Chapter 13

781 83 25
                                    

Hayuk bacaaa! 😘

***

Hari sudah pagi. Panas matahari sangat terik. Semua orang telah memulai aktivitas kembali. Para pekerja kantoran berangkat pagi-pagi ke kantor, para ibu rumah tangga telah bangun lebih awal untuk menyiapkan kebutuhan keluarga. Begitu pula dengan semua pelajar yang sedang berusaha keras bangun dari alam mimpinya. Beberapa diantaranya masih menggeliat di atas kasur. 

Hari senin menjadi hari yang paling dibenci oleh seluruh pelajar. Dimana para siswa akan mengikuti upacara selama kurang lebih satu jam, dengan tubuh yang lelah berdiri dan juga kulit yang diterpa sinar matahari. Awal persiapan upacara menjadi pandangan tak enak oleh mata, ketika segala sesuatu yang menyangkut kegiatan upacara itu disiapkan, saat itulah para murid mulai merasakan rasa malas untuk berdiri dengan kurun waktu yang lama.

Setiap siswa mempunyai berbagai macam keluhan untuk upacara kali ini. Mereka yang berkulit putih akan merasa risih dengan sinar matahari. Siswa perempuan yang sudah berdandan cantik akan sangat menyesal, setelah bedak tebal mereka luntur nanti, akibat pantulan sinar matahari pada wajah mulus mereka. Para siswa yang suka terlambat akibat bangun kesiangan akan dapat hukuman dari guru killer.

Pintu gerbang sekolah sudah di tutup. Siswa yang baru saja datang dan melewati pintu sekolah berlari cepat menuju kelas untuk menaruh tas masing-masing. Mereka yang berhasil lolos masuk sangat lega karena terhindar dari hukuman maut oleh guru BK. Guru BK SMA Arjuna memang terkenal dengan sifat killer dan hukuman beratnya.

Para siswa SMA Arjuna berbaris rapi di lapangan upacara. Para petugas upacara sudah berada di tempat masing-masing untuk menjalankan tugasnya. Semua siswa telah berada di di lapangan, kecuali kelima gadis populer.

Keyfa, Vina dan Bianca masih ada di kelas dengan menatap lurus ke arah pintu. Upacara hampir dimulai, namun Sasa dan Raya belum juga sampai di kelas. Dari tadi pagi, keduanya tidak ada kabar sama sekali.

Mereka bertiga terus menghubungi Sasa dan Raya. Namun keduanya tidak mengangkat. Mereka berpikir keduanya dalam perjalanan. Tapi hingga sekarang, kedua gadis itu belum juga muncul. Mereka bertiga tak bisa mengikuti upacara tanpa mereka berdua.

Guru BK bernama Pak Fardi mengelilingi sekolah, ia mengecek setiap kelas untuk memastikan semua siswa mengikuti upacara tanpa terkecuali. Pak Fardi memegang kayu panjangnya sambil berjalan santai menuju kelas IX IPA 1. Pak Fardi mendengar suara beberapa siswa perempuan dari kelas itu. Ia mencoba mendengarkan lagi dengan jelas. Suara berisik itu adalah suara Keyfa, Vina dan Bianca yang sedang bingung.

"Key, Sasa jawab panggilan lo, nggak?" tanya Vina yang dari tadi mondar-mandir tak jelas. Keyfa menggeleng pelan.

"Aduh, mereka berdua kemana, sih!" Bianca melipat kedua tangannya dan ikut mondar-mandir juga.

"Semalam sih, mereka berdua emang nggak nimbrung di grup."

Keyfa melangkah ke arah pintu untuk mengecek apakah Raya dan Sasa akan datang. Keyfa melototkan matanya dengan sempurna saat melihat Pak Fardi berjalan menuju ke kelasnya. Keyfa langsung masuk dan menutup pintu kelas dengan keras.

"GAWAT!" Keyfa sudah berlari ke arah Vina dan Bianca. Mereka berdua terkejut dengan kelakuan Keyfa.

"Ada apa?" Tanya Vina dan Bianca bersamaan.

"Pak Fardi mau kesini!" Seru Keyfa.

"Pak Fardi yang gemuk atau yang kurus?" Vina bertanya lagi.

"Ih, Vina! Pak Ferdi yang gemuklah. Guru BK kita!" balas Keyfa dengan nada cepat.

"Terus kita gimana, dong?" Mereka bertiga bingung harus melakukan apa. Karena jika mereka ketahuan masih berada di kelas, ketiganya pasti akan kena hukuman dari guru itu.

"Kita harus sembunyi!" titah Keyfa.

Vina dan Bianca menurut. Mereka bertiga bersembunyi di belakang lemari dan rak buku kelas. Keyfa, Vina dan Bianca sudah bisa mendengar suara langkah kaki guru ter-killer itu. Seketika mereka bertiga menahan napas.

Pak Fardi telah tiba di depan kelas itu. Ia awalnya mengintip pada dinding cermin kelas yang tembus pandang. Pak Fardi keheranan karena tidak ada satupun siswa yang ia lihat di dalam kelas itu. Guru itu tidak merasa puas, ia ingin melihat langsung. Guru itu membuka pintu dan langsung masuk ke dalam.

Keyfa mengintip dari samping lemari dengan sekilat mungkin. Ia melihat Pak Fardi sudah berada di kelas. Keyfa menelan ludahnya saat melihat kayu panjang yang ada di tangan guru itu.

"Jangan berisik! Pak Fardi udah masuk disini. Kalau kita ketahuan, bisa tamat riwayat kita!" ucap Keyfa kepada kedua sahabatnya dengan nada agak berbisik. Vina dan Bianca mengangguk cepat.

Pak Fardi semakin heran, tak mungkin ia salah dengar tadi. Guru itu terus berjalan hingga ke pojok belakang. Ia tak melihat siapapun disini.

Tiba-tiba pintu terbuka. Keyfa, Vina dan Bianca sudah menebak-nebak kalau yang datang itu adalah kedua sahabatnya, Sasa dan Raya. Mereka bertiga langsung tersenyum dan saling menatap satu sama lain, meski keadaan mereka seperti ini sekarang. Mereka sangat tersiksa dengan tempat persembunyian yang mereka pilih.

Mendengar suara pintu terbuka, Pak Fardi membalikkan badannya. Gartha dan kedua sahabatnya muncul disana dengan pakaian sekolah yang amat berantakan. Mereka bertiga terlambat. Melihat mereka bertiga dengan seragam yang tidak rapi, guru itu menghampiri mereka.

"Gartha, Randy dan Gibran?"

Harapan ketiga gadis itu sirna, ketika mendengar Pak Fardi menyebut nama ketiga cowok itu. Gartha, Randy dan Gibran sudah memasang wajah ketakutan. Mereka memang anak baru di sekolah itu, namun ketiganya sudah tahu siapa sebenarnya Pak Fardi. Dari wajah guru itu saja, mereka langsung tahu kalau guru itu sangat galak.

"SINI KALIAN!" ucap Pak Fardi dengan wajah datar.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya! 😉
Thank youuu💖

Dear Trouble Maker (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang