Chapter 27

646 47 14
                                    


Happy Reading🌺

"Gartha, buka pintunya sekarang!" perintah Sasa yang hendak turun dari kasur UKS.

"Bentar, Sa. Bentar."

"Yang ada di luar, panggilkan Bu UKS, gue nggak tahu namanya, apalagi orangnya!" titah Gartha.

Setelah murid yang ada di luar memanggilkan, Gartha membuka pintunya dengan lebar. Keyfa, Vina, Raya dan Bianca langsung masuk menghampiri Sasa, diikuti oleh murid yang lain yang penasaran.

"Sa, lo nggak apa-apa? Sikut lo kok berdarah?"

"Lo diapain sama Gartha?"

Pertanyaan demi pertanyaan dari sahabatnya dilontarkan pada Sasa. Sasa senang melihat mereka masih peduli dengannya.

"Kalian minggir dulu, ibu obati dulu lukanya, ya," ucap guru itu menghampiri Sasa.

Pak Fardi tiba-tiba masuk di UKS, seketika para murid yang masih berada di tempat itu menahan keributannya.

"Gartha, kamu bikin rusuh, lagi? Mau saya hukum kamu?"

"Nggak Pak, saya malah jadi superhiro disini," ucap Gartha santai.

"Superhiro apaan, buat heboh satu sekolah!" Raya ikut-ikutan menyahut, ia segera menutup mulutnya.

"Wajarlah itu, kan gue cowok populer di sekolah ini, terbukti, kan?" Gartha berlagak menyombongkan dirinya.

"Sudah, sudah. Kalian semua kembali ke kelas sekarang!"

"Sa, cepet sembuh, ya, buat sikut lo," ucap Gartha sambil mengacak-ngacak rambut Sasa, lalu ia pergi meninggalkan ruang UKS. Untuk yang kedua kalinya, Sasa mendapatkan perhatian Gartha.

***

Keyfa, Vina, Raya dan Bianca membawa Sasa untuk kembali ke kelas. Hubungan mereka kini mulai membaik, Sasa akhirnya mau berbicara dengan sahabatnya.

Geng Gartha baru saja memasuki kelas, mereka bertiga berhadapan langsung dengan geng Sasa. Mereka semua berdiri, kecuali Sasa yang duduk di kursi.

"Gue, Gibran dan Randy udah mau taubat," guman Gartha pelan, namun serius. 

"APA?" mereka berlima sontak terkejut dengan pengakuan ketiga cowok menyebalkan itu.

"Gue nggak percaya," ucap Bianca.

"Dua-in," sambung Vina.

"Tiga-in," Keyfa ikut-ikutan.

"Paling, cuma pura-pura," tutur Raya.

"Kalau iya, kalian bertiga coba umumkan di depan umum, berani nggak?" tantang Sasa.

"Oke, siapa takut," ucap Gartha memberanikan diri.

"Oke, ayo! Gue mau kalian buktikan sekarang!" tegas Bianca.

"Ghar? Kenapa kita harus tobat?" tanya Randy.

"Lo mau akhiri permusuhan ini?" Gibran ikut bertanya juga.

"Kalian berdua kan sahabat gue, jadi kalau gue mau tobat, kalian juga harus ikut sama gue!"

Geng Gartha dan geng Sasa berjalan menuju podium sekolah. Mereka akan melihat pembuktian Gartha dan kedua sahabatnya, bahwa mereka sudah benar-benar tobat dengan semua kerusuhan yang mereka ciptakan selama ini. Bukan tanpa sebab, mereka dihantui perasaan yang ada di dalam hati masing-masing. Mereka merasa sudah cukup untuk menganggu geng si gadis populer.

Gartha memisahkan diri dari mereka yang sudah sampai di depan podium. Ia melangkah ke ruang osis untuk mengambil mikrofon. Barang-barang peralatan sekolah memang dipegang oleh OSIS Gartha membuka ruangan OSIS tanpa mengetik pintu, ia memang sudah kebiasaan dengan perilaku tidak sopannya.

Dear Trouble Maker (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang