Part 14

107 34 65
                                    

Hari minggu pun tiba. Hari yang menjadi surga dunia bagi kaum rebahan untuk melepaskan lelah maupun menghabiskan waktunya bermain game ataupun drakor bagi kaum betina.

Tapi disisi lain, Kenzo lebih memilih rebahan di kasur king size miliknya. Ia sama sekali tidak ingin beranjak dari kasur, sudah terlalu nyaman.

Kenzo melirik sedikit ke arah meja nakas disamping kasur. Terdapat ponselnya masih tergeletak tak bernyawa. Sejak tadi, ponselnya berdering menandakan notifikasi masuk. Tetap saja ia malas untuk meraih.

Kenzo pun beralih menatap langit-langit kamar. Kejadian tadi malam masih terngiang jelas dibenak pikiran. Kejadian saat gadis itu melempari alat tulis kearahnya. Seketika senyum Kenzo mengembang sempurna.

Tak dapat dipungkiri, perlakuan gadis itu mampu mendatangkan ribuan kupu-kupu berterbangan di hatinya. Walaupun perlakuannya saat itu kurang menyenangkan, tapi Kenzo tetap kukuh untuk berjuang.

Drrttt... Drrttt...

Kenzo tersentak saat mendengar ponselnya berbunyi nyaring yang tergeletak diatas meja nakas menandakan ada sebuah panggilan masuk. Berusaha mencari keberadaan benda pipih itu disetiap inci meja nakas. Akhirnya ia mendapatkan.

+62852142xxxx is calling

Kenzo mengerjapkan mata beberapa kali untuk membuat matanya melihat dengan jelas. Keningnya mulai berkerut, berusaha mengingat siapa pemilik nomor yang kini tengah menghubunginya.

Shit!

Tetap saja ia tak mengenali nomor di layar. Benda pipih itu pun dilempar sembarang diatas kasur dan membiarkan berdering. Pada akhirnya, ponsel itu berhenti berbunyi.

Saat Kenzo ingin beranjak dari kasur, pergerakannya terhenti saat mendengar benda pipih itu berbunyi sekali lagi yang menampilkan nomor itu lagi. Dengan kesal, Kenzo langsung menggeser tombol hijau di layar.

"Hallo."

"Lo maunya apa sekarang? Sakit kepala gue dari tadi dengar ponsel gue berbunyi!" Ucap Kenzo langsung to the poin, dan berhenti sejenak untuk menetralisir darahnya yang sudah naik sampai ke ubun-ubun,
"Oh tunggu sebentar! Jangan bilang lo tukang penipu abal-abal yang berusaha menipu gue kan? Lo salah sasaran perguso! Sono loh, cari target lain!"

"Oi bambang! Kok lo ngegas sih?!"

"Kok lo yang marah? Seharusnya gue dong."

"Diam lo! jangan sampe gue telat lo hidup-hidup. Mendingan lo dengar penjelasan gue dulu."

"Cepat! Gue sibuk!"

"Pasang telinga lo baik-baik! Gue Arasya Quenby Salsabila. Orang yang kemarin, lo kasih nomor lo sendiri ke gue dan teman Viana."

"Arasya yang mana satu?"

"Fix, lo orang gila."

"Alah curut, canda gue." Tawa Kenzo pecah.

"Pengen gue cakar muka lo sekarang!"

"Seharusnya lo langsung bilang nama, kan gue gak jadi darah tinggi."

"Lupakan! Gue mau ngajak lo ketemuan entar siang. Lo bisa?"

"Bisa, kalau jam 2 gimana?"

"Okey, lo tentuin tempatnya. Kalau udah dapat, lo share ke gue."

"Sia-" Belum sempat Kenzo melanjutkan bicaranya. Telpon tersebut telah terputus lebih duluan. Untung gue punya hati selebar tampah.

Setelah selesai menelpon, Kenzo membuka room chat whatshap dengan Arasya. Masih belum ada percakapan. Ia mulai membuka lokasi, dan mengetik di pencarian nama lokasi yang dituju. Setelah dapat tempat lokasi, ia langsung mengiriminya. Tempat akan mereka kunjungi, Cafe berada di depan sekolah.

VainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang