Bel pelajaran terakhir baru saja berbunyi. Semua murid bersiap-siap pulang dan menuju gerbang sekolah maupun ke parkiran mengambil kendaraan masing-masing.
Hanya mereka bertiga yang masih tersisa didalam kelas 12 IPA 3. Teman yang lain sudah lebih duluan keluar kelas termasuk Arka.
Suasana kelas mendadak hening. Mereka bertiga masih berkutat memasukkan buku kedalam tas.
"Gimana? Berhasil?" tanya Delvin membuka suara lebih duluan.
Kenzo terdiam. Sedangkan kedua temannya masih menatap Kenzo seakan menuntut untuk segera mendapatkan jawaban yang tepat.
Kenzo menarik nafas panjang.
Lalu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Wajahnya berubah lesu, seraya memasukkan bukunya kedalam tas."Gimana ceritanya kok bisa gagal?" Azka merasa prihatin dan langsung berdiri dari kursinya berjalan ke arah meja Kenzo sambil menenteng tas.
"Cokelatnya tetap dia ambil kok. Tapi..."
"Ya bagus dong. Gak rugi lo beli tu cokelat." Delvin memotong pembicaraan lelaki disampingnya.
"Bisa gak sih lo diam dulu?! Gue belum selesai cerita," sembur Kenzo dan membuat lelaki di sebelahnya terkekeh.
"Oke lanjut." Ucap Azka.
"Cokelat yang gue kasih tuh, dia langsung berikan ke orang lain saat itu juga didepan mata gue. Nyesek gak menurut kalian?" Kenzo menundukkan kepalanya. Kali ini sedikit sakit.
"Eh, gila seriusan Lo?! Gimana reaksi lo saat itu, Marah? Atau lo hanya bisa diam?" Azka membelalakan matanya dihadapan lelaki itu yang kini menyandang tas.
"Trus lo ambil lagi gak tu cokelat? Atau lo biarin aja? Gimana sih lo Kenzo. Gue dengarinnya aja udah nyesek sampe ke ubun-ubun loh." Sambung Delvin.
Kenzo hanya mendengar ocehan mereka. Setelah selesai, ia langsung berdiri tanpa pamit pergi keluar kelas meninggalkan mereka yang masih mematung. Teman laknat bukan?
"Oi mau kemana lo?" teriak Delvin frustasi.
"Minta digebukin massal ni orang," ucap Azka menahan emosi yang hampir meledak.
Keduanya pun keluar kelas menyusul Kenzo yang berada didepan mereka.
Saat menuju ke parkiran, kedua manusia tersebut masih tetap menanyakan perihal permasalahan cokelat.
"Berisik!" bentak Kenzo.
"Lo pun cerita cuman setengah gitu. Kan gue semakin kepo ceritanya," Azka berusaha merayu makhluk didepannya agar mau melanjutkan cerita.
"Ssssttt.... "Delvin memberikan instruksi agar kedua sahabatnya agar diam.
"Apaan sih?" ucap kedua lelaki itu serentak.
"Lihat tuh Arka sama pacar barunya," Delvin mengarahkan telunjuknya kearah pasangan kekasih yang berada di tepi trotoar yang tidak jauh dari perkarangan sekolah.
Keduanya sontak mengikuti arah telunjuk Delvin. Mereka mencelingak-celinguk kearah luar perkarangan sekolah yang cukup dekat jaraknya dari parkiran.
"Mana sih orangnya? Gue gak kelihatan." Azka mendongakkan kepalanya keatas hanya demi untuk bisa melihat wajah pacar sahabatnya.
"Kepala mereka semua menghalangi penglihatan gue. Pengen rasanya sleding satu-satu." Ucap Kenzo kesal. Sebab dari tadi ia sudah berusaha menjinjit, dan mendongakkan kepalanya hingga tulang lehernya hampir copot. Tapi! usahanya sama sekali tidak berhasil. Kerumunan siswa pulang sekolah menjadi penghalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vain
Teen FictionKenzo lelaki dengan sejuta kelebihan fisik yang dimilikinya, terlahir hampir mendekati kata sempurna. Namun sayang, seumur hidup ia tak pernah merasakan hangatnya cinta. Pernah jatuh, namun belum cinta. Itulah yang ia rasakan. Mengejar namun tak per...