vi. stigma (3/3 ;M_birth scene)

2.5K 154 109
                                    

Namjoon disibukkan mengukir beberapa potong kayu hasil buruannya. Sebagaimana tubuh atas yang bertelanjang dada, mempertontonkan otot lengan yang melekuk maskulin seirama gerakan gergaji. Lalu menuju dada bidang juga otot perut yang mengkilap oleh keringat, tersemat tato dari koloni kastanya pada pinggang kanan.

Arah matanya terangkat, menatap beberapa batang pohon pinus dengan tinggi menjulang. Tidak lama atensinya teralihkan sebagaimana rintihan manusia dari dalam rumah seolah memanggilnya.

Tap tap tap

Namjoon mematung. Menatap tubuh dengan pakaian minim itu dalam diam. Sebagaimana belah pantat yang menungging, dilihatnya Taehyung mencekal kuat meja dapur bersama rintihan, membiarkan perut bengkaknya yang menggantung bebas.

Sang pria menenggak ludah kepayahan. Mendapati Kim Taehyung yang tengah mengandung, dengan perut membesar penuh, gundukan dada berisi yang membusung juga pantat yang menunggit bergairah.

Menciptakan raungan marah sebagaimana nalurinya merengek tersiksa. Menjadi kesalahan terbesarnya, hanya dengan kain tipis lingerie mampu mengoyak isi celananya yang kembali dibuat sesak.

'Shit. Aku harus memberikannya pakaian yang layak.'

Di tengah pikirannya yang kotor, refleks Namjoon seakan dibuat tertampar begitu rintihan pilu itu kembali terdengar.

"Dia menendang lagi?" Namjoon bertanya sebagaimana ekspresinya yang datar.

Taehyung mengangguk lemah. Maka Namjoon mencoba mengambil langkah, sebisa mungkin berperilaku lembut mengingat waktunya yang sudah tidak banyak. Ya, tidak lama lagi bayinya akan lahir.

Nyawa Namjoon akan dipertaruhkan,

Mengingatnya, sang pria mengusap wajahnya kasar, frustasi dalam diam dibalik senyuman.

"Kenapa ada di dapur?"

"I-ini jam makan siang,"

Namjoon menggeleng, sepasang lengan maskulinnya menggendong tubuh berbobot itu untuk berbaring dalam kamar.

"N-Namjoon, s-sesak—hh,"

Taehyung mengambil nafasnya kepayahan. Jalur nafasnya terasa sesak sebagaimana usia kehamilannya yang tepat menginjak 9 bulan.

Mendengarnya, Namjoon menata tatanan bantal pada kepala ranjang.

"Jangan tidur telentang, sandarkan punggungmu disini." Namjoon membantu Taehyung bergerak.

"Terimakasih," Taehyung tersenyum lembut.

Sejenak keduanya saling menatap dalam jarak dekat juga intim. Sesekali Namjoon menggesekkan ujung hidung keduanya. Membuat Taehyung terkekeh kecil, lalu jemari lentiknya terangkat, menyisir rambut sang pria yang terasa kasar untuk telapak tangan halusnya.

Tepat setelah kehamilannya saat itu yang menginjak 6 bulan. Namjoon telah sepenuhnya berubah. Namun Taehyung tetap dibuat berjubah tanda tanya.

Pria ini, terlampau misterius baginya.

Rasa kecewa juga terluka itu masihlah ada. Mengingat masa lalunya yang diperkosa berulang kali, begitu kejam, kasar dan tanpa ampun. Lubangnya yang telah kebas dibuat rusak, disembuhkan untuk disakiti kemudian.

"Beri aku waktu 15 menit untuk pergi ke kota,"

Mendengarnya, Taehyung terhenyak dari lamunan.

"A-apa?"

"Umm, 15 menit saja. Aku akan pergi ke kota sebentar." Namjoon mengulangi.

Taehyung tidak dapat menolak. Tidak berhak juga atas rasa ingin tahunya. Mutlak kepalanya mengangguk submisif. Menurut adalah kewajibannya.

RV's Scrapbook (Open Request)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang