Author pov
Oliv dan Bagus sudah selesai mencari kayu. Sekarang mereka dalam perjalanan menuju camp.
Selama di perjalanan tidak ada yang membuka suara. Entah itu di sengaja atau memang tidak ada hal menarik yang harua di bahas.
Sedang asik berjalan tiba-tiba Oliv berhenti. Bagus yang merasa tidak ada langkah yang mengikutinya lagi membalikan kepalanya ke belakang.
Dia melihat Oliv yang menatap ke atas langit yang tertutupi oleh pohon.
"Kenapa lu?" tanya Bagus datar sambil menatap Oliv bingung.
"Eh.. Enggak kok" jawab Oliv kikuk.
"AWAS!!" teriak Oliv kepada Bagus. Dia melihat ranting pohon yang cukup besar ingin jatuh tepat di tempat yang Bagus Pijak.
Bagus yang bingung hanya menatap Oliv dengan pandangan datarnya.
Oliv berlari secepat mungkin untuk menghampiri Bagus.
Oliv menarik Bagus. Dan ya stelah Oliv menarik Bagus, Ranting pohon tadi jatuh tepat di tempat Bagus yang baru saja di pijaki tadi.
Sekarang posisinya wajah mereka cukup dekat. Karena Oliv yang tadi menarik Bagus ke arah pohon jadi lah sekarang Bagus tepat di depan wajahnya.
Manik mata mereka saling beradu dan mengunci. Oliv melihat bulu mata lebat Bagus yang semakin membuat pemuda itu menjadi tampan berkali lipat.
Oliv yang tersadar dari pikirannya menggelengkan kepalanya lalu mendorong Bagus pelan.
"Maaf" ucap Oliv.
"kok malah lu, gue yang seharusnya bilang makasih" ucap Bagus kepada Oliv walaupun masih tetap memakai nada datar.
Bagus berterima kasih lah ya. Coba aja kalo gak ada Oliv pasti dia udah gepeng karena ketiban ranting pohon.
"Iya sama-sama" ucap Oliv kaku.
Dan akhirnya mereka pun pergi menuju camp dengan perasaan canggung.
***
Klmpk 2
Sekarang ini Matthew sedang menggendong Filsya, pacar Matthew ini mengeluh capek dan tidak sanggup untuk berjalan lagi.
Matthew yang merasa kasihan kepada pacarnya akhirnyapun mau menggendong Filsya.
"Yang capek ni aku" ucap Filsya kepada Matthew yang sedang menggendong Filsya seperti koala.
"Ini udah aku gendong. Emang masih capek?" tanya Matthew sambil mengehela nafas kasarnya dia juga capek harus menggendong Filsya sedari tadi.
Filsya memang tidak berat. Tapi siapa yang tidak pegal dari awal perjalanan Filsya sudah meminta gendong oleh Matthew.
Matthew menurunkan Filsya.
"Lah yang, kok aku di turunin si?!" ucap Filsya kepada Matthew.
"aku capek minta Niko aja sono" ucap Matthew sambil melanjurkan perjalanannya tanpa menghiraukan Filsya.
Teman satu kelompok Matthew & Filsya sedari tadi hanya diam dan tidak mau ikut campur.
Niko yang tadi juga di suruh untuk menggendong
Filsya malah malas. Dia lebih melanjutkan jalannya sendiri dan di ikuti Wisnu dan Erza.Caca dan Wayla berjalan beriringan mengikuti jejak Niko agar tidak tertinggal dan kesasar.
Sedangkan Salsa dan Filsya menghentak-hentakan kaki mereka dengan sebal, sambil berjalan mengejar yang lain.
Sekarang mereka semua sudah menemuka kayu yang cukup banyak.
Tidak ada angin tidak ada apa, tiba-tiba Matthew berjongkok di depan Wayla.
"Naik" ucap Matthew datar.
"Ha?" Wayla bingung sebenarnya pemuda ini berbicara dengan siapa.
"Lu naik ke punggung gw" ucap Matthew.
"Siapa? Aku?" tanya Filsya dengan bangga hati.
"Buk..." ucapan Matthew terhenti karena Filsya sudah naik ke atas panggungnya.
Wayla yang tadi kaget langsung malu karena dia pikir dia yang ingin digendong.
Wayla berjalan bersama Caca duluan menuju camp.
Sedangkan yang lain juga mengikuti mereka berdua dengan Matthew yang pasrah harus menggendong Filsya kembali.
***
Klmpk 3
Berbeda dari kelompok yang lain Kelompok ini sangat berisik. Benar benar berisik sehingga membuat Virni dan Felicia juga ikut tertawa beberapa kali karena lelucon Riko dan Justine.
"Eh udah banyak ni, balik aja yuk takutnya nanti kemaleman lagi" ucap Riko kepada teman sekelompoknya.
"Ya udah yuk" ajak Virni.
Mereka akhirnya pergi untuk kembali ke camp sambil tertawa kembali. Entah itu karena lelucon Justine atau Riko yang membuat puisi cinta.
Karena Virni & Felicia berjalan paling belakang jadilah mereka agak terlambat. Stiven yang juga ada di belakang.
Meliahat ke arah Virni.
"gak capek?" entah ada angin apa Stiven bertanya kepada Virni dengan pelan.
"Gak kok" ucap Virni. Dia cukup yakin kalu Stiven berbicara kepadanya, karena Stiven agal berbisik.
Stiven mengangukan kepalanya sekilas.
Setelah sampai Camp mereka berkumpul kembali ke arah tenda masing-masing
Virni, Wayla, Caca, Felicia, dan Oliv merasa sifat Grace ada yang berbeda.
Dia menjadi lebih pendiam. Virni dan lainnya juga tidak sengaja melihat bercak air mata di pipi Grace.
Tapi sampai sekarang dia belum bercerita jadilah mereka tidak akan memaksa Grace kalau dia memang belum mau cerita.
Dan acara selanjutnya adalah acara api unggun.
[TBC]
maapkan aku yang baru up hehe.
Maapkan typo bertebaran juga hehe.
Vote & komen jangan lupa okeh
See u next chapter