Gabriel masih menatap Farrel dalam diam, sampai suara orang yang ditatapnya menyadarkannya, "masuk gih" kedengarannya seperti memerintah.
"Gak mau mampir dulu?" tanya Gabriel hati-hati.
Farrel mengernyitkan dahinya. Kini yang ditatap malah salah tingkah dan menundukkan wajahnya.
"Kalo ngobrol sama orang, ditatap orangnya jangan nunduk! Enggak sopan" tuturnya pada Gabriel yang telah mendongakkan kepalanya.
"Satu lagi, tadi gue cuma bilang mau nganterin lo pulang gak sampe mampir" ucap Farrel yang hanya dibalas senyum oleh Gabriel.
Gabriel sebenarnya bingung ingin menanyakan perihal rencana Farrel dengan yang lain atau tidak, karena Ia tidak mau Farrel kenapa-kenapa. Namun Ia gengis jika menanyakan hal tersebut. Ia pikir dirinya siapa dengan lancangnya menanyakan hal itu pada Farrel, pacar juga bukan.
Gabriel hanya diam dengan pemikirannya, membuat Farrel jengah melihatnya diam saja.
"Tanyain aja apa yang mau lo tanyain. Kalo gak ada gue pulang" ujarnya sabar.
"Apa nanti malem lo jadi?" tanyanya ragu, tapi Ia harus bertanya daripada terus membuatnya penasaran nanti malam.
Farrel tau arah pembicaraan Gabriel dan Ia menjawab apa adanya tidak ingin berbohong pada cewek tersebut. Memangnya jika berbohong kenapa? Gabriel juga bukan pacar lo.
"Jadi. Gue pulang" pamitnya sebelum memakai helm full facenya.
"Tunggu! Jangan berantem, El. Nanti kalo kamu kenapa-napa gimana? Yang lain juga" Ia sangat khawatir jika Farrel dan teman-temannya kenapa-napa.
Farrel memandang Gabriel dalam diam."Selesain masalahnya kan bisa baik-baik, kenapa harus berantem?" sumpah demi apapun, Gabriel sangat takut akan perubahan raut wajah Farrel saat Ia selesai mengatakan itu.
Datar. Bahkan sekaran wajahnya lebih datar dari yang tadi. Sungguh Gabriel menyesal menanyakan hal itu. Jika waktu bisa diulang Ia akan segera masuk saat Farrel memintanya tadi.
"Gue gak akan menyanggupi ucapan lo, karena apa? lo bukan siapa-siapa gue. Maaf soal tadi yang bilang lo pacar gue. Gue cuma bercanda" oh ayolah! Bahkan perasaan Gabriel bukan sebuah candaan.
Masih mau tanya gimana perasaan Gabriel saat ini? Kecewa sudah pasti. Gimana nantinya jika Ia benar-benar menjadi pacar Farrel, mungkinkah rasanya akan lebih menyakitkan daripada ini?
"Maaf gue enggak setuju sama cara bercanda lo. Perasaan gue enggak buat bahan bercandaan, El" setelah mengatakan itu Gabriel berlari masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan pamit, bahkan tidak menengok sekalipun.
Farrel hanya menghela nafas pasrah dan melajukan motornya ke cafe untuk menraktir teman-temannya.
-------------
Gabriel menangis didalam kamarnya. Ia tidak berpikir jika ucapan Farrel hanya sebuah candaan. Itu sangat menyakitkan untuknya. Seseorang yang lo sukai ternyata cuma menganggap perasaan lo candaan semata.
Apa yang bisa Gabriel harapkan dari seorang Farrel? Menangisi cowok tersebut? Ataukah mengejarnya hingga Ia menjadi pacarnya? Bahkan belum apa-apa Ia sudah ditolak.
Adakah yang lebih menyakitkan daripada ini?
Ini memang tidak ada apa-apanya. HANYA SEKEDAR DITOLAK OLEH ORANG YANG LO SUKA BAHKAN SEBELUM LO MEMPERJUANGIN DIA.
Apa Gabriel terlihat lebay karena menangisi cowok seperti Farrel."Gue kira enggak akan kayak gini" ucapnya sendu.
Pertama kali Gabriel bertemu Farrel saat dikantin. Masih ingat? Ia tidak sengaja menabrak tubuh Farrel dan cowok itu memarahinya habis-habisan. Ia takut saat itu, apalagi dirinya ingin membersihkan tumpahan es yang ada dikemeja seragamnya.
Farrel sampai bilang kalo dia gak segan-segan habisin dia walaupun Ia perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARREL
RomanceFarrel Gionino Ferland. Apa yang bisa dideskripsikan dari seorang Farrel? Dia bukan ketua geng motor bahkan dia juga bukan ketua geng disekolahnya. Lantas orang seperti apa Farrel itu. Seseorang yang tidak pernah mau memiliki teman selain kedua sah...