Chapter 5

1.1K 148 28
                                    

Happy Reading! 😉

***

Sasa, Keyfa, Vina dan Bianca sedang berada di ruangan kepala sekolah. Sementara Raya berada di kelas. Dua bulan lagi Kompetisi Sains Tingkat Nasional (KSTN) akan segera berlangsung di Jakarta. Sasa si ahli matematika, Keyfa ahli kimia, Vina ahli dalam biologi, dan Bianca ahli dalam fisika. Keempatnya adalah siswa terbaik dalam bidang sains di SMA Arjuna.

Kepala SMA Arjuna yang bernama Pak Rendra itu sedang melihat-lihat laptopnya untuk mengetahui segenap informasi tentang kompetisi itu. Pak Rendra sesekali mengangguk-angguk.

"Kalian sudah tahu apa yang akan saya bicarakan?" tanya Pak Rendra dengan wajah serius. Mereka berempat hampir tertawa karena wajah kepala sekolahnya itu memang terlihat lucu saat itu.

"Tidak Pak," ungkap mereka serempak.

"Kalian akan kembali mewakili sekolah untuk ikut serta dalam Kompetisi Sains dua bulan lagi di Jakarta," tutur Pak Rendra. Mereka berempat saling menatap satu sama lain lalu mengangguk setuju.

"Sasa, kamu harus kuasai semua rumus matematika. Kekurangan kamu tahun lalu adalah soal analisis logika."

"Keyfa, usahakan kamu bisa menguasai semua materi kimia dari kelas X-XII. Kamu masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal kelas XII."

"Vina, tahun lalu kamu sudah hampir meraih juara pertama. Namun saat itu kamu tidak terlalu fokus pada babak terakhir. Tingkatkan lagi, yah!"

"Bianca, kamu punya ingatan yang kuat. Rajin baca buku. Setiap tingkatan materi biologi harus kamu pelajari dengan serius. Jangan main-main."

"Siap Pak," ucap mereka bersamaan.

"Ingat! Saya tidak mau prestasi kalian menurun. Pertahankan juara terbaik kalian," tegas Pak Rendra.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak," ucap Sasa. Mereka berempat saling menggenggam tangan.

"Mulai besok kalian sudah mulai latihan dengan guru pembimbing kalian," mereka mengangguk dan mengiyakan.

Sasa, Keyfa, Vina dan Bianca mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas. Mereka akan ke perpustakaan terlebih dahulu. Setelah mendengar ucapan dari Pak Rendra tadi, membuat mereka tertantang dan bersemangat untuk kembali memenangkan Kompetisi Sains. Mereka akan melakukan yang terbaik untuk sekolah tercinta.

Perpustakaan SMA Arjuna sangat luas, memiliki dekorasi yang indah dengan tema alam. Setiap dinding terlukis sebuah pemandangan yang terlihat sangat menarik. Warna cat dinding ikut menyatu dengan temanya. Bagian luar dihiasi bunga cantik bermekaran yang terususun rapi disana. Bagian dalam terdapat beberapa rak buku yang lumayan besar dan tinggi. Isinya juga hampir penuh dengan buku-buku dari yang tipis hingga sangat tebal. Suasana perpustakaan yang dingin dan menyenangkan membuat semua siswa yang belajar menjadi sangat nyaman dan bersemangat.

Mereka melangkah masuk, saling terpisah, mencari buku yang diinginkan masing-masing. Vina dan Keyfa menuju rak kedua dari depan. Bianca menuju rak terdepan. Sedangkan Sasa berjalan pelan menuju rak paling belakang.

Sasa mulai memilih-milih buku. Di depan Sasa terdapat buku-buku yang tebal. Isinya adalah contoh latihan soal matematika untuk mengikuti kompetisi. Buku-buku itu menarik perhatian Sasa. Sasa bingung harus memilih yang mana.

Sasa baru saja ingin mengambil buku tebal berwarna merah yang jaraknya lumayan tinggi. Tiba-tiba ia kalah cepat dengan tangan seseorang. Karena penasaran, Sasa berbalik ke belakang.

"Gartha," ucap Sasa pelan.

"Iya, gue. Lo mau buku ini, Sa?" Gartha mengangkat buku itu di depan wajah Sasa. Sasa perlahan maju.

"Iya gue mau. Sini balikin."

"Nggak bisa. Gue duluan yang ambil," Gartha tertawa licik.

"Ih, nyebelin banget sih lo." Sasa memukul lengan Gartha.

"Makanya, jadi orang jangan pendek!" Gartha meledek Sasa dengan tersenyum senang.

"Balikin nggak, sini!" titah Sasa dengan suara keras. Sasa hampir saja meraih buku itu.

"Nggak!" balas Gartha menaikkan buku itu lebih tinggi. Sehingga Sasa kesulitan untuk menggapainya.

Pertengkaran pun terjadi. Siswa yang sedang belajar merasa terganggu. Sasa dan Gartha saling berebut. Gartha yang jahil dan Sasa yang cerewet. Sasa sangat membutuhkan buku itu, tapi Gartha main-main dan membuat masalah lagi dengannya.

Sasa meloncat lebih tinggi. Gartha menaikkan lagi. Begitu seterusnya. Diselingi dengan ocehan pedas yang keluar dari mulut masing-masing. Gartha mundur ke belakang.
Sasa masih setia menambah loncatannya. Hasilnya nihil. Tiba saatnya ide Sasa muncul.
Sasa ingin mengelabui Gartha.

"Bu Sinta!" Sasa sengaja memanggil nama salah satu guru. Sebenarnya ia berbohong, guru itu tidak ada sama sekali di perpustakaan .

Gartha menoleh ke belakang, mencari seseorang yang dipanggil Sasa. Gartha tertipu. Sasa mengambil kesempatan, ia meloncat lalu meraih buku itu. Buku tebal itu sudah berada di tangannya sekarang.

"Yes, dapat!" seru Sasa dengan girang.

Gartha tersadar dan merasa buku itu sudah tidak ada di tangannya. Ia cepat berbalik ke depan lagi. Gartha mendecih, Sasa lolos darinya. Sasa mengejek Gartha dengan menjulurkan lidahnya lalu tertawa. Melihat itu, Gartha tidak mau kalah. Mereka terlihat seperti anak kecil yang masih labil di usianya.

Gartha ingin membalas Sasa. Saat sasa ingin melangkah pergi bersama dengan buku itu, Gartha meletakkan kakinya didepan salah satu kaki Sasa, hingga Sasa akhirnya tersandung. Buku itu lepas dari tangan Sasa dan jatuh ke lantai, tepat di hadapan Keyfa, Raya dan Bianca.

Bianca mengambil buku itu lalu memberikannya pada Sasa. Sasa berusaha bangkit kembali dengan bantuan sahabatnya. Kakinya terasa nyeri.

"Sa, kita balik ke kelas duluan, yah. Keisya kebelet dan Raya juga sendirian di kelas. Lo nggak apa-apa kan kita tinggal?" ucap Vina.

"Nggak papa, gue bukan anak kecil lagi yang takut ditinggal," balas Sasa.

"Eh lo cowok penganggu, awas aja lo gangguin Sasa. Kita cincang lo!" ucap Vina memperingati Gartha yang pura-pura tak mendengar dan terlihat sibuk membaca buku. Benar, Gartha sedang akting. Mereka bertiga memang tak mendengar kegaduhan tadi karena mereka berjarak agak jauh dari Sasa.

"Semangat belajar honey," ucap Bianca sebelum mereka keluar. Sasa membalas dengan tersenyum manis.

Gartha tidak kehabisan ide, ia mendekati Sasa lalu merebut buku itu. Sasa tak mau kalah lagi, dia menarik paksa buku itu kembali kepadanya. Karena sifat kekanak-kanakan mereka, Sasa akhirnya lepas kendali dan tubuhnya terhempas ke belakang mengenai rak buku yang lumayan besar. Sasa terjatuh, buku-buku yang ada di rak ikut menimpa tubuhnya. Sasa meringis, tubuhnya sangat sakit.

Semua siswa yang berada di perpustakaan itu langsung berkerumun ingin melihat apa yang sedang terjadi. Gartha tak tega, kini ia merasa bersalah. Gartha melangkah maju mendekati Sasa, berniat ingin membantu. Namun niatnya tak terwujud, tiba-tiba Raya datang dan berlari membantu Sasa untuk bangun.

"Dasar cowok gila!" bentak Raya.

"Maafin gue, Sa." ucap Gartha dalam hati.

Sasa akhirnya berdiri kembali. Ia acuh dan tak mau menatap Gartha. Raya menuntunnya untuk berjalan kembali ke kelas. Sasa tiba-tiba berbalik lagi.

"Gue bener-bener nggak tahu apa rencana lo, Ar. Lo selalu cari masalah sama gue dan juga sahabat gue. Gue benci sama lo!" ucap Sasa dengan penekanan di setiap kata.

Sasa dan Raya kembali ke kelas.

***

Semangat berpuasa 😘
Stay selalu bersama cerita ini, ya! 😍











Dear Trouble Maker (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang