Bel pelajaran terakhir pun berbunyi. Seluruh siswa/siswi sangat menantikan bel pulang sekolah dengan rasa gembira yang sangat jelas terukir di senyuman mereka semua.
Tapi itu gak berlaku di kelas 12 IPA 3 yang masih berada di dalam kelas. Jam pelajaran terakhir ini mereka menguras otak karna harus dilalui dengan ulangan fisika secara mendadak.
Pak Tirto selaku guru fisika yang sangat tegas kepada muridnya dan sangat suka memberi ulangan secara mendadak serta kuis dadakan. Semua yang dilakukan pak Tirto dari hati yang terdalam cuman ingin muridnya akan menjadi orang sukses dimasa yang akan datang.
"Waktu menjawab soal tinggal 5 menit lagi." Ucap pak Tirto sambil mengelilingi ruangan. Pak Tirto sengaja berkeliling dari depan ke belakang supaya muridnya tidak dapat menyontek dan hasil kerja keras mereka sendiri.
Seisi kelas pun menjadi resah karna waktu yang tinggal 5 menit lagi. Masih ada soal yang belum dijawab dan ada juga yang sudah siap. Biasanya yang selalu siap pertama itu cuman orang-orang yang pintar.
"Kenzo?" Ucap Azka sambil berbisik dari arah belakang tempat duduk Kenzo.
Kenzo merasa namanya dipanggil, ia pun berbalik badan menghadap ke belakang. "Apa?" Kenzo menunggu jawaban dari lawan bicaranya yang masih terfokus pada soal dikertas ulangannya. "Kalau gak ada yang mau ditanyakan gue balek badan."
Belum sempat Azka berbicara, Kenzo langsung membalikkan badannya tanpa menunggu Azka yang ingin bertanya. Azka bingung soal mana yang ingin ia tanyakan kepada Kenzo, ia sangat terpaku pada angka-angka yang tersusun.
"Oii, gue belum ngomong sepatah kata pun lo udh balek badan aja? Temannya lagi kesusahan menjawab lo gak membantu sama sekali. Dasar kutu kumpret lo!" Dengan rasa kesal Azka menarik kerah baju Kenzo dari belakang.
Kenzo hanya pasrah atas perlakuan Azka kepadanya, ia gak ingin membuang waktunya untuk menjawab soal yang sangat rumit.
Arka yang melihat adegan dari awal cuman bisa tersenyum dan mengelus bahu teman sebelahnya menyalurkan kekuatan kesabaran.
Azka menoleh ke sahabatnya yang berada disamping dengan emosi yang tersisa "Lo mau nyindir gue?"
"Ini jawaban gue, terserah lo mau lihat atau enggak." Menyodorkan kertas ulangan miliknya ke Azka yang belum terkendalikan emosi sendiri.
Azka yang masih bingung dengan tingkah sahabat sebelahnya, ia langsung mengambil kertas ulangan milik Arka dengan sarkas tanpa sepengetahuan Pak Tirto. Ia menyalin sangat teliti jawaban Arka dengan kecepatan penuh tanpa memikirkan benar atau salah. Arka hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Azka yang sedikit bar-bar.
"Waktunya sudah habis, harap dikumpulkan ke depan." Ucap Pak Tirto.
Azka barusan menyalin jawaban menjadi resah karna harus dikumpulkan. Ia melihat sekeliling bahwa semua teman sekelasnya yang sudah separo mengumpulin kertas ulangan ke depan. Azka mengeluarkan jurus super cepat.
"Udah siap lo nyalin nya Ka? Pak Tirto mau keluar kelas tuh." Tanya Arka yang sedikit gelisah dengan nasib kertas ulangan nya.
"Entar lagi siap Ar." Jawab Azka.
"Udah nyalin jawaban orang tanpa mikir bisa pulak lambat kayak siput, pak Tirto mau keluar kelas tuh nanti kertas ulangan lo gak diterima." Sambung Delvin.
"Berisik lo kadal gosong!" Umpat kesal Azka yang sudah dibanjiri keringat dingin. Mereka berdua melihat tingkah Azka sangat menggelikan.
Tiba-tiba Kenzo berdiri dari tempat duduknya menuju ke depan mengumpulkan kertas ulangan yang disusul Delvin dari belakang serta teman sekelas lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vain
Teen FictionKenzo lelaki dengan sejuta kelebihan fisik yang dimilikinya, terlahir hampir mendekati kata sempurna. Namun sayang, seumur hidup ia tak pernah merasakan hangatnya cinta. Pernah jatuh, namun belum cinta. Itulah yang ia rasakan. Mengejar namun tak per...