Ayo, Pulang

96 17 4
                                    

Arata berdiri dari kursinya. "Terima kasih atas makanannya," ucapnya pelan, lalu beranjak dari sana.

"Kau mau kemana lagi, Arata?" tanya Shiroishi. Arata berhenti dan menatap ibunya.

"Ruang smithing."

"Lagi?" Arata tidak mengindahkan ibunya dan kembali berjalan menuju ruang smithing. Shiroishi menghela napas dan meminum habis isi gelasnya.

Yasusada menelan makanan di mulutnya. "Sudah empat hari ya, dia seperti itu?" tanyanya. Shiroishi mengangguk. Ia silangkan tangannya di dada dan bersender ke kursinya.

Yasusada meneguk minumnya. Ia pun berdiri. Hasebe menatap pedang itu. "Mau kemana?"

"Rahasia," jawabnya singkat, lalu pergi dari sana.

Hasebe menghela napas. "Padahal hari ini tugasnya mencuci piring. Pagi-pagi sudah kabur saja."

Shiroishi menatap kepergian pedang itu. "Biarkan saja," ucapnya. "Oh, ya, Yamanbagiri harusnya pulang hari ini."

Yasusada berjalan menyusuri lorong. Ia berhenti di depan sebuah ruangan yang bersinar dari dalam.

"Bukan. Bukan pedang yang ini."

Suara pedang yang dilempar dapat terdengar dari dalam. Yasusada mengintip. Arata sedang memegangi kepalanya penuh frustasi. Potongan pedang Kiyomitsu di tangannya.

Yasusada masuk ke ruangan itu. "Tuan?" Arata menengok, mendapati Yasusada berdiri disana.

"Yamato...."

Yasusada menghampiri tumpukkan pedang yang dipanggil oleh Arata. "Belum menemukan Kiyomitsu juga, ya?" ucapnya pelan. Arata mengangguk mengiyakan. Yasusada memperhatikan setiap pedang itu. Arata sudah memanggil berbagai macam pedang, tapi tidak ada satupun yang baru, ataupun Kiyomitsu disana.

Arata mencoba lagi. Setelah selesai, ia kembali menilik pedang di tangannya, menyamakannya dengan potongan pedang yang ia punya. Tak lama teriakan frustasi terdengar lagi bersamaan dengan dilemparnya pedang itu. Yasusada terkejut dan menghindar dari lemparan itu.

"Tuan...."

Saniwa itu berjongkok. "Padahal sudah empat hari...."

Tak tahan melihatnya, Yasusada mendekatinya dan menepuk pundaknya. "Biar kubantu. Mungkin dengan adanya sesama pedang Okita dapat membawanya kembali," ujarnya. Arata mendongak dan tersenyum pada pedang itu.

"Ayo, kita coba lagi."

***

Shiroishi keluar dari ruangannya. Ia menarik napas, menghirup udara segar setelah mengerjakan laporan kepulangan kiwame Yamanbagiri. Ia terhenti ketika mendengar suara rintihan pelan dari ruangan sebelah.

"Akari?!"

Ia berlari ke ruangan sebelahnya. Akari kembali menutup matanya begitu Shiroishi membuka pintu ruangan itu.

"Silau...."

Shiroishi mendekati Akari. "Biar kuperiksa keadaanmu," ujarnya, memeriksa Akari.

Akari masih tidak bisa mencerna informasi. "Kenapa kau ada disini?" tanya Akari. Shiroishi menatapnya.

"Ya untuk merawatmu, bodoh," jawab Shiroishi. "Kau bisa merasakan lukamu?" tanyanya kemudian.

Akari bergerak. Ia merintih. "Ya," jawabnya singkat.

Saniwa itu menatap sekelilingnya. "Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanyanya kemudian, memegangi kepalanya yang mendadak berdenyut.

"Sekitar seminggu, kurasa," jawab Shiroishi. Ia melepaskan infus yang terhubung ke tangan Akari.

Black Citadel: Government's OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang