Part 9

141 66 121
                                    

Suasana kelas 12 IPA 3 masih terlihat sepi. Hanya beberapa siswa yang memasuki kelas termasuk Kenzo. Kali ini Kenzo berangkat ke sekolah lebih pagi dari pada sebelumnya.

Kenzo langsung menuju tempat duduk miliknya di barisan nomor 3 dan mendaratkan bokong nya ke kursi. Setelah itu, Ia meletakkan tasnya di meja dan membuka tasnya mengambil sebuah notebook miliknya.

Kenzo mulai membaca setiap baris kalimatnya yang tertera di notebook tersebut. Ia percaya bahwa perjuangannya akan terbalaskan di waktu yang akan datang. Walaupun rintangan yang ia lalui begitu berat.

"Eits, buku apaan ni?" Arka merampas buku yang berada dipegangan Kenzo. Tanpa memperdulikan wajah emosi si pemilik buku.

"Apaan sih lo Ka! Sini kembalikan buku gue!" Kenzo berusaha meraih buku miliknya.

"Enak aja lo ngomong! Gue baca dulu isi bukunya, baru gue kasih ke lo."

"Sedikit pun lo lihat buku gue, jangan harap lo dapat contekan dari gue! Ancam Kenzo.

"Ancaman lo kayak upil kucing gue, terlalu kecil sampe gue biasa aja mendengarnya."

"Oy Ka, lempar bukunya ke gue!" Teriak Azka yang berada dibelakang punggung Kenzo.

"Tangkap nih." Arka melemparkan bukunya kearah Azka.

Azka pun berhasil menangkap notebook milik Kenzo. Ia membaca tulisan yang tertera dicover depan notebook tersebut. "Bukti Perjuangan."

"Jangan lo baca isinya!"

Azka tetap membuka notebook digenggamannya. Membaca setiap lembarannya. Sekali-kali ia tertawa membaca isinya.

"Jadi, isi buku lo ini tentang Via semua?" Tanya Azka

"Lebih tepatnya begitu. Selain itu, gue juga menuliskan sebuah rencana setiap perjuangan gue mendekati Via. Jadi, buku ini sebagai saksi bisu gue."

"Menurut gue, yang lo lakukan ini terlalu ribet. Zaman sekarang, hal begituan terlalu kuno. Padahal lo tinggal menunggu mereka putus, setelah putus lo bisa mengutarakan perasaan tanpa seribet ini Kenzo." Ucap Azka.

"Betul kata Azka, gak mungkin lo ditolak." Sambung Arka.

"Kemarin lo berdua dukung gue, kok tiba-tiba lo pada ngatain gue sih?" Tanya Kenzo.

"Bukan gitu maksud gue, lo gak perlu juga harus nulis di buku setiap tentang Via. Gak usah bikin diri lo sendiri jadi ribet karna cewek." Jelas Arka.

"Terserah lo berdua. Sakit gendang telinga gue dengar ocehan kalian berdua. Sini, kembalikan buku gue!"
Kenzo mengambil alih bukunya ditangan Azka.

"Kok gue belum lihat Delvin ya." Ujar Arka.

"Oh ya, gue sampe lupa keberadaan Delvin yang menghilang." Sambung Kenzo.

"Mungkin Delvin terjebak macet di jalan, Positive thinking aja." Ucap Azka.

"Tapi kan.... " Ucap Arka terpotong.

"Pikiran lo jangan aneh deh! Mendingan kita duduk lagi, sakit pinggang gue berdiri terus." Kenzo meninggalkan mereka berdua menuju ke kursi nya duluan.

"Lo masih muda udah sakit-sakitan ya, heran gue." Ledek Azka.

"Kenzo tuh kayak kakek gue, selalu sakit pinggang." Sambung Arka.

"Bacot kalian berdua!"

"Hahahaha..." Tawa mereka serentak.

Bel sekolah tanda masuk pun berbunyi. Seluruh siswa memasuki kelas masing-masing.

VainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang