Chapter 15

707 81 9
                                    

Happy Reading 😘

***

"Kalian?" Gartha sangat terkejut melihat Keyfa, Vina dan Bianca bersembunyi di tempat sempit itu. Sedangkan Pak Fardi tak menyadari apapun dari tadi.

Ketiga cewek itu langsung meminta dan memohon kepada Gartha untuk tetap diam. Mereka menyatukan tangan mereka. Jika bukan di saat situasi seperti ini, pasti mereka tidak akan rela memohon di hadapan Gartha,  anak baru si pembuat masalah.

Gartha tertawa pelan melihat wajah ketiga gadis di hadapannya, rasanya ia tak ada kasihan sama sekali. Gartha hendak memanggil Pak Fardi untuk memberitahukan hal ini. Namun ide cemerlang melintas di benak Gartha. Gartha mengurungkan niatnya untuk memanggil Pak Fardi.

"Gue mohon, jangan bilang ke Pak Fardi," ucap Vina.

"Baru kali ini, kita minta tolong sama lo," tambah Bianca.

"Tolongin kita, dong!" Keyfa ikut-ikutan memohon.

Gartha semakin senang setelah ketiga cewek itu memohon-mohon padanya.

"Oke, gue akan tutup mulut soal ini. Tapi ada syaratnya!" seru Gartha berucap gembira.

"Apa sih, pakai syarat-syarat segala!" Keyfa menatap sinis ke arah Gartha.

"Gue ogah, syaratnya pasti aneh-aneh," Vina mulai berpikir negatif tentang apa yang direncanakan Gartha.

"Apalagi gue, amit-amit!" tambah Bianca.

Keyfa, Vina dan Bianca sangat tidak sudi menerima syarat dari Gartha. Meskipun Gartha belum mengatakannya, tapi mereka sudah sangat yakin bahwa syarat Gartha akan sangat berat untuk merek. Bagaimana tidak, kedua geng mereka sudah hampir seminggu bermusuhan.

"Oke, gue ke Pak Fardi dulu, ya! Siap-siap kena semprot dari Pak Fardi!" Gartha tertawa lepas dan mengancam.

"Gimana guys?" ucap Keyfa bingung.

"Kayaknya kita harus terima deh," usul Bianca. Vina ikut mengiyakan.

"Gimana? Mau terima syarat dari gue nggak? Gue mau upacara nih! Nggak kaya kalian anak-anak kebanggaan sekolah, tapi malah bolos upacara!" Gartha berucap seenaknya.

"Ih, kita tuh ada alasannya kaya begini!"

Pak Fardi sudah menunggu lama, ia heran dengan anak itu, mengambil topi dan dasi saja butuh waktu 10 menit. Pak Fardi sudah habis kesabaran. Ia memukul-mukul keras pintu, lalu berteriak memanggil Gartha untuk yang kedua kalinya.

"GARTHA!" teriak guru itu yang sudah berada di luar kelas.

"Iya Pak, sebentar!" balas Gartha berteriak juga.

"Gimana?"

"Oke, kita terima tantangan dari lo! Awas aja ya, kalau lo macem-macem sama kita!"

"Oke, syaratnya gue kasih tahu setelah gue upacara. Selamat bersembunyi anak-anak malas!" Gartha melambaikan tangannya dan tertawa meremehkan.

Setelah benar-benar aman, ketiga cewek itu keluar dari tempat persembunyiannya. Mereka bernapas lega, mereka telah berbebas dari tempat yang sangat sempit. Mereka segera mengecek HP masing-masing. Masih menunggu kabar dari kedua sahabatnya yang menghilang entah kemana.

Tiba-tiba pintu terbuka. Muncul Sasa dan Raya disana, suasana menjadi heboh. Keyfa, Vina dan Raya terlonjak senang. Sedangkan Raya dan Sasa merasa aneh, melihat ketiga sahabatnya seperti itu. Mereka bertiga berteriak terkejut seperti pemenang lotre.

"SASA! RAYA!" ucap Keyfa dengan nada gembira, sedikit berteriak. Vina dan Bianca langsung menoleh dan ikut senang.

"Kalian kenapa sih? Kaya gak ketemu kita berdua bertahun-tahun aja!" Sasa melebarkan senyumnya.

"Lah, kok kalian gak ikut upacara? Mulai jadi anak malas ya, kalian? Huh?" Raya menampilkan sikap tegasnya.

"Ih, nggak dong. Itu ada alasannya, Raya Kitty!"

Keyfa, Vina dan Bianca sudah berada di depan mereka berdua. Di tengah kehebohan, mereka mendengar suara langkah kaki dengan ritme begitu cepat. Sasa penasaran dan langsung mengintip di jendela kelas.

"Guys, Pak Fardi menuju kesini!"

"What? Ya Allah baru aja kita bebas tadi, udah dateng lagi aja, dasar guru galak! ucap Bianca sangat kesal.

"Maksudnya? Kalian bertiga ngapain tadi?" Raya dan Sasa menanyakan hal yang sama.

"Udah, ayo sembunyi lagi! Nanti kita cerita!" perintah Vina.

Mereka bersembunyi lagi, tapi tidak untuk tiga orang, melainkan lima orang. Tempat persembunyian semakin sempit, mereka sangat susah untuk bernafas. Mereka berlima berdecak sebal harus mengalami hari yang sial hari ini. Tapi mereka berlima tak berani ambil resiko jika ketahuan bolos dari upacara. Jika seluruh penghuni sekolah tahu jika lima siswa populer di sekolah ini bolos, tentu saja hal itu akan menjadi topik utama gosip. Secara langsung merendahkan harga diri mereka. Bolos upacara sangat tidak pernah mereka inginkan, namun kondisi sekitar sudah menjebak mereka dengan tepat.

Pak Fardi membuka kembali pintu kelas itu untuk yang kedua kalinya. Pak Fardi merasa sangat heran, ia merasa ada keributan di kelas itu. Tapi saat melihat keadaan kelas, tak ada orang satupun yang berada di sana. Pak Fardi mulai bergidik ngeri dengan kelas itu. Pak Fardi melesat pergi mengecek ulang kelas lain. Beliau adalah guru galak sekaligus sangat teliti.

Mereka berlima bergegas keluar dari tempat persembunyian. Upacara sudah selesai, semua siswa kembali ke kelas. Mereka berlima langsung duduk di tempat masing-masing. Sasa dan keempat sahabatnya berpura-pura terlihat sangat lelah seolah mereka sudah upacara juga. Semua teman kelasnya tak ada yang menyadari bahwa mereka berlima tidak ikut serta upacara pagi tadi.

Sasa, Keyfa, Vina, Raya dan Bianca sangat bersyukur karena semua temannya menganggap mereka hadir dalam upacara tadi, padahal tidak sama sekali.

"Btw, kalian berdua kemana, sih?" Keyfa mulai bertanya. Raya dan Sasa saling pandang.

"Ayo cepetan, jawab!" tegas Bianca.

"Iya, kita khawatir tau!" Vina berucap sedikit kesal.

***

Ups! Raya dan Sasa darimana, ya? 🤔🤔

Penasaran? Tunggu chapter selanjutnya! Wajib! 😋

Dear Trouble Maker (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang