Part 4

208 98 138
                                    

Arka dan Azka pun membalikkan badannya saat mendengar suara seorang gadis yang memanggil mereka berdua dari arah belakang punggungnya.

"Ehh, lo via kan?" Tanya Arka.

Azka melirik sahabatnya disamping dengan dahi mengernyit. Selama ini ia mengira Arka orang yang tipikal cuek terhadap orang lain. Arka termasuk orang yang sangat misterius yang mempunyai segudang rahasia tersendiri dalam dirinya dan selalu terpaku pada buku-buku fiksi. Tapi tidak, Arka mengenal gadis di depannya. Walaupun Arka termasuk tipikel cuek, ia banyak dikagumi oleh kalangan wanita. Azka jadi bingung sendiri dengan kenyataan ia lihat sekarang.

"Lo kenal gue?" Tanya balik via. Ia melihat cowok di depannya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Lo itu Viana Syakilla Pratista kelas 12 IPA 1, lo termasuk siswi yang dikenali kalangan guru karna kepintaran lo dalam akademik dan lo pacar nya ketua osis. So, gue mengenali lo," balas Arka dengan tatapan datar. Arka lupa dengan satu hal lagi, ia mulai mencondongkan badannya mendekati Via.

Azka kaget mendengar Arka berbicara lumayan panjang dengan orang lain. Setaunya Arka enggan berbicara panjang ke orang lain selain mereka berempat.

"Sana lo! Jangan dekat-dekat sama gue!" usir via yang mulai ketakutan.

Arka tidak memperdulikan, ia mulai mencondongkan badannya untuk mendekati via dan beralih membisikkan sesuatu ke telinga Via. "Lo itu anak dari donatur sekolah. Benarkan tebakan gue?" ucap Arka dengan senyuman yang penuh arti dan langsung menjauhkan dirinya dari Via.

Via hanya diam seribu bahasa, bibirnya kelu untuk berbicara. Ia tidak pernah menyangka ada salah satu siswa yang mengetahui identitas nya selain teman dekat maupun keluarga.

Azka yang bingung berbuat apa, ia mulai mencairkan situasi. "Selain Arka, gue juga mengenali lo. By the way, tujuan lo menghampiri kami kesini apa?" Tanya Azka yang langsung to the poin.

Via sontak kaget dan langsung melihat siapa yang barusan mengeluarkan suara. "Guru penjaga perpustakaan kemana ya? Gue mau mengembalikan buku." Ucap Via sambil memperlihatkan buku yang ada digenggamannya.

"Kalau itu gue kurang tau, coba aja lo tungguin. Sambil membaca buku termasuk solusi yang tepat untuk menunggu seseorang." Ujar Azka.

"Thanks infonya." Ucap Via melenggang pergi dari hadapan mereka berdua.

Arka melihat kepergian via dengan tatapan datar, ia pun berbalik badan untuk melanjutkan kegiatannya. Azka merasa aneh dengan Arka barusan. Ia enggak mau memusingkan masalah tadi, mungkin hanya perasaan nya saja. Mereka melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda tadi.

Via melihat Arasya yang sedang duduk di pojokan sambil membaca buku dengan serius. Ia menghampiri Arasya yang terlalu fokus pada huruf-huruf tersusun rapi di dalam buku tersebut. Via tidak heran dengan sahabatnya satu itu. Arasya termasuk siswi yang ke pintarannya bisa dibilang cap jempol, ia sering dibilang siswi kutu buku. Tapi disisi lain, sifat sitina Arasya selalu bangkit jika ia lagi pms. Mungkin semua orang tidak mengetahui itu, cuman orang yang terdekat selalu kenak imbasnya.

Via selalu bersyukur dikelilingi sahabat terbaiknya. Diantara sahabat nya, Via paling dekat dengan seorang Arasya Salsabila Quenby. Ia melirik sahabatnya disamping sambil memperhatikan wajah paras cantik sahabatnya itu. Mereka berdua sering dijuluki si kembar.

"Lagi kesambet lo ya?" ketus Arasya. Ia masih terfokus pada buku didepannya.

"Seenak jidat lo aja!" Tidak kalah ketus dari Arasya

"Jadi, ngapain lo memperhatikan muka gue? Gue sebenernya tau kok kalau lo muji kecantikan gue yang turun temurun dari kakak Lalisa Manoban." Ujar Arasya yang penuh semangat.

VainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang