi ke dojo, aku akan ada disana. Dan sampaikan juga ke Arata aku menunggu," ujar Akari.

"Siap, Jendral."

"Dan," Akari menyerahkan secarik kertas pada Yagen. "Ini, pergantian jadwal tugas benteng untuk bulan ini. Diumumkan ya," ujarnya. Yagen menerima kertas itu dan mengangguk.

"Siap, Jendral."

Yagen berdiri. "Kalau begitu aku akan kembali ke ruang makan untuk sarapan dengan yang lain. Sarapanmu dihabiskan ya, Jendral."

"Eeeh, aku juga ingin sarapan dengan kalian," keluh Akari.

Yagen terkekeh. "Sudah jauh-jauh aku antarkan kesini loh. Suruh siapa tidak bangun lebih cepat?" sindirnya. Akari cemberut. Yagen pun meninggalkan ruangan itu sambil tertawa.

Yagen masuk ke ruang makan. Kikkou dan Mikazuki baru saja membagikan porsi pada para pedang yang sudah duduk manis di tempatnya masing-masing. Yagen pun melambaikan secarik kertas di tangannya.

"Hey, semuanya. Jadwal pergantian tugas bulan ini sudah ada. Akan kutempel di ruang utama, jangan lupa dilihat ya untuk bagian kalian," ujarnya mengumumkan. Mendengar itu, Hasebe tersentak.

"Kenapa bukan aku yang Tuan minta?" ujarnya, kecewa.

"Yah, aku yang tadi mengantar sarapannya dan memeriksa keadaannya. Aku juga tidak tahu jadwal baru diberikan hari ini," bela Yagen, seraya beranjak duduk ke dekat Arata. "Dan juga, Arata. Jendral bilang akan menunggumu di dojo."

Arata langsung semringah. Ia mengangguk cepat. "Akhirnya latihan mana lagi!" pekiknya senang. Begitu ia menerima porsinya dari Mikazuki, Arata langsung melahapnya.

"Woah, woah. Hahaha… Arata, tidak perlu buru-buru seperti itu. Nanti kau tersedak," ujar pedang itu. Kikkou ikut terkekeh.

"Mwaafw, Mwika!" seru Arata.

"Dan jangan bicara saat mulutmu penuh, aduh," ujar Kikkou, mengambil serbet Arata dan mengelap pinggir mulut saniwa muda itu sebelum kembali membagikan jatah. Arata hanya tersenyum kemudian kembali melahap makannya.

"Hahaha! Kau jadi seperti Hotaru!"

"Hei, aku tidak begitu!"

"Hotarumaru, ada makanan di dagumu."

"Kuniyuki!"

Arata terkekeh. Suasana ruang makan ramai seperti biasa. Hanya bedanya tidak ada Akari saja.

Mengingat Akari, Arata bertanya pada Yagen, "Yagen, memangnya Bibi sudah baik-baik saja?"

"Ya, luka-luka Jendral sudah membaik, tidak perlu diperban lagi. Paling-paling sedikit bekas memar yang tersisa," jawabnya.

"Memar… ya…?" gumam Nikkari yang kebetulan lewat di meja Arata karena hendak pergi ke dapur. Arata mendengar gumaman pedang itu.

"Nikka-san, ada apa dengan memar?" tanyanya.

Nikkari berhenti dan menggeleng. "Tidak, hanya mengingatkanku akan sesuatu yang buruk," ujarnya, kemudian berlalu. Arata yang bingung hanya bisa memiringkan kepalanya.

Black Citadel: Government's OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang