Lagi-lagi,
Tangan mengenggam udara yang kosong,
Terduduk lemas di dalam ruangan,
Memeluk lutut,
Menelungkupkan wajah,
Memejamkan mata,
Tidak ada lagi air mata,
Tidak ada lagi isakan ambisi,
Ruangan lenggang,
Hanya aku seorang yang disana,
Mengutuk, merutuk, dan memaki,
Betapa kejamnya dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cipta Fatamorgana
PoetryHari demi hari berlalu begitu cepat, Bersamaan dengan berlalunya angin musim panas ini, dan perasaan yang terbawa aliran ombak, oleh jenuhnya massa dan jarak, aku, sang pemuja rasa, menciptakan fatamorgana, dari jatuh, luka, dan sakit, serta sedere...