Mentari dan Bulan #1

53 4 0
                                    

Paparan sinar matahari memantulkan cahaya di genting Sekolah Menengah Akhir. Siang itu menjadi hari terpanas di sepanjang sejarah hidup seorang gadis berambut hitam pekat. Tertidur dimeja dengan kedua lengan sebagai bantalnya, sudah menjadi pilihan tercocok baginya. Bibinya yang selalu merepotkan nya menjadi alasan mengapa dia selalu tertidur di jam sekolah.

Panas menyengat hingga keubun-ubun, didampingi pelajaran matematika yang semakin membuat kepala berasap, hampir semua murid di kelas 10B terserang kantung yang luar biasa.

Wanita paruh bayah berjalan menuju meja pojok di samping jendela dengan segelas air ditangannya. Tepat setelah kakinya berhenti disamping meja siswi yang sedang tertidur pulas ini air di tangannya langsung membasahi wajah dan gadis itu.

Nasyla terperanjat dengan jatuhnya air terjun mendadak di wajahnya.

"Nasyla!" suara menggelegar datang dari sang Guru.

Setengah sadar, Nasyla mengusap seluruh wajahnya yang basah, sesekali dia tak sengaja menguap di depan Guru matematika.

"Udah kesekian kalinya kamu tidur di dalam pelajaran saya! Dari banyaknya murid di kelas ini cuma kamu doang yang selalu tidur di dalam pelajaran saya!. Saya heran kenapa harus ada kamu di kelas ini?! ini akan jadi peringatan terakhir dari saya! Ngerti?!"

Saat Guru wanita itu meneriakinya, gadis ini malah menggaruk kepala sambil menutup mulut menghalangi bibirnya terbuka menguap dan menganggukan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan terakhir Gurunya, setelah itu wanita paru baya ini Kembali kemejanya dan mulai melanjutkan materi.

"Sudahlah! Sekarang Ibu kasih kalian tugas saja! Udah capek-capek Ibu jelasin materi tetep aja ada yang tidur!. Buka buku lks kalian halaman, 12 sampai 17. Kerjakan bagian a,b,c dan d! dikumpulkan hari ini!. Ibu tinggal ke kantor jangan ada yang ribut!" seru Guru itu pada murid-muridnya.

Salah satu gadis di samping barisan Nasyla, mengacungkan jempolnya diam-diam ke arah Nasyla dengan wajah yang puas. Nasyla meliriknya dan membalasnya dengan senyum menggoda.

Hal yang paling ditunggu-tunggu semua murid adalah ketika kelas kosong. Tapi sungguh rasa kantuk yang menyerang Nasyla sungguh tidak bisa di lawan. Berhubung sang Guru keluar dari kelas anak-anak bisa melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, layaknya para murid diluar sana. Dan tentang tugas yang diberikan pada mereka, sudah pasti mereka tidak akan mengerjakannya selama Guru itu tidak ada di kelas.

Kelas langsung menjadi ricuh sesaat bayangan Guru sudah tak terlihat lagi di ubin. Para murid berlari kesana kemari, bercanda, tertawa dengan ria sambil menggosipkan hal-hal tak bermutu. Layaknya burung yang keluar dari sangkarnya dan terbang bebas. Semua posisi meja yang awalnya rapi kini menjadi tak terkendali. Tak sedikit pula murid yang memilih tidur di meja dari pada ikut bermain bersama yang lainnya.

Kemarin dia sudah bekerja sangat berat. Entah itu belajar, pekerjaan paruh waktunya dan Bibinya yang sungguh menjengkelkan benar-benar membuatnya kepayahan sampai mengganggu waktu tidurnya.

Nasyla tersenyum bahagia dengan posisi duduk di atas meja bersama teman-teman yang lain. Deretan gigi rapih, mata yang menyipit ketika tertawa serta lesung pipinya yang Nampak jelas di bagian ujung kanan bawah bibirnya menambah keelokan gadis berusia 16 tahun ini. Sebenarnya wajahnya terbilang biasa saja jika di bandingkan dengan primadona sekolah, tapi ketika dia tersenyum dan pipinya menaik sungguh hal luar biasa terjadi. Pesona senyumannya mempu mengambil alih perhatian orang-orang. Bisa di bilang senyum manisnya lah yang mematikan.

Geraian rambut hitam ikalnya menambah keanggunan dari sosok wanita manis yang satu ini. Tapi sungguh, sifatnya tidak ada anggun-anggunnya.

Namanya Nasyla Adelin Vionna. Gadis yang rakus akan kebahagiaan. Tak peduli apapun yang ia lakukan, yang pasti dia harus mendapat kebahagiaan selagi dia bisa. Semua temannya lebih akrab memanggilnya dengan panggilan yang berbeda, agar terlihat lebih kekinian. Panggilan itu adalah 'Nav' yang bukan lain singkatan dari Nasyla Adelin Vionna.

Hal yang paling dia sukai adalah jam istirahat, kelas kosong, jam pulang sekolah. Meskipun begitu Nasyla tau bahwa dia bukan cenayang yang akan pintar dengan tiba-tiba, Nasyla tetap berusaha keras dalam pelajaran untuk mendapatkan beasiswa tahun depan. Meskipun dia ini wanita, tapi namanya paling sering muncul di buku catatan merah sekolah. Beberapa hari yang lalu, nama gadis ini kembali tercantum karena merusak properti sekolah yaitu kaca di salah satu kelas dekat lapangan.

Sebenarnya dia tidak sengaja melakukannya. Sungguh itu adalah murni sebuah kecelakaan. Saat pelajaran istirahat Nasyla mencoba menendang bola, dan tak disangka-sangka bola itu melayang jauh dan menembus kaca kelas yang akhirnya pecahan kaca bertaburan di ubin.

Bel pulang sekolah berbunyi dan membuyarkan para murid dari kelas 10 sampai kelas 12. Berpasang-pasang kaki berjalan di koridor. Sebuah suara berasal dari arah belakang berhasil menghentikan Langkah Nasyla. Gadis ini menoleh, matanya menangkap sosok wanita yang sedikit lebih tinggi darinya sedang berjalan menuju kearahnya.

Megan. Sahabat karipnya yang selalu bersamanya semenjak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Sahabat yang selalu dia bagi suka dukanya, sahabat yang sampai detik ini selalu berada disampingnya.

"Woi, mau kemana lo?" tanya Megan.

"Mau ke klub" balas Nasyla asal sambil menyeringai nakal.

Megan menggoyang-goyangkan bahunya manja, "Ah, mau ikut dong"

Nasyla, tertawa kecil. "Skuy!."

>>>

Disudut kota, tepatnya di Provinsi Jawa Barat, Bandung. Sebuah Pesantren berdiri kokoh di bawah naungan Kiai Yusuf. Pesantren itu bernama, Al-Araf yang diambil dari nama salah satu surat didalam kitab suci Al-quran.

Suara merdu seorang pria saat melantunkan kalimat-kalimat suci  Al-quran, memenuhi setiap sudut Masjid Omar di dalam Kawasan Pesantren. Wajahnya yang tampak seperti bulan purnama yang terang nan indah menjadi idola banyak santriwati. Mata teduh dan sejuk menjadi saksi akan kesolehannya selama ini. Peci hitam yang ia gunakan semakin menambah karisma dan memancarkan cahaya berbeda dari tubuhnya.

Hanan Al-Haidar-putra bungsu dari seorang penceramah ternama di Ibu kota-kini menjadi salah satu Ustadz sekaligus anak angkat dari pemilik Pesantren, yang bukan lain adalah Kiai Yusuf. Selain sifatnya yang sholeh, Hanan memiliki kesabaran yang luar biasa besarnya.

"Assalamualaikum Ustadz" salam seorang Ustadzah yang menghentikan langkah Hanan menuruni tangga Masjid.

Ustadzah muda bernama Aisyah menghampiri Hanan, sambil memegang map berwarna kuning.

"Waalaikumsalam Ustadzah, ada apa?" tanya Hanan.

Aisyah, menyodorkan map yang ia pegang. "Kiai Yusuf, meminta bantuan saya untuk menyampaikan ini pada Ustadz"

"Oh, syukron Ustadzah"

"Afwan Ustadz"

"Yaudah kalo gitu saya duluan, Ustadzah" Hanan tersenyum simpul.

"Oh iya silahkan Ustadz" Aisyah membalas senyuman Hanan.

Aisyah, seorang wanita muda yang jarak umurnya berbeda sekitaran 2 tahun lebih muda dari Hanan. Sosok hafidzah cantik nan lembut mempunyai banyak penggemar antara nya, adalah santriwati yang ada di Pesantren ini. Tak sedikit dari para wanita di luar dan didalam pesantren yang mengimpi-impikan untuk menjadi sosok seperti Aisyah, selain cantik watak dan akhlaknya tak usah di tanya baiknya. Yah bisa di bilang Aisyah sungguh istri idaman para pria.

^-^
^•^

Nasyla: "Ustadz, gak sabarkan nunggu aku di pesantren kan? :v"

Hanan: "Enggak tuh _-"

Lamaran Sang Ustadz [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang